Extra Chapter

31.7K 2.6K 422
                                    

-Sepenggal Percakapan Pinggir Jalan-

"Meelll masih lama? Ini kita bisa telat lho"

Melody melakukan rolling eyes setelah sekali lagi mendengar Gerald mengatakan kalimat tersebut. Gerald yang sudah menunggu Melody selama satu jam di ruang tv apartemen gadis tersebut sepertinya sudah mulai lelah dan tidak sabaran.

"Sudah satu jam lebih sayang!"

"Sabar Mas"

Melody balas berteriak, dia juga mulai kesal pada Gerald. Kekasihnya itu memang tidak pengertian, padahal kan saat ini ia menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin demi mendapatkan look yang super cantik, agar tidak kalah cantik dari Luna. Ya, hari ini mereka mereka akan mendatangi pesta pernikahan Luna, mantan kekasih Gerald.

Demi harga diri, dan kepuasan pribadinya, tentu Melody ingin setidaknya terlihat tidak kalah cantik dari Luna. Kalian masih ingat kan, Luna itu seorang model, jadi bisa kalian bayangkan betapa cantiknya Luna. Disisi lain Luna adalah mantan Gerald yang memiliki kesan paling dalam dalam hubungannya. Bencana besar kalau sampai Gerald kembali terpesona pada mantannya itu. Makanya Melody berusaha keras agar hari ini tetap terlihat cantik dan memesona di mata Gerald.

Akhirnya Gerald baru bernapas lega setelah setengah jam dari teriakan terakhirnya, Melody keluar dari kamar dan langsung menuju rak sepatu. Kalian harus percaya bahwa saat ini sekali lagi Gerald terpesona dan jatuh cinta pada seorang Melody Adeline, percayalah bahwa saat ini Melody sedang sangat cantik. Rambutnya yang biasanya lurus, kini ia buat setengah ikal dan menggantung, makeupnya rapi tidak berlebihan dan masih terlihat natural meski Gerald tahu ada banyak produk di atas wajah gadis tersebut. Jangan lupakan pula, gaun abu terang yang bagian depannya sepanjang lutut serta bagian belakangnya panjang menjuntai terasa sangat cocok dan pas melekat di tubuh seorang Melody.

"Kenapa ngeliatinnya begitu? Nggak cantik ya?"

Melody sedikit cemberut sambil berjalan menuju sofa tempat Gerald duduk.

"Kamu, kapan sih Mel nggak cantiknya? Bangun tidur tanpa makeup juga sudah cantik banget, apalagi di makeup gini"

Gerald menjawab lugas sambil mengambil alih heels abu yang ditenteng Melody. Ia kemudian mengambil posisi duduk jongkok.

"Duduk yang manis ya, biar aku yang pakein" Gerald berujar, dan dengan telaten mulai memakaikan heels pada kaki Melody.

Di perlakukan demikian jelas membuat bahagia di hati Melody membuncah. Rasa tidak percaya diri yang beberapa waktu lalu hadir dalam hatinya, sirna dalam sekejap. Gerald memang selalu seperti ini, selalu mampu membuat dirinya merasa menjadi wanita paling istimewa dan paling beruntung di dunia.

"Lets go princess"

Ujar Gerald, sambil mengulurkan tangan, dengan posisinya yang masih jongkok. Melody menanggapi hal tersebut dengan tertawa, pikirannya melayang pada adegan film-film Disney yang kerap ia tonton. Demi seluruh tatanan isi bumi, Melody bersumpah bahwa saat ini, dimatanya Gerald adalah pangeran paling tampan yang pernah ia temui, bahkan lebih tampan dari Richard Madden yang berperan sebagai pangeran di live action film Cinderella.

Kalian tidak setuju? Ya sudah tidak apa-apa, Melody tidak akan perduli. Baginya apapun yang terjadi Gerald tetap akan menjadi paling tampan di muka bumi.

"Mas ini beneran nggak akan ada media yang ngeliput?"

Melody membuka suara saat keduanya telah ada di perjalanan menuju gedung tempat resepsi pernikahan Luna diadakan.

"Nggak akan sayang, tenang saja. Ini acaranya private kok, cuma keluarga dan teman-teman deket Luna sama suaminya yang bakalan datang"

Melody mengangguk merasa yakin setelah mendengar penuturan Gerald. Ya, sampai saat ini Melody masih memutuskan untuk menyembunyikan hubungannya dengan Gerald. Meskipun ia sudah tidak lagi menjadi staff Gerald, tapi tetap saja ia belum siap jika dunia tahu bahwa dirinya adalah kekasih Gerald yang selama ini bersembunyi dari publik.

"Btw, ini nggak bisa dilepasin ya Mas tangannya?" Melody menyindir Gerald yang sedari tadi terus memegangi satu tangannya meski laki-laki tersebut kini tengah mengendarai mobil.

"Nggak, takut kabur lagi ke kayak dulu"

Jawaban jenaka Gerald jelas membuat keduanya tertawa. Namun, dalam sekejap pikiran mereka kembali melayang pada kejadian satu bulan lalu, saat badai besar menghantam hubungan mereka, saat hari-hari mereka penuh luka dan air mata kesakitan. Tapi, terlepas dari itu semua mereka tetap bersyukur, karena nyatanya mereka memang dipisahkan untuk saling menguatkan, dan mendapatkan pelajaran besar untuk hubungan mereka.

Dalam hari-hari yang dilalui oleh Melody saat berpisah dengan Gerald, ia masih tetap memegang teguh keyakinan bahwa saat itu dirinya dan Gerald dipisahkan hanya untuk nanti dipertemukan kembali ketika sudah mampu untuk tidak saling menyakiti.

"Thankyou Mas"

Melody tiba-tiba mengucapkan kalimat tersebut dengan haru dan mengecup punggung tangan Gerald. Gerald sampai kaget atas perlakuan Melody barusan, terlebih saat ia melihat ke arah kekasihnya, gadis tersebut kini tengah berkaca-kaca seperti akan menangis. Tidak pikir panjang Gerald langsung menepikan mobil.

"Sayang kenapa? Are you oke? Apa yang salah?"

Gerald yang panik langsung membingkai wajah Melody menggunakan dua tangannya. Dan entah mengapa hal itu justru membuat Melody langsung menangis dan menghambur dalam pelukan Gerald.

"Tenang sayang, semua baik-baik saja. Tenang ya, ada aku, aku akan selalu nemenin kamu"

Gerald mengelus pelan pundak Melody, dan mengatakan kalimat apapun yang sekiranya mampu membuat gadisnya tenang, meskipun ia sendiri tidak mengerti mengapa Melody tiba-tiba menangis seperti ini.

Tidak sampai 5 menit, dari pelukan yang mereka lakukan, tangis Melody sudah reda meski belum sepenuhnya. Ia masih sesenggukan meski air matanya tidak lagi terus turun.

"Sudah dong jangan nangis, nanti makeupnya luntur, kan sayang, kamu sudah cape-cape makeup dari pagi"

Gerald menyeka ujung mata Melody. Melody tersenyum dan mengangguk, dalam hati ia amat bersyukur karena mascara dan berbagai produk yang tadi ia gunakan adalah waterproof.

"Makasih banyak ya Mas, karena pas kita pisah kemarin, kamu gak nyerah untuk memperjuangkan aku. Makasih banyak karena kamu masih percaya bahwa kita adalah takdir yang layak untuk diperjuangkan"

Air mata Melody sudah hampir keluar lagi saat mengatakan untaian kalimat tersebut. Gerald yang mendengar gadisnya mengatakan hal tersebut juga tak mampu menahan haru yang menyeruak di dadanya.

"Sayang, harusnya yang bilang makasih itu aku. Makasih bayak karena kamu sudah mau percaya lagi sama aku, makasih banyak karena kamu mau ngasih kesempatan besar untuk menjadi seseorang yang mencintai kamu dan kamu cintai"

Gerald mendaratkan satu kecupan di dahi Melody, cukup lama karena ia ingin menghalau air matanya agar tidak turun.

"Maafin aku ya"

Keduanya saling bertatapan, menyelami mata satu sama lain. Mata tempat mereka menyimpan banyak cinta yang kelipatannya tidak akan mampu ditandingi oleh siapapun.

"Sudah ah, jangan minta maaf terus, kan waktu di Pulau Seribu kamu juga sudah minta maaf beribu kali Massss. Bosen aku dengernya hahaha"

Gerald tertawa lalu membelai lembut rambut Melody sekilas. Setelahnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kalau percakapakan ini terus berlanjut bisa-bisa saat sampai di gedung acara pernikahan Luna, semua orang sudah tidak ada.

.........

Haiiiii, akhirnya aku bisa tulis extra part versi wattpad juga huhu🥺

Bagaimana? Kangennya terobati kan? Maaf ya lama banget, soalnya proses nulis (Un) Perfect Life versi cetak baru selesai huhu. Buat kalian yang mau tahu kisah lengkap Melody Gerald silahkan follow instagram @hallononaaa yaaa, disana akan terus di update perkembangan versi cetak (Un) Perfect Life.

Btw extra chapter versi wattpad segini saja apa lanjut nih?

Thanksluv
Nona♥️

(Un) Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang