Assalamu'alaikum sahabat pembaca.
Apa kabar ?
Setelah sekian purnama,
Alhamdulillah akhirnya cerita ini bisa up ya.
Maaf jika kurang seru.
Idenya masih berkeliaran kemana-mana 😄Semoga masih ada pembaca yang masih setia ya ☺
Vote dulu yuk.
Happy reading.
🎈🎈🎈🎈🎈🎈💖💖🎈🎈🎈🎈🎈🎈
Ujian keikhlasan hanya hati kita sendiri yang mampu menilainya.
Jadikan setiap perbuatan yang kau lakukan hanya karena Allah. Agar tak ada rasa kecewa jika tak ada ucapan terima kasih dari makhluk-Nya.Sebab, ikhlas itu bukan hanya sekedar ucapan 'aku ikhlas'. Tapi ketulusan hati itu teruji saat dia tak membalas apa pun atas pertolongan yang telah kita lakukan untuknya.
Kedatangan Maira dan kakak laki-lakinya beberapa menit yang lalu, membuat Aisyah mengetahui jika wanita yang merupakan teman sekelasnya itu dekat dengan laki-laki yang selalu membuatnya kesal.
Aisyah tadi hanya menyapa mereka sebentar. Setelahnya ia kembali duduk di sofa, menyibukkan diri dengan ponsel dan menempelkan earphone di kedua telinganya.
Belum juga habis satu lagu india yang diputar, tiba-tiba Aisyah terkejut dengan sebuah tepukan di pundaknya.
"Om Ilyas," ucap Aisyah, langsung menarik earphone yang bertengger di telinga.
"Ada tamu kok dicuekin."
"Itu kan tamunya dia, bukan tamu Isyah."
"Tetap saja, Sayang. Kamu kan ada di sini, jadi sudah seharusnya bersikap baik dan ramah kepada tamu yang datang."
Saat adik laki-laki papanya memanggil dirinya dengan kata sayang seperti ini, membuat Aisyah luluh dan menurut. Akhirnya dia ikut beranjak dan bergabung duduk bersama mereka, meski dirinya hanya sesekali ikut ngobrol, itu pun jika ditanya.
Setelah hampir dua puluh menit berlalu, Alvin dan Maira pamit diri.
Aisyah merasa sangat lega. Karena dengan kepergian mereka, itu berarti aksi Ilyas yang sejak tadi membandingkan Maira--sang gadis salihah dan penurut--dengan dirinya yang tak memiliki kriteria sebaliknya akhirnya terhenti."Tuh, contoh Nak Maira, udah cantik, kalem dan ramah lagi. Baik banget sama Nak Raihan."
Aisyah kembali mendengus kesal, ternyata meski wanita itu sekarang telah pulang. Tetap saja sang Om tak berhenti membandingkan."Ya sudah, kalau gitu, Maira aja yang nemenin dia. Jangan Aisyah."
"Enggak bisa dong, Syah. Raihan masuk rumah sakit kan gara-gara kamu."
Aisyah hendak beranjak, tetapi ditahan oleh Ilyas yang sejak tadi memang duduk di sampingnya.
"Mau ke mana?"
"Mau ke kamar mandi, Om."
"Oh, kirain mau kabur." Ilyas langsung terkekeh setelah ucapannya usai.
Dengan langkah cepat Aisyah keluar. "Enak aja bandingin gue dengan perempuan kampungan itu. Emang cantik, sih. Tapi kan tetep cantikan gue dibanding dia. Gue juga bisa baik kok ke orang lain, tapi pengecualian buat laki-laki super nyebelin itu. Mana lagi dia diem aja dari tadi, nyebelin." Aisyah terus saja menggerutu sepanjang jalan. Tak terima jika dibanding-bandingkan dengan perempuan yang merupakan salah satu saingannya di sekolah. Bukan saingan dalam prestasi akademik, tetapi saingan muka cantik yang banyak disukai cowok di sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kupilih, Kamu
FantasyNgeselin, tapi lama-lama ngangenin. Apakah pada akhirnya akan muncul benih-benih cinta? Yuk Mampir. Jangan lupa voment ya 😊