31. Perkelahian

472 63 0
                                    

"Jes! Tungguin gue!"

Jesper tak berbalik, ia tetap melanjutkan langkahnya. Tanpa peduli Alin yang mengejarnya dari koridor yang sama. Seharian di sekolah ini, Jesper terus menghindarinya. Ia sama sekali tak mengindahkan Alin yang berusaha berbicara.

"Jes, please dengerin gue."

Jesper terpaksa berhenti karena Alin berdiri di depan. Dengan tatapan enggan pemuda itu menatapnya, nampak sangat kecewa karena Alin menyembunyikan hal sebesar itu. Melihat Jesper mau berhenti, Alin memulai penjelasannya.

"Gue minta maaf soal gue yang gak pernah cerita sama lo. Gue takut lo bakal bereaksi kayak gini."

"Gue gak keberatan lo cerita soal perjodohan lo, Al. Yang bikin gue gak terima, semuanya terbongkar saat gue udah bener-bener sayang sama lo." Jesper mendesis, kembali melanjutkan langkahnya.

Alin menahan lengannya. "Jes, gue juga gak mau kayak gini. Gue, gue udah nolak perjodohan ini dari dulu. Bahkan Bisma aja udah satu suara sama gue. Gue gak tau kenapa bisa dia berubah pikiran."

Jesper tak bereaksi.

"Gue udah capek jelasin sama Papa, tapi dia tetep maksa gue tunangan sama Bisma." Alin menampilkan wajah sedih. "Makanya gue kabur ke rumah lo."

Jesper masih berdiri dengan gemang. Dia melepaskan cekalan Alin di lengannya. Membuat Alin makin merasa miris, ia meremas tangannya yang tak menyentuh Jesper lagi. Jesper pergi dari hadapan Alin, tanpa bertutur kata atau sekedar menoleh ke belakang. Jesper benar-benar kecewa.

Alin mengusap air matanya yang jatuh, ia merasa tersiksa. Tak bisa lagi Alin berkutik, semua ini keinginan sang ayah yang takkan pernah bisa ia bantah. Tapi ... bagaimana kabar hatinya? Apa ia juga masih bisa membantahnya?

Alin merasakan tangannya digenggam. Ia menoleh, Bisma ada di sampingnya. Dengan seragam yang berbeda dengan sekolah ini. Alin geram menepis tangannya.

"Ngapain lo ke sini?!"

Bisma menyeringai. "Sayang, lo kasar, deh. Gue ke sini mau jemput lo pulang. Inget, hari ini kita ada jadwal beli cincin."

Alin memalingkan muka. Ia menatap layu Jesper yang telah pergi darinya. Alin hendak menyusulnnya namun Bisma mencengkram lengannya.

"Gue bilang ... lo pulang sama gue."

"Nggak! Jangan coba-coba nyentuh gue. Gue jijik sama lo!"

"Gitu, ya? Gini sikap lo sama calon tunangan lo?" Bisma mengeratkan cengkeramannya hingga tangan Alin memerah.

Alin meludahi wajahnya. "Sampai kapanpun gue gak bakal mau punya hubungan sama lo, brengsek!"

"Beraninya lo—"

Bisma belum sempat melayangkan tamparannya karena tangannya tertahan di udara. Dia menoleh ke kiri, Jesper ada di sampingnya. Dengan tatapan tajam yang sangat menusuk. Ia membalas cengkeraman Bisma di lengan Alin dengan mencengkram tangannya.

"Sebrengsek-brengseknya gue gak pernah kasar sama cewek, Men." Jesper berkata dengan nada rendah. Beralih berdiri di depan Bisma.

Bisma melepaskan tangannya dari cengkeraman Jesper. "Percuma lo belain dia, sebentar lagi cewek lo bakal jadi tunangan gue."

Jesper tertawa, menggigit pipi dalamnya sambil menyeringai. Ia menoleh ke belakang, ada Alin yang menatapnya takut. "Dia?" tunjuknya pada Alin. "Oh fuck off. She's not my girlfriend anymore. (persetan. Dia (pr) bukan cewek gue lagi.)"

"Jes!" Mata Alin membulat. Sementara Bisma tersenyum makin lebar.

"Kalian putus? Bagus. Gue gak susah-susah misahin lo berdua."

SHE AND YOU ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang