21. Cinta Halal 2

362 46 22
                                    

Assalamualaikum sahabat pembaca.
Alhamdulillah akhirnya aku bawa part baru nih.

Yuk yuk ... vote dlu sebelum baca.

Happy reading.

💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓

Tak ada malam pertama, sebelum aku lulus sekolah.

Tulisan dalam ponselnya ini sukses membuat Raihan senyum-senyum sendiri. Ia pun jadi teringat apa yang terjadi sebelum Aisyah menyetujui pernikahannya tadi pagi.

Flashback On

Raihan yang sempat ragu untuk menikahi Aisyah, akhirnya menyetujui setelah sang Ummi memberi nasihat.

"Apa yang bikin kamu ragu menikahi Aisyah, Nak?"

"Selain Aisyah masih sekolah, Raihan juga merasa ragu, Mi. Karena Raihan dan Aisyah beda usia cukup banyak, Mi."

Zainab tersenyum. "Kamu malu mempunyai istri yang jauh lebih muda dari kamu?"

"Bukannya malu, sih, Mi. Raihan takut Aisyah yang malu punya suami yang udah berumur kayak Raihan. Entar malah Raihan kayak omnya, bukan suaminya."

Zainab menghela napas lalu berucap, "Kamu tahu, kan baginda Nabi Muhammad dengan Sayyidah Aisyah menikah dengan selisih umur berapa? Begitu pun saat Beliau menikah dengan Sayyidah Khodijah?"

Raihan mengangguk, karena ia tahu Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Aisyah saat berumur tujuh tahun, beliau sendiri saat itu berumur 50tahun lebih. Sedangkan saat menikahi Sayyidah khodijah saat berumur 40 tahun, beliau saat itu masih berusia 25 tahun.

"Dalam syariat agama, tak ada ketentuan syarat menikah itu tentang perbedaan usia, Rai. Yang penting si suaminya baligh. Lagian seharusnya tak ada malu jika telah ada cinta. Kalian kan sudah saling mencintai. Tunggu apa lagi? Cinta sebelum halal itu ujian yang cukup sulit, Rai. Jadi ... menikah sekarang tak ada salahnya, kan? Apalagi keadaan sedang mendesak seperti ini. Aisyah butuh uluran tangan kamu, Nak. Entar kalau nunggu, nggak takut, tuh Aisyahnya malah diembat yang lain atau malah cintanya pindah ke lain hati?"

"Kalau Aisyahnya nanti nggak mau gimana?"

"Yang penting kamunya mau dulu."

Setelah perdebatan yang cukup panjang akibat kebimbangan hati. Akhirnya Raihan memilih salat dua rakaat dulu. Setelah itulah, ia mantap akan menikahi Aisyah. .

Aisyah yang baru sadar sekitar pukul lima pagi. Kondisinya alhamdulillah stabil, sehingga sehabis salat Subuh, barulah keluarganya memberitahukan persoalan rencana Raihan yang akan menikahinya dan menyebutkan beberapa sebab mengapa mendadak diadakan pernikahan ini.

Awalnya Aisyah menolak dengan alasan masih sekolah. Namun, setelah dinyatakan jika pernikahan ini bisa dirahasiakan dan demi proses pengobatannya agar tak berkendala. Ia pun akhirnya mau dengan syarat akan berbicara dulu dengan Raihan.

"Kenapa kamu mau nikahin aku?" tanya Aisyah tanpa melihat ke arah Raihan.

Raihan pun tampak tersenyum. "Apakah kamu lupa saat aku nyatain perasaan aku sebelum kecelakaan terjadi."

Aisyah terdiam sejenak, detik kemudian ia menoleh ke arah Raihan. "Tapi, kan aku masih sekolah."

"Tak ada persyaratan menikah harus lulus sekolah, Syah."
Aisyah merasa kalah telak, karena apa yang dikatakan Raihan benar adanya.

Melihat Aisyah terdiam, Raihan pun tampak menghela napas cukup panjang lalu berkata, "Aisyah, maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Aku tak mau hidup dalam kubangan dosa karena cinta yang tak halal."

Aisyah sontak menatap manik Raihan yang tampak serius. Rona pipi mendadak terhias, karena ia merasa malu dengan tatapan Raihan dan tersipu dengan kata yang menurutnya romantis dari lisan Raihan.

Detik kemudian Aisyah menunduk, lalu menghela napas cukup dalam. "Bismillah, aku mau menikah dengan kamu, Mas."

Flashback Off.

Raihan yang mengingat panggilan 'Mas' untuk pertama kalinya terucap dari lisan Aisyah, membuat ia senyum-senyum sendiri. "Aisyah ... Mas kangen. Kapan kamu akan buka mata?" Raihan menggenggam tangan sang istri, lalu menempelkan telapak tangan Aisyah di pipinya.

Cukup lama Raihan dalam posisi itu, bunyi dering dari ponselnyalah yang membuat ia melepas tangan Aisyah dan bergegas mengambil benda pipih yang berada di sakunya.

---***---

Malam semakin beranjak larut, setelah menunaikan salat Isya' tadi. Raihan sempatkan membaca surat Al Kahfi di samping Aisyah. Mengingat malam ini malam jum'at. Ia pun sudah terbiasa membaca surat itu, karena keutamaan besar bagi pembacanya.

Salah satu sunnahnya adalah membaca Surah Al-Kahfi. Nabi Muhammad ﷺ berkata, surah kahfi akan menjadi cahaya bagi kita sampai jum'at berikutnya

Semua gua gelap. kecuali guanya al kahfi. Gua yang paling bercahaya. dan cahayanya cukup bagimu ketika baca surat itu sampai ke jum'at berikutnya

Apa artinya cahaya ?
menerangi ruang hatimu sampai jum'at berikutnya. sehingga kita menjadi orang-orang yang tahu apa harus dikerjakan.

Orang tersebut menjadi keliatan bercahaya bagi pandangan malaikat

Karena rumah yang dibacakan al-Qur'an, orang yang membaca Al-Qur'an tampak terang bagi penghuni langit seperti terangnya bintang ketika manusia liat waktu malam

Faedah cahaya yang tampak pada malaikat adalah : Kalau dalam minggu tersebut kita ada berbuat maksiat , dengan adanya cahaya dalam diri, itu menjadikan malaikat akan beristighfar bagimu. cahaya itu akan menjadi pemandu malaikat rahmat mengiringi langkah-langkah hidupmu

Kalau dalam seminggu kita dalam keadaan bercahaya, lalu kita meninggal dunia, maka jutaan malaikat akan beristighfar bagimu, malaikat mengiringmu disebabkan adanya cahaya tersebut

(*📝 Ustadzah Halimah Alaydrus* Silahkan share, semoga bermanfaat.)

---***---

Kantuk mulai menyerang, Raihan menutup mulutnya yang menguap. Sepertinya kelelahan seharian baru ia rasakan dan kini raganya membutuhkan istirahat.

"Mas tidur dulu ya, Syah. Semoga besok pagi kamu telah menyambut hari indah dengan senyum cantikmu." Raihan bangkit lalu mencium kening Aisyah.

Malam pertama pengantinnya memang berbeda dengan malam yang dilalui kebanyakan orang. Biasanya sepasang pengantin berbahagia di malam itu dengan memadu kasih. Namun, Raihan dan Aisyah kini berada di ruang rawat rumah sakit dengan tidur tak seranjang.

Mengingat hal itu, Raihan menghela napas cukup dalam. Bibirnya coba mengukir senyum, ingin mengenyahkan kegundahan hatinya yang ingin mengeluh. "Stop, Rai. Nggak baik berkeluh kesah. Terima keadaan yang ada dengan syukur. Sabar, yakinlah setelah ini pasti kebahagiaan akan menghampiri."

"Astaghfirullahal'adzhim," ucap Raihan dengan suara lirih seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

Raihan kembali menoleh ke arah ranjang Aisyah. Bibirnya lantas mengukir senyum. "Aku sangat bahagia, Syah. Akhirnya kamu telah menjadi kekasih halalku," batin Raihan. Lalu memejamkan mata dan berdoa sebelum tidur di dalam hati.

.
.
.
.
.
.
Bersambung

Gimana dengan part ini?
Yuk yuk komentarin yang rame. 😄😄😄

 😄😄😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kupilih, KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang