Rabu, 24 Oktober 2018
Diskusi Hukum Agraria hari ini cukup menarik. Pembahasannya mengenai hak milik tanah. Aku terburu-buru hari ini karena tugas Hukum Perbankan. Aku print dulu paginya di rumah tetanggaku. Ia juga membuka fotocopi. Karena di rumah tetanggaku PDFnya tidak bisa mencetak jurnal, aku putuskan untuk mencetak dan menjilid makalah saja. Jurnal aku cetak setelah makul Hukum Agraria.
Aku berangkat sambil membawa baju ganti warna putih lengan panjang. Sepatu PDH aku letakkan di jok motor. Untuk celana, kain warna hitam aku pakai langsung saat kuliah. Karena hari ini verifikasi dokumen asli dan ukur tinggi badan tes CPNS. Setelah makul Perdata, aku bergegas menuju ke masjid sambil membawa jaket. Dalam hati aku berkata, "Ah lumayan, rasah kuliah sisan. Mogo-mogo aku ndang iso metu saka kampus iki." (Ah, lumayan, nggak usah kuliah sekalian. Semoga aku segera bisa keluar dari kampus ini)
Ajiah: "Er, meh neng ndi? (Er, mau kemana?)
Aku: "Aku ijin rak melu makule Pak Jafar. Aku arep tes CPNS." (Aku izin nggak ikut makulnya Pak Jafar. Aku mau tes CPNS)
Ajiah: "Semangat ya er"
Aku: "Yoi".
Aku nggak mau ketahuan teman-temanku dan bagiku terkesan aneh make baju putih dan celana panjang warna hitam di kampus. Kebetulan Ilham di masjid habis aku ganti baju. Aku istirahat sebentar. Ternyata, Pak Jafar kosong. Tapi kuliah akhirnya tetep dilanjutin.
Pukul 11.30, aku ke parkiran. Setelah aku parkir, eh si Mawar dan Astrid datang. Ia membonceng Astrid. Si Mawar nanya, "Lho Er kamu nggak masuk kuliah?" Aku jawab, "Orak, aku ijin." (Nggak, aku izin dulu) Mawar menjawab, "Oh... yo wes." (Oh, ya udah) Tanpa tanya alasannya. Mereka langsung pergi. Aku lalu mengangkat kedua pundak. Nah setelah itu ada Ubaidillah datang, aku titipkan tugasku Hukum Perbankan untuk dikumpulin ke Rivai.
Karena buru-buru, aku ngendarain motor sampe lupa, ternyata ban motorku aku kunci pake kunci stang. Untung ada yang ngingetin pas keluar dari parkiran. Jadi, aku naik motor kunci stangnya sambil keseret. Hehehe...
Ok, lanjut keberangkatan. Aku sarapan dulu. Pukul 12.00 aku menuju ke Akpol. Pas aku sampe disana, banyak peserta yang udah datang dulu. Aku parkir di lapangan yang luas. Abis parkir, aku nunggu dulu mobil penjemput untuk menuju stadion. Jaraknya ke stadion 2 km lebih.
Setelah, menunggu akhirnya dapet juga mobil jemputan. Mobilnya panjang dan nggak ada ACnya lagi. Panas! Ditambah pas aku naik, udah ada peserta yang duduk dulu. Aku akhirnya bisa duduk di depan pintu persis. Gilee.. udah panas, duduknya nggak nyaman lagi!
Sampai di stadion, kami langsung baris untuk menuju ke tempat duduk yang udah disediain. Udaranya sangat panas disini. Aku banyak berkeringat. Tetapi tiap-tiap keringat yang jatuh ke bumi adalah racun bagi musukku. Aku tahu ini adalah sebuah perjuangan yang cukup berat. Disamping harus menyingkirkan peserta lain yang jumlahnya ribuan. Kuota untuk formasi SMA di Jawa Tengah 48 orang dengan rincian 36 laki-laki dan 12 wanita. Setiap langkah yang kita tempuh ini, alam dan pohon-pohon menjadi saksi perjuangan kita. Aku tahu memang setiap perjuangan pasti ada pengorbanan. Dan perjuangan untuk menuju sinar gemerlanya emas hasil perjuangan itu pasti ada rintangan yang menghadang. Aku yakin pasti setiap perjuanganku ini akan tertuju pada suatu hasil yang tak akan ternilai.
Aku akan selalu ingat setiap perjuanganku hidup di dalam meraih impian. Dimulai dari SD. Lalu sampe sekarang adalah pengalaman hidup yang nggak bisa dilupain. Besok akan aku ceritakan hal ini kepada semua orang bahkan keturunanku dan istri bahwa inilah perjuanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Kupu-Kupu
Non-FictionBerawal dari kegagalan penulis yang diperankan oleh "Aku" dalam seleksi penerimaan polisi, IPDN dan TNI AD membuatnya harus kuliah demi mengisi kekosongan waktunya. Lahir dari ayah yang berprofesi sebagai polisi membuat penulis termotivasi untuk men...