Kamis, 27 Desember 2018
Pagi habis shalat subuh, ibuku dapet pesan WA dari nomer yang nggak dikenal. Ternyata pengirim pesan kalo sepupuku Kiki, meninggal. Setelah dicek ternyata itu nomernya bapaknya Kiki. Aku kaget. Beberapa hari sebelumnya, dia menderita sakit panas naik turun dan katanya ibuku ada benjolan di kepala sih.
Awalnya dia dirawat di DKT Salatiga sejak Minggu kemaren. Habis itu Rabu dibawa RS Kariadi. Kemaren Rabu, orang tuaku njenguk dia pas sebelum maghrib. Waktu itu temenku laki-laki belum pada pulang. Kondisinya udah kritis. Waktu itu, bapakku juga sempet megang kakinya. Katanya kakinya dinginnya nggak wajar.
Ada keanehan sebelum Kiki meninggal. Pas di DKT permintaannya aneh-aneh. Lha adikku, Vina itu kok beberapa hari sebelum meninggal selalu pengen nelpon terus. Jangan-jangan adikku ini punya feeling yang kuat. Aku juga sempet dibilangin ibu waktu sebelum aku dipulangkan tes IPDN di Jatinangor. Adikku pas hari Kamis bilang sama ibuku habis bangun tidur kalo dia ngimpi aku dipulangkan. Aku juga ngimpi yang sama waktu malam sebelum pengumuman itu. Dan habis bangun itu aku perasaannya nggak enak.
Umur Kiki waktu meninggal 19 taun. Tapi bagaimanapun ini udah kehendak Allah swt. Aku malah sampe kasian sama sepupuku yang juga kakaknya Kiki. Dia sempet pingsan. Aku nggak tega liat cewek nangis. Adikku juga sampe nangis. Mungkin karena inget Kiki.
Aku semakin sadar dan merenung bahwa apapun yang kita miliki nggak akan dibawa mati melainkan dengan amal perbuatan saja. Ada 3 perkara yang pahalanya ngalir terus sampe mati: ilmu bermanfaat, amal jariah dan doa anak yang sholeh.
Dalam catatan hariannya Soe Hok Gie pernah bilang "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan. Yang kedua adalah dilahirkan tapi mati muda. Yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda." Tapi bagiku mati muda tapi nggak ngasih kontribusi buat bangsa dan negara cuma nyisain nisan aja. Bagiku yang paling terbaik adalah mati di saat aku udah bisa naik haji sama istriku besok dan aku bisa ngeliat anak-anakku udah sukses dan hidup mapan. Dan keluargaku udah terbangun pondasi agama Islamnya kuat.
Jika Tuhan berkehendak, aku bakal bilang, "Nak, aku sudah menunaikan kewajibanku dan kalian udah bisa mewujudkan impian kalian. Biarkanlah aku tinggalkan dunia ini dan bisa beristirahat selama-lamanya dengan tenang." Makannya itu, mengapa aku belajar bahasa Arab? Biar aku bisa nguasain kitab kuning untuk diajarkan terutama buat keluargaku besok. Dan aku ingin pergi setelah aku bisa nerbitin buku karyaku sendiri tentang Pancasila dan filsafat.
Jumat, 28 Desember 2018
Hari itu pengumuman penempatan untuk CPNS Kemenkumham. Informasi dari web, untuk yang sarjana ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk yang SMA semuanya ditempatkan per provinsi. Aku liat dalam urutan penempatan itu, aku urutan ke-3 dari bawah. Tanggal 28 Januari peserta harus melapor ke Kanwil buat dapet SK CPNS. Mulai tugas tanggal 1 Februari 2019.
Kalo ngomongin soal jodoh, masih jauh buatku. Karena jodoh itu udah ada yang ngatur. Manusia adalah alat sejarah. Tapi dia tidak bisa menghentikan jalannya sejarah.
Lha masalahnya aku orangnya pemalu. Makannya itu, aku butuh "katalisator" yang bisa hubungin aku sama cewek yang aku sukai. Tapi tentu dengan pertimbangan orang tua juga. Bagaimanapun juga, pertimbangan orang tualah yang terbaik. Ini menyangkut masa depanku nanti.
Selasa, 1 Januari 2019
Tahun baru adalah saat dimana bagi kita buat introspeksi diri. Pengalaman-pengalaman di masa yang lampau harus menjadikan "richting" (arah) kepada kita untuk hari depan ke arah yang lebih baik. Kita semua pula adalah alat dari derap kemajuan itu. Masih terlalu jauh bagi kita untuk melihat hari depan itu. Namun kita mesti tanamkan dengan penuh keyakinan menyongsongnya sambil melakukan perbaikan demi perbaikan. Mereka yang menyerah itulah yang akan dilindas oleh sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Kupu-Kupu
Non-FictionBerawal dari kegagalan penulis yang diperankan oleh "Aku" dalam seleksi penerimaan polisi, IPDN dan TNI AD membuatnya harus kuliah demi mengisi kekosongan waktunya. Lahir dari ayah yang berprofesi sebagai polisi membuat penulis termotivasi untuk men...