4. Nama yang Cantik

920 78 50
                                    

Assalamu'alaikum sahabat pembaca ☺
Alhamdulillah udah up lagi ya cerita Babang Raihan.

Hayuk yang makin penasaran sama cerita ini.
Komenin yang buaaaanyak ya.
Biar aku makin semangat Up nya. 😁

Buat pembaca baru, jangan lupa Follow ya 😉

Tekan bintang di pojokan bawah dulu yok sebelum baca. Biar gak kelupaan.🌟

Happy Reading

⚘⚘⚘⚘🌱⚘⚘⚘⚘

"Assalamu'alaikum." Ucapan salam terdengar menyusul, setelah bunyi ketukan pintu.

Raihan yang mendengarnya, langsung beranjak menuju pintu dan membukanya.
"Wa'alaikumsalam warohmah. Eh Maira, Amir. Ayok masuk," ujarnya mengambil langkah ke samping, memberi jalan buat Maira yang menyungging senyum cantiknya itu tampak membawa sebuah mangkok yang isinya mengepulkan asap. Amir mengekori kakak perempuannya  dengan masih fokus menatap layar gepeng di tangannya.

"Apaan tuh, Mai? Baunya bikin laper." tanya Raihan yang mengekori langka gadis itu.

Humaira menoleh sebentar, hanya mempersembahkan senyum tanpa sepatah kata pun sembari melanjutkan langkah menuju sofa ruang tamu.

"Ini Maira bawain Mi Ramen Pedes level 3 kesukaan Abang."

"Wah ... mantep, nih kayaknya. Shhshh," ucap Raihan mengusap-usap tangannya sendiri sembari berdesis seakan menikmati takaran pedas yang pas sesuai favoritnya.

Buru-buru ia menyeret kursi, duduk dengan netra yang sama sekali tak terlepas dari mangkuk yang telah bertengger di atas meja.

Saat tangan kanannya terjulur hendak meraihnya. Maira menyeret mangkok itu menjauh dari Raihan kemudian berkata,
"Eitsssss, sebelum menikmati ini. Abang tau kan apa yang Abang lakukan setelah ini?"

Raihan yang sempat melongo, langsung memutar pikirannya setelah mendapati pertanyaan Maira. Saat netranya melihat selempang tas yang bertengger di bahunya. Ia jadi teringat percakapannya tadi pagi dengan Maira.

"Iya dong. Abang inget, ngajarin kamu pelajaran Fisika, kan?"

Maira langsung menjulurkan kedua jempolnya dengan girang.
"Yupzz  bener banget," ucapnya, lalu mendorong mangkok tadi ke depan Raihan.
"Selamat menikmati, Bang Rai," ucapnya, lalu menggeledah isi tas, kemudian mulai membuka buku-bukunya di samping Raihan yang terlihat begitu lahap menyantap Mi Ramen itu.

---***---

Suara desisan akibat pedasnya Mi Ramen dari bibir Raihan pun terdengar semakin keras.
Keringat pun bercucuran di keningnya, menambah tanda nikmat si penyuka pedas itu.

Tak ketinggalan, suara sendawa langsung saja ia keluarkan, begitu selesai meneguk segelas air putih tanpa sisa sedikit pun.

"Alhamdulillah," ucap Raihan sembari mengusap keningnya yang telah basah dengan keringat.
Tampak kemudian bibirnya menyungging senyum saat melihat Maira yang menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya ampun, Bang, Bang. Kalau makan pedas juara amat." Maira mengambil mangkuk yang masih menyisakan sedikit kuah berwarna merah itu, lalu membawanya ke tempat cucian.

Baru setelah semua beres, Raihan tampak tak kepedasan lagi. Acara belajarnya pun dimulai, ditemani Amir yang kini tampak ikut belajar. HP-nya disita oleh Maira agar ia bisa fokus ikut belajar dengannya.

---***---

Matahari begitu terik siang ini.
Raihan tipikal orang yang tak begitu penyuka minuman dingin. Namun, saat ini, tampak ia menyeka keringat di keningnya sembari mendambakan minuman yang kini bertengger di dalam lemari pendingin.

Kupilih, KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang