Renunganku Soal Bangsa

8 1 0
                                    

Jumat, 31 Januari 2020

Good Bye hitam putih and welcome into new uniform PNS. Ya kalo boleh dibilang aku ini kaum umbies wkwk.. Walaupun pegawai dengan golongan paling rendah gak masalah. Yang penting bisa ngebanggain orang tua dan setidaknya walaupun berbeda jalur yang notabene bapakku militer gak masalah. Toh sama-sama pegawai juga.

Masuk kerja, langsung pelayanan. Karena notabene aku di bagian Dokumen Perjalanan yang mengurus masalah Paspor. Enaknya disini, kita gak cuma di satu bagian aja. Tapi semua bagian bisa dikerjakan selama itu kosong. Jadi gantian dan kerja tim di UKK Brebes ini.

Aku hari ini, merenungkan soal transportasi yang aku tumpangi tadi sore. Ya, kereta api. Aku tertarik untuk mendalami sejarah perkeretaapian Indonesia akhir-akhir ini.

Dahulu pada zaman penjajahan Belanda, banyak sekali stasiun kereta yang dibangun di tiap kabupaten/kota bahkan kecamatan di Indonesia. Tidak heran, kereta api menjadi moda transportasi yang memiliki peran cukup penting. Bahkan ketika itu, kira-kira sekitar 6000 km panjang rel yang dibangun di Indonesia.

Pembangunan jalur kereta api sebenarnya dimulai setelah dihapuskannya sistem tanam paksa tahun 1870. Sejak itu pulalah, Belanda secara serius mulai membangun pula tata kota di hampir selurug wilayah Indonesia. Fungsi kereta api tentunya berkaitan pula dengan kepentingan penjajah. Di samping sebagai angkutan penumpang, juga untuk mengangkut hasil bumi agar diekspor ke negeri Belanda.

Tidak mengherankan di Jawa Tengah, ada beberapa stasiun di beberapa kecamatan. Selain itu pula, fungsinya untuk kepentingan militer seperti Stasiun Jambu di daerah kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Dengan berkembangnya zaman, tentunya kereta api semakin lama kalah bersaing dengan moda transportasi lain. Sehingga pemerintah mulai menutup dan menonaktifkan beberapa jalur kereta api di Indonesia. Itu dimulai sejak zaman Orde Baru. Namun secara besar-besaran pada masa Orde Baru.

Bisa dibilang kereta api yang menggunakan uap sebagai lokomotifnya lambat. Dengan kecepatannya saja maksimal 60 km/jam. Makannya sejak tahun 1970-an, kereta api uap diganti dengan kereta listrik. Meskipun pada zaman Belanda sudah ada. Namun kurang begitu teraplikasikan.

Baru-baru ini ada wacana dari pemerintah untuk menghidupkan kembali jalur kereta api yang sudah nonaktif. Tentu bukan perkara mudah. Pasalnya banyak jalur kereta yang sudah berubah menjadi komplek perkampungan, toko dan ada juga yang sudah menyatu dengan tanah. Beberapa juga hilang entah kemana. Rencana itu dimulai tahun 2015.

Menghidupkan kembali beberapa jalur kereta yang sudah nonaktif tidak serta merta menghidupkan jalur yang sudah ada sebelumnya. Tetapi ada juga membuat jalur baru lagi. Yang sudah terealisasi antara Garut-Cikajang. Walaupun sedang dalam proses. Namun aku lihat pemerintah Jawa Barat cukup perhatian soal ini.

Bandingkan dengan Jawa Tengah! Jalur KA Kedungjati-Tuntang yang kabarnya akan dihidupkan kembali pembangunannya malah berhenti tahun 2015. Sampai sekarang belum berlanjut.


Selasa, 4 Februari 2020

Pergantian pelatih timnas Indonesia ke Shin Tae Yong membuat timnas aku lihat fisiknya lebih baik. Sejak tiga pertandingan pada Kualifikasi Piala Dunia 2022, di bawah pelatih Simon Mc. Menemy, timnas Indonesia bermain buruk.

Bagaimana tidak! Tiga kali kekalahan beruntun membuat timnas harus puas di posisi juru kunci. Yang lebih memalukan lagi, kita kalah di laga kandang melawan Malaysia, Vietnam dan Thailand.

Di level usia muda, nggak perlu tanya kalo lawan Vietnam, Thailand kita bisa menang. Bahkan tahun 2018 di level Piala Asia U-16, timnas Indonesia sanggup menang melawan Iran 2-0.

Sang Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang