Kedua mata itu mengerjap lemah,dengan pelan ia meneliti setiap sudut ruangan serba putih itu,hari masih gelap,dan hujan tetap turun dengan derasnya,pandangannya beralih ketika ia merasakan genggaman tangan besar ditangan kirinya.
Alvin,pemuda itu tengah tertidur dengan pulasnya sambil menggenggam tangan Rena disamping ranjang,tapi yang membuat Rena terheran adalah Alvin tertidur sambil menyangga kepalanya menggunakan sebelah tangannya,dan sedikit terantuk-antuk karena mulai kehilangan kesadarannya yang sepenuhnya.
Rena terkikik geli melihat pemuda itu,hingga membuat kedua mata indah itu perlahan terbuka.
"Udah bangun?" ucap Alvin parau sambil memposisikan tubuhnya duduk bersandar pada kursi.
"Kok gue bisa disini?sejak kapan?" Rena bangun dari posisinya,menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang.
Terlihat pemuda disampingnya itu menghembuskan nafasnya gusar,kemudian melipat kedua tangannya pada pinggiran ranjang sambil menatap Rena pekat.
"Lo pingsan selama dua jam,dan...Adit yang bawa lo kesini,gue nggak sengaja liat kalian berdua tadi."
Alvin menjeda kalimatnya,dengan raut kesal ia menyentil dahi Rena,membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Lagian ngapain lo pakek pingsan segala?mana sama Adit lagi!"
"Emang kenapa?apa jangan-jangan...lo cemburu ya?" Rena menatap Alvin jahil.
"Menurut lo?lo itu pacar gue Ren...gue nggak suka milik gue disentuh sama cowok lain!" jawab Alvin penuh penekanan membuat Rena meneguk ludahnya sambil memalingkan wajahnya dari Alvin.
"Ya...Adit kan maksudnya baik...terus mana anaknya?"
"Kok jadi nanyain dia?bukannya nanyain gue yang dari tadi setia nungguin lo." Alvin mengerucutkan bibirnya layaknya anak kecil.
"Idih...sejak kapan lo manja kaya gini?mana sifat liar lo yang kaya biasa?"
"Jadi lo mau gue liar?" Alvin menatap Rena lekat dengan senyum miringnya.
"B-bukan gitu bego!" Rena menjauhkan kepala Alvin yang tadinya mendekat.
"Udahlah gue mau pulang!" Rena hendak menuruni ranjangnya,namun belum sempat kakinya menginjak lantai tangannya ditarik lagi kebelakang.
"Nggak!dokter belum ngasih tau kalo lo boleh pulang!" tegas Alvin sekali lagi membuat Rena menatap pemuda itu kesal.
"Argh!!lo tuh lama-lama nyebelin ya!kenapa lo tiba-tiba jadi over kaya gini sih?" Rena mengacak rambutnya sendiri sambil berusaha menahan diri agar tak mencakar pemuda yang berstatus kekasihnya itu.
"Gue suka waktu lo marah,tambah imut." Alvin tertawa kecil membuat wajah Rena sedikit bersemu merah,tak lama seorang dokter wanita memasuki ruangan dan memeriksa keadaan Rena.
"Sekarang nona Rena sudah bisa meninggalkan rumah sakit karena keadaannya yang sudah membaik,tapi ingat jangan terlalu kelelahan,itu akan berakibat pada kesehatanmu." Rena mengangguk sambil mengucapkan terima kasih sebelum dokter itu pergi meninggalkan kamar Rena.
"Tuh kan!gue udah boleh pulang!"
"Yaudah iya!tuh bajunya udah gue siapin,ganti baju sana dikamar mandi,atau mau disini aja?" goda Alvin sambil mengerlingkan sebelah matanya membuat Rena melempar tatapan tajam nan sinisnya.
Beberapa waktu kemudian,Rena keluar dari kamar mandi dengan pakaian hoodie putih dan juga celana jins hitam yang dibeli Alvin tadi,rambut panjang yang kini sudah kering itu hanya ia gulung keatas,simpel tapi terlihat menarik dimata Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tomboy Girl
Teen Fiction"Apaan sih njir,nanya melulu dari tadi!!" "Dih,kang siomay aja disensiin,pantes jomblo dari lahir." "Elu ngatain gue?ngaca nyet!emang situ nggak jomblo?" "Gue tuh bukannya jomblo,tapi gue terlalu indah untuk dimiliki." "Najis!" ini bukan hanya tenta...