ANGELA 11

5.7K 556 119
                                    

"Apa yang Rain punya, dan engga gue punya?"

Angela diam, satu kedipan sudah dipastikan airmatanya luruh, ia tak tega mendengar suara lirih yang keluar dari mulut sahabatnya.

"Apa sesulit itu untuk lo, nerima gue?"

"Apa gue seburuk itu, La?"

"Sejauh itu gue sama Rain?"

"Gue.. Gue udah jatuh cinta sama lo, dari lama. Gue yang slalu ada buat lo, disaat lo sedih, senang, bahagia, bahkan saat lo berada dititik paling rapuh pun, gue.. Gue yang ada disamping lo"

"Tapi, tapi kenapa? Kenapa lo gabisa nerima gue? Apa kurang gue buat lo, La? Rain, laki-laki yang udah sering nyakitin lo selama duatahun ini, bisa milikin hati lo seutuhnya. Tapi gue, gue laki-laki yang selama hampir 16 tahun ini suka lo, jagain lo, dan gapernah bikin airmata lo jatuh, justru ga pernah lo kasih kesempatan untuk sedikit aja milikin hati lo. Kenapa La?"

Cukup, airmata Angela turun bersamaan dengan airmata Victor yang juga meluncur melewati pipinya. Victor memalingkan wajahnya kearah lain, tak ingin Angela melihatnya saat menangis.

Arsel menyumpal telinganya dengan earphone.

Victor menyeka airmatanya lalu tersenyum kecil, mengangkat dagu Angela agar menatapnya.

"Sekarang, hariini, gue berhasil jadi cowo jahat yang udah bikin cewe yang dicintainya, nangis" Tangan besar Victor mengusap pipi basah Angela. "Maaf Lala, maaf" Ucapnya pelan.

Bukannya berhenti menangis, gadis itu malah terisak keras. Victor tidak salah, ia yang salah.

"Jangan nangis, gue mohon. Gue.. Gue gabisa liat lo nangis kayak gini, La"

Angela menggeleng, tangannya menggapai wajah Victor lalu mendekatkan wajahnya pada wajah pria itu.

Arsel yang melihat itu membelalak, apa Angela akan mencium Victor? Berciuman dihadapannya? Oh astaga.

Victor menutup mata saat Angela mengusap kedua matanya yang kembali berkaca, lelaki itu meremat tangannya sendiri saat Angela mengecup kedua matanya.

"Maaf, Vitol"

Arsel menghela nafas lega, ternyata mereka tak berciuman dihadapannya.

"Maaf.. Maaf Lala belum bisa balas perasaan Vitol"

Angela menangkup pipi Victor. "Lala sayang, sayang banget malah sama Vitol, tapi Lala.. Lala belum bisa cinta sama Vitol.. Lala, Lala minta maaf hiks..."

Victor balas menangkup pipi gadis yang dicintainya, ibu jarinya mengusap kembali pipi Angela pelan. "Kamu ga salah, engga"

"Tapi hiks.. Lala udah jahat banget sama Vitol hiks.."

Victor menggeleng, bibirnya mendarat dikening mulus gadis itu. "Kamu ga salah, tolong berhenti.. Jangan nangis lagi, aku.. Aku gabisa liat kamu nangis gini"

Angela menyeka airmatanya lalu bergerak cepat masuk kedalam pelukan Victor, menyembunyikan wajah sembabnya didada bidang sahabatnya itu.

***

Victor dengan telaten memotong-motong steak untuk Angela, pria itu mendongak menatap Angela yang kini diam menatapnya.

"Mau aku suapin?"

Angela mengangguk membuka mulutnya. Victor tersenyum mulai menyuapi gadis itu.

Arsel terssnyum tipis, semoga cepat lambat kedua sahabatnya itu bersatu.

"Henaha hih Laha habiha-"

"Telen dulu cantik, baru ngomong" Arsel mengusap wajah Angela dengan telpaak tangannya.

Angela menyengir lalu menelan makanannya. "Kenapa sih, Lala gabisa jatuh cinta sama orang sebaik Vitol?"

Victor tersenyum. "Cinta itu gabisa dipaksain, sayang"

"Vitol baik banget sama Lala, perhatian, pokoknya dabest banget. Kok susah banget untuk Lala jatuh cinta sama Vitol?" Angela meletakan dagunga diatas lipatan tangan.

Lagi-lagi Victor terssnyum. "Mungkin belum, udah ada yang maha membolak-balikan perasaan Manusia, La. Aku yakin kok, Tuhan udah nyiapin yang terbaik buat aku, buat kamu, buat Arsel, buat kita pokoknya"

Angela menekuk bibirnya. "Lala takut"

"Takut kenapa?" Tanya Victor dan Arsel bersamaan.

"Lala takut, kalo suatu saat nanti Lala balik suka sama Vitol, tapi.. Vitol udah ga suka lagi sama Lala" Angela menelungkupkan wajahnya. "Vitol bukan laki-laki bodoh yang mau nunggu Lala lebih lama lagi"

Arsel dan Victor saling pandang. Victor mendaratkan telapak tangannya dipuncak kepala Angela. "Nunggu 16 tahun aja gue kuat, gapapa. Gue udah terbiasa menunggu"

Angela mengangkat kepalanya lagi. "Kata-kata Vitol pedes banget"

Victor tertawa. "Maaf maaf, udah. Makan lagi aja"

Angela menggeleng. "Vitol mau bantu Lala?"

"Of course"

"Bantu Lala supaya bisa jatuh cinta juga sama Vitol"

Victor melunturkan senyumnya. Tubuhnya menegang, Angela memintanya membantu gadis itu untuk jatuh cinta padanya?

"Kamu.. Serius?"

Angela mengamgguk namun tak lama menggeleng Dengan mata berkaca. "Lala lupa, Lala janji sama kak Ai untuk Bantu dia menetapkan hatinya untuk siapa sampai kak Luna nemuin kak Ai lagi hweee... Lala jahat banget"

Arsel dan Victor terkesiap, keduanya mengusap bahu dan kepala Angela bersamaan. "Heii, jangan nangis lagi. Sttt ah"

"Lala.. Jangan nangis mulu, ntar ada yang ga pulang karna di interogasi" Bisik Arsel.

Seketika Angela menghentikan tangisnya, benar kata Arsel. Jika ia menangis terus, matanya akan bertambah bengkak, dan pulang nanti pasti Victor dan Arsel akan banyak ditanya oleh sang ayah-Arka.

Victor dan Arsel tersenyum puas. Tangan besar Victor lagi-lagi mendarat dipipi Angela.

"Jangan nangis terus, gue berasa jadi cowok brengsek karna bikin cewe yang gue cintai nangis dari tadi"

Angela mengangguk lalu mengulas Senyumnya.

"Gini kan cantik" celetuk Arsel seraya mengacak pelan rambut Angela.

Yuhuuuu gimana? Masih dapet kah feelnya? Atauuuuu cerita ini emang ga seru? Hweeeee sulit sih bikin cerita ini, karna author dari awal ga bikin cerita yang konfliknya berkepanjangan begini, iya pun di Arkana sebelumnya ya ringan-ringan aja, lah ini? Dari awal cukkk, ga sanggup gue mah:(

Tapi biar ajalah ya, belajar apa thor bikin konflik. Kolo bikin cerita happy mulu, sekali-kali yang menguras esmoci, emosi.

Vote komen yang banyak, untuk next ke part selanjutnya. Yuuu mangga!

ANGELA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang