20 - Efek Samping Jealous

61K 5.7K 86
                                    

Fauzi yang tengah membantu Gerald memeriksa file untuk kesekian kalinya melirik pada Gerald yang untuk kesekian kalinya pula menarik nafas kesal, sambil melihat jam pada pergelangan tangannya. Gerald nampak sedang amat kesal, namun Fauzi tidak tahu apa sebabnya. Yang fauzi tahu, mood Gerald akhir-akhir ini memang sedang sangat buruk, bahkan tingkat uring-uringan Gerald 100 kali lebih parah dari adik perempuan Fauzi yang tengah datang bulan. Kalian bayangkan saja, semengerikan itu.

Lagi-lagi Gerald menarik nafas kesal, kali ini bahkan sambil setengah melempar ponselnya ditas meja. Fauzi yang tadi mencuri-curi lirik pada Gerald, tahu bahwa Gerald tengah mencoba menghubungi seseorang namun sepertinya tidak ada jawaban dari seberang.

Gerald kini memang tengah kesal, 2 jam sudah ia menunggu Melody, tapi gadis yang ditunggunya itu tidak juga memunculkan batang hidungnya. Semua pesan yang Gerald kirim tidak dibalas, panggilannya juga tidak diangkat. Tumben sekali di jam 10 pagi Melody belum mengunjungi ruangannya, padahal biasanya setelat-telatnya jam setengah 9 Melody pasti sudah setor muka padanya.

Ada perasaan gelisah di hati Gerald saat ini, kemarin terakhir kali ia bertatap muka dengan Melody pembicaraan mereka berakhir dengan tidak baik. Ada rasa bersalah, namun juga kesal yang masih bercokol di hatinya. Apalagi tiap-tiap mengingat serentet kejadian sejak Jumat sore itu, rasa-rasanya Gerald ingin kembali meledak-ledak.

Ya Tuhan, efek samping jealous sepertinya memang sedahsyat itu.

Disamping itu Gerald masih harus memeriksa desain yang dibuat oleh Melody, pasalnya jam makan siang nanti mereka harus menemui Om Galih untuk mendiskusikan kemajuan proyek Our Love Resort. Ya, soal meeting yang Gerald bilang pada Melody kemarin memang benar adanya, itu bukan kebohongan. Namun perintah untuk menyelesaikan beberapa desain, seperti ruang pameran itu adalah akal-akalan Gerald saja. Karena nyatanya, Om Galih juga telah mengatakan bahwa ia hanya ingin tahu sejauh apa perkembangan proyek, beliau tidak menuntut penyelesaian dalam waktu dekat.

Jadi anggap saja kemarin Gerald memang sedang gila, sampai tega melakukan semua itu pada Melody yang sialnya nasibnya sangat malang karena memiliki bos seperti dirinya.

"Fauzi, telepon divisi arsitek, suruh Melody kesini sekarang juga"

Usai mendapat perintah Fauzi buru-buru bangkit dari sofa, menuju meja kerjanya di luar ruangan Gerald untuk menghubungi lantai 27.

Tidak sampai 5 menit setelah meninggalkan ruangan Gerald, kini Fauzi kembali dan memberikan laporan yang membuat Gerald kaget, gusar, dan juga sedikit panik disana.

"Sakit apa?"

Tanya Gerald pada Fauzi yang tadi memberi laporan bahwa Adit mengabarinya Melody sedang tidak masuk karena alasan sakit.

Gerald yang tidak menyangka akan mendapatkan kabar tersebut jelas kaget. Sedari tadi ia berspekulasi bahwa Melody sedang merajuk kekanakan karena perdebatan mereka kemarin, sehingga gadis tersebut memilih untuk tidak menemuinya.

"Tadi Pak Adit tidak menyebutkan detailnya Pak"

Dengan langkah tergesa Gerald meninggalkan ruangannya. Fauzi yang melihat Gerald melakukan hal tersebut secara tiba-tiba, otomatis kebingungan dan buru-buru mengejar langkah atasannya tersebut. Di dalam lift baru Fauzi tahu bahwa Gerald akan menuju divisi arsitek.

Kehadiran Gerald yang lagi-lagi secara tiba-tiba membuat Adit CS merasa terkaget dan kebingungan.

"Melody mana?"

Tanya Gerald pada semua orang saat matanya tidak mendapati Melody Adeline di meja kerjanya.

"Melody tidak masuk Pak, sakit"

(Un) Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang