Jam menunjuk pukul sepuluh malam, namun Jesper belum pulang dari tempat kerjanya. Hari ini Bengkel Jo sedang ramai, banyak orang yang ingin memperbaiki kendaraan mereka atau sekedar memodifikasinya menjadi gaya yang lebih trendi.
Jesper telah menjadi tulang punggung keluarganya, pantang baginya menerima bantuan orang lain jika itu bukan kebutuhan yang mendesak. Pekerjaan ini sebelumnya tak pernah dibayangkan akan ia jalani, tapi nyatanya ... takdir membawanya ke tempat ini.
Benar apa kata orang-orang dulu, kehidupan seperti roda yang berputar. Tak ada yang tahu kapan berada atas, dan kapan waktunya berada di bawah.
"Tolong skrup."
Jesper menjulurkan tangannya dari bawah mobil, ada bagian yang harus ia perbaiki di sana. Setelah Jesper mendapat apa yang dia minta, ia fokus memperbaiki mobilnya lagi. Merebahkan tubuhnya di kolong mobil dengan alas papan beroda.
"Kunci dua."
Begitu Jesper meminta lagi, apa yang ia dapat tidak sama seperti yang dia minta. Jesper lantas berdecak. Memundurkan tubuhnya dengan bantuan papan beroda yang ditidurinya sampai keluar dari kolong.
"Kenapa lo kasih gue ... eh? Kok, lo di sini?" Jesper mengernyit, menyadari Alin berjongkok di sampingnya sambil membawa ember berisi perkakas. Bukan temannya yang biasa melakukan hal itu.
"Tiap malem gue ke sini kali."
"Mending sekarang lo pulang, deh. Udah malem, gue masih lama di sini."
Alin bergidik tidak keberatan. "Ya udah, gue temenin."
"Nggak, lo pulang."
Alin mencebik. "Ayolah, Jes. Gue di sini juga mau bantu-bantu, kok. Gue bisa ambil ini-itu, bawa ini-itu, pegang ini-itu. Pokoknya bantu-bantulah."
"Lo nyusahin mulu yang ada." Jesper menyungut. Menunjuk arah luar dengan dagunya. "Udah sana pulang!"
"Ih!" Alin cemberut, meletakkan ember berisi perkakas di tempatnya lagi. Membersihkan tangannya yang sedikit kotor dengan tisu di kantongnya.
Alin memperhatikan sekitar, semua pekerja bengkel sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bahkan Jesper sudah kembali berkutik dengan mobil pelanggannya.
Baju pemuda itu surah kotor karena oli, celana jeans bermerek yang pernah Alin belikan pun tak luput dari serangan noda itu. Jaket yang Jesper pakai sore tadi, tergantung di salah satu dinding.
Alin mencubit celana Jesper sambil memanggilnya, menyuruhnya untuk berhenti dari pekerjaannya sebentar karena Alin ingin bicara.
"Apa, sih?!" tanya Jesper menyeret mundur tubuhnya lagi.
"Anterin pulang, dong." Alin memohon.
"Mobil lo mana?"
"Gue ke sini naik taksi."
"Salah sendirilah!" Jesper memilih acuh, melanjutkan pekerjaannya dengan memasukkan tubuhnya ke kolong mobil lagi. "Pesen taksi lagi aja sana."
Alin mende-ish keras, menarik paksa kaki Jesper sampai pemuda itu keluar dari kolong mobilnya.
"Lo gak peka banget, sih!"
"Lo yang ...."
"Udahlah, Jes, anterin aja. Ya kali, cewek lo dibiarin pulang malem-malem gini." Jo angkat suara. Duduk di bangku kosong sambil membersihkan gigi motor.
"Tuh, dengerin!" Alin mengompori. Diam-diam tersenyum penuh kemenangan.
"Tapi kerjaan masih banyak, Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE AND YOU ✓
Ficção AdolescenteOperasi yang ia jalani membuat Razka akhirnya bisa melihat lagi. Sayangnya, ketika ia sudah bisa melihat indahnya dunia, gadis yang ia sayangi harus menutup mata. Razka berusaha mencari mataharinya lagi, sampai ia bertemu dengan Moccha. Gadis ajaib...