Tak peduli matahari telah berganti rembulan, gadis ini masih enggan beranjak dari tempatnya. Duduk sambil memeluk tubuhnya yang menggigil kedinginan. Hawa dinginnya malam seakan menusuk kulitnya menembus tulang.
Seragam Moccha masih basah. Ia habiskan sorenya dengan menerjang hujan yang tiba-tiba mengguyur kota. Berjalan tertatih-tatih entah berapa kilo dari rumah sakit ke tempat pemakaman sang ayah. Sosok laki-laki yang telah pergi beberapa waktu lalu, meninggalkan Moccha dan sang ibu sendiri.
Meski selalu berhasil dibuat rindu olehnya. Sosok seorang laki-laki yang Moccha yakini tidak akan menyakitinya, malah menorehkan luka paling dalam yang pernah ada. Moccha tidak tahu, ia harus marah atau rindu dengan ayahnya. Satu sisi ada satu cuil kebencian yang Moccha miliki. Satu sisi rasa itu terkalahkan dengan rasa sayangnya. Figur ayahku pahlawanku masih tertanam dalam diri Moccha.
Kerap kali Moccha merasa sedih, ia selalu datang ke makam ayahnya. Bercerita tentang apa saja yang Moccha lalui tanpanya. Sampai pada sunset memberitahu jika hari menjelang malam, membuat Moccha terpaksa harus beranjak.
Kini, di tempat ini, Moccha sendiri. Duduk termenung di kursi panjang depan TPU. Moccha masih enggan untuk pulang, rasanya berat saat ia harus meninggalkan ayahnya sendiri. Moccha masih ingin di sini, entah sampai kapan. Yang Moccha butuhkan adalah ketenangan, Moccha hanya butuh waktu untuk sendiri.
Sinar lampu mobil menyilaukan mata, Moccha menutup sinar yang mengenai matanya dengan telapak tangan. Ia berusaha melihat siapa pemilik dari mobil yang terlihat tidak asing itu.
"Gama?"
Tampak, Gama keluar dari kursi penumpang. Ia menghampiri Moccha dengan raut wajah cemas.
"Challa, kamu gak pa-pa, 'kan?" Gama langsung memeluknya, membagi rasa hangatnya saat ia rasakan tubuh Moccha menggigil.
Moccha mengangguk kecil dalam dekapannya.
"Kamu ke mana aja? Mbak bilang kamu gak pulang-pulang dari sekolah. Kan, aku udah bilang pulang sama aku aja, kamu gak bakal kayak gini jadinya."
Moccha melirik seseorang yang juga keluar dari kursi kemudi. Hanya sekilas, setelah itu Moccha kembali menatap Gama sambil tersenyum tipis. "Moccha cuma kangen Papa."
Gama menghembuskan napasnya. Ia membuka jaketnya, menyampirkannya ke bahu Moccha. Sekilas, ia menangkap sesuatu yang janggal di tubuh Moccha. "Siku kamu kenapa memar gini?"
Moccha gelagapan, segera ia menutupi bekas luka di sikunya. "Ng-nggak, nggak pa-pa. Tadi Moccha jatuh," kilah Moccha sekali lagi, ia melirik Razka yang berdiri di belakang Gama.
"Jangan bohong, Challa. Jawab jujur ini luka apa?"
Harusnya Moccha selalu ingat jika Gama susah dibohongi. "Moccha jatuh, Gama. Ini cuma lecet dikit, kok."
Gama mendengkus kasar. "Apa ini gara-gara dia lagi?" Gama menunjuk Razka.
Moccha tidak bisa menjawab.
"Aku bener, 'kan? Kamu luka, kamu kedinginan, kamu bisa ada di sini pasti semua gara-gara dia!"
Moccha makin panik saat Gama berbalik hendak menghajar Razka lagi. "Gama jangan!"
Gama terdiam mendengar dua kata itu.
"Jangan apa-apain Razka, please. Ini semua salah Moccha. Razka ... Razka gak salah apa-apa."
Gama menatapnya muak. "Challa, dia udah jelas-jelas nyakitin kamu. Aku gak akan biarin dia gitu aja."
"Gama!" Moccha memekik sekali lagi. Ia menahan lengan Gama sambil menatapnya. "Gama sayang sama Moccha, 'kan? Gama harus janji, Gama gak boleh apa-apain Razka atau bertengkar sama dia." Moccha mengeluarkan jari kelingkingnya.
Gama sempat melengos. Tapi Moccha merayunya sekali lagi, yang membuatnya mau tak mau harus mengikuti keinginan gadis itu. "Udah, 'kan? Sekarang kita pulang. Mama udah nunggu."
Gama merangkul Moccha dengan erat. Ia berjalan menjauhi Razka dan mobilnya. Menyetop sebuah taksi dan menaikinya. Meninggalkan Razka sendiri yang masih berdiri gemang di tempatnya. Tapi setidaknya ia bisa bersyukur. Moccha baik-baik saja. Hanya mendapat luka kecil yang disebabkan oleh ... dirinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE AND YOU ✓
Roman pour AdolescentsOperasi yang ia jalani membuat Razka akhirnya bisa melihat lagi. Sayangnya, ketika ia sudah bisa melihat indahnya dunia, gadis yang ia sayangi harus menutup mata. Razka berusaha mencari mataharinya lagi, sampai ia bertemu dengan Moccha. Gadis ajaib...