Bangkit Untuk Kembali Berjuang

126 1 0
                                    

Jumat, 28 September 2018

Sebenarnya, aku nggak terlalu bersemangat. Karena memang dua hari terakhir, aku selalu bangun pagi untuk mendaftar di akun SSCN untuk pendaftaran CPNS. Untuk pendaftaran CPNS, semua harus masuk ke situs SSCN. Jadi pelamar tidak boleh mendaftar di dua instansi.

Saat Hukum Adat, setelah Jumatan, aku mengajukan pertanyaan khusus kepada Mawar. Aku beri penjelasan sedikit dan lalu masuk ke pertanyaan. Pertanyaannya adalah "Apa batasan-batasan dalam yang dimaksud dengan masyarakat Hukum Adat sesuai dengan UUD 1945?" Pertanyaan kedua, "Lembaga negara apa saja yang menghormati kesatuan masyarakat hukum adat?" Kebetulan saat mempresentasikan, ia menyampaikan mengenai dasar yuridis berlakunya Hukum Adat. Jadi sesuai dengan pertanyaanku.

Mawar menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang nggak muasin menurutku. Tiara mencoba membantu. Lalu aku mencoba untuk memperjelas. Bu Hikmatun, dalam membantu menjawab pertanyaanku juga nggak muasin. Namun ada beberapa poin, yang masuk ke pertanyaanku.

Malah setelah Hukum Adat, Nafis menyuruhku suruh berfoto dengan Mawar. Aku sendiri awalnya tidak mau. Nafis pintar juga membujuk Mawar. Pukul 16.00 makul HTN (Hukum Tata Negara), ia malah njapri aku dulu, "Kuliah er?" Mungkin gara-gara tadi, dia ngerjain aku lagi. Malamnya aku pergi ke Ungaran bersama keluarga.

Sabtu, 29 September 2018

Hari ini tidak ada kegiatan, karena Sabtu dan Minggu, kuliah libur. Dus habe ich nicht eine Betätigung um zu tun. Ich lese nur Buch von Otto Bauer, "Die Nationalitäten Frage". At night, I considerably didn't send her a message. She also didn't send me as a greeting. I tried to make a distance first. And now I want to be focus on my CPNS test. I indeed have a plan to ask her having lunch together. I want to know her feeling and to know her more. (Jadi, aku tidak punya kegiatan apapun untuk dilakukan. Aku cuma baca buku Otto Bauer, "Die Nationalitäten Frage". Dan sekarang, aku mau fokus dulu tes CPNS.

Minggu, 30 September 2018

Mengenang peristiwa G30S adalah kenangan yang begitu pahit bagi bangsa Indonesia. Dalam mindset kita G30S adalah suatu bewegung dass von PKI begonnen werden um Regierung zu zerfällen (gerakan yang diiniasi oleh PKI untuk menjatuhkan pemerintah).

Yang menjadi persoalan bagi kita adalah identitas bangsa kita setelah peristiwa ini berubah total. Dan akibatnya yang kita rasakan sekarang, kita semakin kehilangan arah kemana bangsa kita mau dibawa. Hal ini ditambah dengan Pancasila yang posisinya saat ini terpinggirkan ke lorong yang sempit.

Gerakan ini menjadi kontroversi di kalangan masyarakat kita. Justru aku bertanya, mengapa dengan adanya berita Dewan Jenderal, para tentara Cakrabirawa langsung mengambil tindakan dengan membunuh tujuh jenderal yang dibuat Dewan Jenderal.

Hal ini karena adanya rekaman dari pernyataan Jenderal S. Parman tentang Dewan Jenderal. Tentu Letkol Untung sebagai komandan Cakrabirawa harus mengambil tindakan agar kudeta gagal. Karena keberadaan Dewan Jenderal bisa mengkudeta presiden.

Suasana politik ketika itu sedang panas-panasnya. Yang menjadi pertanyaan, apakah rekaman itu benar-benar asli? Ataukah ada oknum yang ingin membuat suasana menjadi perang saudara? Karena PKI dan AD ketika itu verhoudingennya (hubungannya) sedang tidak akur. Dari rekaman itu, ditambah pula adanya Dokumen Gilchrist yang dibawakan oleh seorang kurir yang salah satu tulisannya berbunyi, "Our Local Army Friends".

Sang Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang