Bersahabat selama delapan tahun bukan lah waktu yang sebentar. Delapan tahun menjalani suka duka bersama, delapan tahun selalu bersama kemana pun, saling mengeluhkan masalah kehidupan dan percintaan membuat mereka saling memahami satu sama lain, sifat buruk dari masing-masing pun mereka tau.
Persahabat berbeda gender tanpa adanya perasaan cinta membuat banyak orang iri kepada Helia dan Malvian. Apalagi takdir seakan merestui mereka untuk selalu bersama sejak sekolah menengah akhir, kuliah, serta bekerja pun disatu tempat yang sama. Namun, orang lain tidak ada yang tau bagaimana keduanya sudah sangat putus asa dengan kisah percintaan.
"Udah lah, kalau jodoh juga pasti dia balik ke lo." Ucap Helia yang asik memakani roti bakar yang dipesan Malvian.
Asap rokok dihembuskan oleh Malvian, suara kendaraan yang saling bersautan tidak membuat Malvian acuh dengan ucapan sahabatnya.
"Gue maunya dia, udah terlanjur sayang."
"Ya tapi dia selingkuhin lo, ka. Goblok aja sih kalau lo masih ngarepin tuh cewe." Decak Helia dengan kesal. "Masih beruntung lo tau dia selingkuh sebelum lo ngelamar dia."
"Huft, gimana ya hel target nikah gue..."
Helia menyeruput es teh sebelum kembali mengomel pada sang sahabat. "Lo masih muda, ka. Nggak usah deh nikah ditargetin harus umur segini, nyari pasangan hidup nggak segampang nyari permen karet. Kalau diburu-buru ya gini kayak lo, belum tau seluk beluk pasangan tau-tau tuh cewe nggak bener."
Helia kembali berdecak sebal, sudah lelah menghadapi Malvian. "Kalau emang target nikah lo umur dua enam, kenapa nggak lo terima aja pilihan Mami lo."
"Ck, janda dia tuh Hel, ogah gue pasti udah nggak rapet."
"Monyet, otak lo." Tangan Helia dengan enteng memukul dahi Malvian dengan keras.
Malvian kembali menghembuskan asap rokok, menatap jalanan dengan berbagai pikiran di otaknya. Ia diam sesaat saat sebuah pikiran yang sama kembali terlintas di otaknya, matanya menatap Helia yang kembali asik makan mie rebus yang baru dipesan, matanya menilik Helia dari ujung rambut hingga kaki.
"Gimana kalau lo aja yang nikah sama gue, Hel?"
Helia yang sudah biasa mendengar ucapan tersebut saat sahabatnya patah hati memilih acuh.
"Hel, kali ini gue serius. Minggu depan gue sama keluarga ke rumah lo deh."
"Sebentar, gue abisin mie dulu abis itu kita pulang. Otak lo makin malem makin nggak bener."
"Kok... Gue serius loh Hel ngajak lo nikah. Tahun depan umur gue udah dua enam, sayang juga kan cincin-nya."
"Terusnya kenapa kalau tahun depan umur lo dua enam? Tahun depan umur gue masih dua lima, target nikah gue umur tiga puluh btw."
"Gila, lo mau jadi perawan tua?"
Helia mendelik tak suka. "Tiga puluh tuh masih muda. Gua nggak mau buru-buru nikah. Nggak mau salah pilih cowo."
"Ya kan lo nikahnya sama gue, jadi lo nggak usah pusing nyari cowo yang setia. Susah Hel sekarang kan nyari cowo setia, banyakan brengsek kata lo cowo sekarang."
"Ogah."
"Helia."
"Tinggal lo jual aja cincin-nya, beres, atau lo minta cariin aja cewe yang siap nikah tahun depan sama kakak lo."
"Iia."
Helia mengelap bibirnya dengan tisu, mood makannya hilang saat Malvian sudah memanggil namanya dengan pet name mereka berdua.
"Ian, denger ya. Kalau lo belum nikah di umur dua enam ya gapapa, nggak ada yang maksa lo buat buru-buru nikah juga. Kalau lo buru-buru nikah dan nggak peduli sama seluk beluk keluarga pasangan lo yang ada pernikahan lo nanti bisa berantakan. Kejadian hari ini, tahun lalu dan tahun kemarin harusnya lo jadiin pelajaran."
Helia menggenggam tangan Malvian yang terkepal, mengusapnya lembut agar amarah pria itu mereda. "Udah berkali kali loh lo diselingkuhin gini tapi, lonya nggak belajar dari kesalahan lo. Jangan buru-buru nikah ya Ian, masih ada gue nih yang siap nemenin lo ngejomblo."
"Udah yok pulang."
Malam itu, ajakan nikah Malvian yang menurut Helia hanya sebuah keputus asaan kembali diabaikan.
―〃
Helia (Iia) dibacanya 'iya'Malvian (Ian)
Hai haiiii aku balik lagi nich membawa markhyuck😬🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
Fanfiction●Markhyuck Banyak orang bilang kalau menikah dengan sahabat sendiri akan membuat pernikahan menjadi awet karena, sudah saling mengerti dan memahami satu sama lain. Akan jarang terjadi pertengkaran dalam rumah tangga nantinya. Dulu Helia juga berpiki...