"Dipantau doang, nih?"
"Berisik!"
Jesper tergelak. "Gue tau lo tertarik, Bro."
"Gak usah ngaco!"
Sahabatnya mencibir dalam hati. Sejak tadi Jesper terus tersenyum sendiri. Ia jadi terbawa suasana karena tingkah sahabatnya yang malu-malu jaim ini. Mereka masih berada di area parkir motor yang terletak dekat dengan gerbang sekolah. Mereka belum beranjak ke kelas, lebih tepatnya Razka yang masih enggan.
Ia ingin tetap berada di atas motornya yang terparkir rapi. Sambil memperhatikan seseorang di area parkir mobil sana. Baru saja turun dari sebuah mobil yang ia ketahui dikemudikan oleh seorang laki-laki. Moccha turun dengan anggunnya seraya menampakkan senyum manis tanda terima kasih.
Dua orang itu ... Moccha dan laki-laki yang Razka tidak ketahui siapa dia berbincang di depan mobil. Terlihat, mereka cukup akrab. Sampai-sampai saat lelaki itu mengacak rambut Moccha yang dikepang ke samping Moccha diam saja.
Siapa laki-laki itu, apa hubungannya dengan Moccha, dan kenapa Moccha begitu mesra dengannya, Razka tidak tahu. Yang bisa ia lakukan hanya memantau dari jauh sini. Memperhatikan gerak-gerik mereka seperti satpam siap jaga.
"Nanti mau aku antar pulang?" Gama menawarkan.
Moccha menggeleng. "Gak perlu, Moccha bisa pulang sendiri."
Gama menghela. "Challa, apa gak boleh kalau aku ...."
"Gak pa-pa, Gama. Moccha bilang Moccha bisa pulang sendiri," ujar Moccha mengulangi dengan tegas.
"Huh ... oke." Gama mengalah tak akan memaksa lagi. "Tapi aku boleh antar kamu ke kelas, 'kan?"
Moccha mengangguk. Membiarkan Gama merangkulnya sepanjang perjalanan menuju kelas yang berbeda dengan Gama.
Razka kembali tersadar saat Jesper menepuk bahunya dua kali lalu ikut merangkulnya.
"Gue udah kenal lo bahkan sebelum lo bisa naik sepeda, Ka."
Razka meliriknya sambil mengernyit. Mempertanyakan apa maksud dari ucapan sahabatnya itu.
Jesper tersenyum simpul. "I know what you think, Bro. (Gue tau apa yang lo pikirin, Bro.) Ingat, Ka, masalalu yang lo harapin itu ... terlalu sulit digenggam. Jadi, apa salahnya membangun masa depan dengan orang baru?"
Razka masih diam saat Jesper menepuk bahunya lagi. Kemudian Alin datang, bisa ditebak apa yang akan gadis itu lakukan selanjutnya. Ia menggamit lengan Jesper dengan manja, bergelayut seperti kera cantik di lengan kekar sahabatnya. Tapi Jesper terlihat tidak terganggu kali ini. Mempertahankan senyuman tengil ciri khasnya, ia pergi bersama Alin. Menyisakan Razka yang masih terdiam memperhatikan bayangan dua sejoli itu berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE AND YOU ✓
Teen FictionOperasi yang ia jalani membuat Razka akhirnya bisa melihat lagi. Sayangnya, ketika ia sudah bisa melihat indahnya dunia, gadis yang ia sayangi harus menutup mata. Razka berusaha mencari mataharinya lagi, sampai ia bertemu dengan Moccha. Gadis ajaib...