Assalamu'alaikum sahabat pembaca
Alhamdulillah aku bawa Part baru nih.
Nggak ngaret lagi kan 😉
Ayo dong semangatin lagi. Biar lebih semangat lanjut nulisnya 😄Jangan lupa vote dulu ya sebelum baca. Karena ini salah satunya bikin aku semangat 😁
Happy Reading
💝💝💝💝💝💝🎗💝💝💝💝💝💝
Bolehkah aku berharap, kebaikanku dibalas juga dengan kebaikan dari manusia?
Jika hatimu berharap demikian, itu berarti engkau belum ikhlas karena Allah."Raihan"
🎗🎗🎗🎗🎗🎗🌷🎗🎗🎗🎗🎗🎗
"Memangnya siapa laki-laki yang kamu cintai itu?"
"Bang Raihan. Ups." Tangan Dini sontak menutup mulutnya.
Raihan terdiam menatap perempuan di hadapannya yang kini langsung menundukkan kepala.
Ia mulai terkekeh, membuat kepala Dini perlahan mendongak.
"Hehehe. Kamu, nih. Becandanya garing, Din.""Emang, wajahku keliatan becanda ya, Bang?"
Bibir Raihan langsung mengatup saat mendapat tatapan serius dari Dini.
"Sejak kapan? Bukankah belum satu bulan kalian putus?"
Dini menghendikkan bahunya lalu beranjak. Ia terlanjur kesal kepada Raihan yang hanya menganggap bercanda mengenai perasaannya.
"Hei, mau ke mana? Kita kan belum selesai ngomongnya."
"Sudahlah, Bang. Anggap saja Dini tadi hanya salah ngomong."
Tanpa peduli lagi panggilan Raihan, Dini terus melangkah lebih cepat untuk kembali ke ruang rawat Alvin.Raihan hanya bisa menghela napas, terbesit rasa bersalah dalam hatinya. Namun, ia masih 'tak habis pikir, apakah Dini benar-benar mencintainya atau hanya rasa nyaman bersamanya saja saat ia membutuhkan teman.
Entahlah, ia pusing jika sudah berurusan dengan hati wanita.
----***---
Senja telah berganti menjadi malam. Mega merah yang biasanya mengiringi terbenamnya matahari kini telah pupus.
Raihan dan rekan-rekannya pamit pulang setelah sejenak kembali ke ruang rawat Alvin selepas salat Magrib berjemaah tadi di musala rumah sakit.
"Pak Bos. Malam ini jadi sopir kita-kita ya. Nganterin pulang."
"Eh, enak aja. Naik taksi aja sono."
"Pak Bos ... ini kan akhir bulan, kepeng di dompet udah nipis, nih."
"Iya bener, Pak Bos. Kalau dibayarin naik taksi, sih. No problem," sahut Ali menaik turunkan alisnya menatap Raihan.
"Huufffttt, okelah. Aku anterin."
"Yeeee, gratis gratis, yee, yee gratis gratis," sorak Ali dan Udin serempak dengan sedikit kaki berlonjak-lonjak menuju pintu mobil.
"Eh, Dini. Kamu mau ke mana?" tanya Raihan yang melihat Dini berjalan terus hampir melewati mobilnya.
Sejak kejadian di kantin tadi. Gadis itu terus diam, sama sekali tak ikut mengobrol seperti biasanya."Naik taksi."
"Aku anter sekalian, Din," ujar Raihan menarik tas yang menyelempang di bahu Dini, guna menghentikan langkah perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupilih, Kamu
FantasyNgeselin, tapi lama-lama ngangenin. Apakah pada akhirnya akan muncul benih-benih cinta? Yuk Mampir. Jangan lupa voment ya 😊