Kau mungkin mengira menjadi orang yang dimusuhi seisi kamp akan membuatku meringkuk di kamar sampai ubanan seperti manusia purba yang nongkrong di gua jutaan tahun lalu. Well, itu rencananya. Tapi ternyata takdir belum puas menjungkirbalikkan duniaku. Karena selain menjadi budak tanpa bayaran di Kensington, rupayanya aku juga harus kerja rodi di tempat lain.
Awesome.
"Semua yang menjadi relawan di kota akan dibagi ke dalam sepuluh kelompok." Oceh Barbara. Wajahnya berkerut-kerut terkena sinar matahari terik, membuat kulitnya yang tidak pernah terkena setetes pun moisturizer terlihat lebih kering lagi. "Kelompok pertama sampai empat akan pergi ke Panti Jompo, kelompok lima sampai tujuh pergi ke Tempat Penitipan Anak dan kelompok delapan sampai sepuluh pergi ke Rumah Sakit Kanker di Brooklyn"
Wajah-wajah di sekitarku sontak berubah gembira. Ternyata bukan cuma aku yang karatan disini dan terus menghitung hari sampai bokongku bisa kembali ke peradaban.
"Panti Jompo yang akan dikunjungi oleh Kelompok I sampai 4 adalah St. Mitchell, New Century, Hudson Hill..."
Sementara Barbara mengoceh tentang daerah-daerah yang akan dikunjungi oleh peserta kamp, aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Wajah-wajah asing berseliweran dari segara arah, kebanyakan sibuk mengobrol dengan teman-teman mereka. Aku melihat Miles duduk di bawah salah satu pohon, mengenakan kemeja kotak-kotak dan kacamata bundarnya.
Seakan menyadari tatapanku, Miles mendongak. Aku mengulas senyum kecil kearahnya. Untuk sepersekian detik, kukira dia akan mengabaikanku seperti semua orang. Tapi kemudian, cowok itu balas tersenyum dan melambaikan tangannya.
"..kalian bebas memilih anggota tim kalian sesuka hati. Asalkan anggotanya terdiri dari dua cowok, dua cewek."
Dalam sekejap, suara erangan beberapa orang bersahut-sahutan.
"Ini tidak adil!"
"AKU GAK MAU SATU TIM SAMA COWOK! MEREKA GAK PERNAH KERJA!"
"Tidak! Kau tidak bisa memisahkan kami!" pekik salah satu cewek kembar tiga.
Barbara, layaknya diktator sejati, menepukkan tangan kekarnya dan mengatakan bahwa jika dalam lima menit kami belum membentuk kelompok, dia akan mengubah tugas ini menjadi tugas sendiri-sendiri.
Percayalah, mengusap ompol manula seorang diri bukan cita-cita semua orang yang ada disini.
Semua orang berlarian membentuk kelompok. Tubuh-tubuh berseliweran di sekitarku, berlari dari sisi yang satu ke sisi yang lain demi bergabung bersama teman-teman mereka.
"Ayo, cepat! Kalian sebut gerakan seperti keong itu berlari?" Barbara memekik di depan speaker, menulikan kami semua. "Satu setengah!"
Aku berlari ke kelompok yang masih beranggotakan tiga, tapi seorang cewek berkulit cokelat keburu mendahuluiku.
Damn. Kemana lagi aku bisa pergi?
Tatapanku terjatuh pada Kyle yang berdiri dekat Cameron. Cowok itu tengah menatapku. Sudut bibirnya sedikit terangkat, menampilkan seringaian yang membuat bulu kudukku berdiri. Kemudian, ia melakukan sesuatu yang tidak kuduga.
Kyle mulai berjalan lebar-lebar ke arahku.
Tidak. Tidak. No way. Aku tidak mau sekelompok sama dia!
"Dua setengah!" Barbara memelototi kami semua, "Kesempatan terakhir untuk membentuk kelompok masing-masing!"
Aku menoleh ke segala arah. Bagaimana ini? Siapa yang masih kurang anggota? Siapa yang..
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Be Where You Are
Chick-LitIt's a cliche story: si cewek bertemu si cowok di sebuah pesta. Si cewek mempermalukan si cowok yang ternyata merupakan berandalan terkenal di sekolahnya. Si cewek berharap dia gak bakal pernah bertemu cowok itu lagi--setidaknya sampai si cewek tida...