Bianca menjatuhkan dirinya ke lantai saat ia melihat Rebecca berlari kearah Rena dan dengan cepat menahan lukanya agar tak terlalu keluar banyak darah,sedangkan Bi Inah sedang sibuk menenangkan Tasya yang menangis histeris dipelukannya dan membawanya keluar rumah.
"Ren!!lo harus tetep sadar plis!" Rebecca menahan tangisnya saat melihat sahabatnya itu terkulai lemas dilantai,ia menepuk nepuk pipi Rena yang mulai tak sadarkan diri itu,matanya menatap kearah perut rena yang masih tertancap bilah pisau itu.
"Lo..." pandangannya beralih kearah Bianca.
"Ng-nggak!NGGAK!BUKAN GUE!BUKAN GUE!" Bianca menjerit histeris sambil menjambak rambutnya sendiri.
"Ada apa?" Rosa dan Reno yang tadi sempat mengantar Rebecca pun berlari kedalam rumah saat mendengar teriakan Tasya tadi.
"Ng-nggak...." Rosa menutup mulutnya melihat Rena tak berdaya dipangkuan Rebecca yang tengah sibuk menelfon ambulance itu.
Rosa menatap Bainca tak percaya,gadus itu berlari kearah Bianca dan mencengkran kerah bajunya.
"Lo gila tau nggak!lo udah nggak waras!puas lo Rena kaya gitu hah!!" Rosa tak bisa membendung tangisnya.
"Ros udah!kita harus cepet tolongin Rena." Reno menarik tangan adiknya.
"Kalian ikut Rena kerumah sakit,biar gue tanganin Bianca." kedua gadis itu mengangguk,hingga beberapa menit kemudian ambulance datang dan segera membawa Rena kerumah sakit,untung jarak rumah Rena dan rumah sakit cukup dekat.
Sementara Reno tengah sibuk menelfon seseorang yang mungkin bisa membantu masalah ini.
"Halo Alvin?"
"Gue cuman mau bilang...Rena..."
******
Alvin berlari dengan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit diikuti Devan dan Vano yang kebetulan tadi sedang dirumah Alvin,nafas Alvin sudah menggebu,keringatnya berkucuran saat Reno menelfon dirinya tadi.
Rena...gadisnya itu sedang dalam masalah,dan ia justru tak bisa melindungi gadis yang ia sayangi itu,ia benar-benar membenci dirinya sendiri saat ini.
"Rena dimana?" tanya Alvin saat melihat Rebecca dan Rosa yang tengah menunggu diluar ruangan.
"Dia...lagi dioperasi sama dokter." jawab Rebecca dengan tatapan kosong,keadaan kedua gadis itu sangat kacau,pakaian Rebecca penuh dengan warna darah Rena yang menempel dan Rosa tak henti-hentinya menangis dipelukan Rebecca.
"Hiks!Rena nggak bakal kenapa-kenapa kan Bec?hiks."
"Nggaklah...kaya lo nggak kenal sama Rena aja,pak Candra aja dilawan apalagi luka yang kaya gitu,pasti dia bisa ngelawan kok."
Rebecca kembali memeluk Rosa,berusaha menenangkan gadis itu sambil menepuk-nepuk punggungnya,padahal ia sendiri juga dalam perasaan yang kacau.Devan mengeluarkan sapu tangan dari sakunya,dan memberikannya pada Rebecca.
"Kalau mau nangis,nangis aja,cuman ada kita disini." ucap pemuda manis itu.
Rebecca terdiam sambil menatap sapu tangan itu.
"Makasih." singkatnya sambil menerima sapu tangan itu dan buru-buru mengelap air matanya yang sempat keluar tadi.
Sementara Alvin menatap pintu dengan lampu berwarna merah diatasnya dengan perasaan campur aduk,ingin rasanya ia mematahkan tulang orang yang sudah menyakiti miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tomboy Girl
Fiksi Remaja"Apaan sih njir,nanya melulu dari tadi!!" "Dih,kang siomay aja disensiin,pantes jomblo dari lahir." "Elu ngatain gue?ngaca nyet!emang situ nggak jomblo?" "Gue tuh bukannya jomblo,tapi gue terlalu indah untuk dimiliki." "Najis!" ini bukan hanya tenta...