CC | 12

1K 177 16
                                    

Haruskah kita berpisah supaya bisa saling menghargai?-Vita Shelynda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruskah kita berpisah supaya bisa saling menghargai?
-Vita Shelynda

•••

Vico menyesap minuman beralkohol itu langsung dari botolnya. Bukannya pecandu alkohol namun kali ini dia ingin kabur dari segala masalahnya dengan mabuk. Dia sedang berada di apartemennya, ya, tentu saja seorang diri. Karena itulah dia berani mabuk karena selama ini dia hanya minum alkohol saat sedang minum bersama dari perusahaan atau kadang bersama Arka di klub, tapi tidak hingga mabuk. Namun kali ini dia sungguh ingin membuat dirinya dikuasai oleh minuman itu, setidaknya agar dia bisa melupakan sejenak pertengkarannya dengan Vita.

Dia tidak tahu harus melarikan diri ke mana lagi. Arka—sahabatnya itu sedang perjalanan bisnis dan dia tidak punya teman yang sangat percayai selain Arka. Teman-temannya yang lain hanyalah berkedok 'teman' padahal kenyataannya hanya berusaha menjilat karena jabatan dan kekayaan keluarganya.

Atas dasar semua pertimbangan itu lah, Vico akhirnya memutuskan bersembunyi di alam bawah sadarnya. Perihal apa yang terjadi besok, biarlah terjadi begitu saja karena dia sendiri tidak bisa memutuskan apa yang menimpanya besok. Yang dia tahu, saat dia tersadar besok, sesuatu pasti akan terjadi. Cepat atau lambat dia akan mendapatkan kejelasan dari hubungannya dari Vita, apakah itu sesuatu yang baik atau buruk. Keduanya sama-sama berisiko. Tapi hanya satu yang dia yakini, bahwa apapun keinginan Vita nantinya, dia akan menghormatinya. Karena sudah cukup mereka saling menyakiti. Bahkan, jika memang harus berpisah pun, ia rela, selama itu Vita bisa memastikan dirinya bahagia.

Meskipun berat, berpisah pun akan Vico sanggupi demi kebahagian Vita. Selama perempuan itu bahagia, tidak masalah baginya untuk tidak bahagia. Karena tahap terhebat dari mencintai adalah saat kita merelakan kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan dia yang kita cintai.

***

"Vita!" teriak Mama sembari mengedor pintu kamar putrinya itu agak kuat hingga membuat Papa menutup telinga dengan kedua tangannya. "Kamu nggak masuk kuliah? Nanti telat, lho!"

Vita yang jelas merasa terganggu hanya terduduk di atas ranjang, tidak berniat menyahut Mamanya yang semakin keras mengedor pintu kamarnya. Bukannya tidak mau menjawab teriakan Mamanya, namun dia tidak mampu. Karena menangis semalaman ditambah tidak tidur sama sekali, suaranya hilang entah kemana. Bahkan untuk berbicara dengan volume biasa saja dia tidak mampu. Jika dia menghampiri Mamanya, nanti Mama malah khawatir melihat keadaannya.

Matanya melirik jam dinding di kamarnya. Sudah pukul 09.00 dan itu artinya mata kuliah pertama hari ini sudah berlalu satu jam. Dia sudah mengirim pesan pada teman dekatnya di kampus untuk mengarang alasan perihal ketidakhadirannya. Namun dia tidak tahu bagaimana cara memberitahu Mamanya jika dia tidak akan pergi ke kampus hari ini. Jika dibiarkan begitu saja, bisa-bisa pintu kamarnya berakhir rusak karena Mamanya yang mengedornya tidak tanggung-tanggung.

Chéri ChérieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang