16| Journey.

492 126 43
                                    

Selama hidup di dunia sebagai manusia, rasanya baru kali ini Taeyung merasa sangat malu. Bagaimana tidak? Pagi ini ia sedang duduk di ruang makan bersama Nyonya Song sementara Soyun sedang mandi. Nyonya Song sejak tadi menatapnya dengan tatapan sulit dimengerti.

"Apa kau benar-benar Noah TVS?"

"Ne."

"Di kamar putriku ada banyak sekali fotomu dan teman-temanmu. Kau nyata kan? Maksudku apa kau memang Noah yang dulu sering putriku ceritakan?"

Taeyung menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Ne, Ahjumma."

"Aigoo ... pantas saja putriku sangat menyukaimu. Kau terlihat jauh lebih tampan dibandingkan dalam foto."

"Gamsahamnida."

Semalam Taeyung memang tidur di rumah ini. Lebih tepatnya ia tidur di sofa ruang tamu setelah mandi dan Soyun memberinya pakaian ganti milik mendiang ayah gadis itu. Celana kain warna cokelat dan kaos hitam yang warnanya mulai pudar adalah yang ia pakai saat ini.

Dan di pagi harinya setelah Nyonya Song bangun, Soyun mengatakan bahwa Noah semalam kehujanan dan memutuskan untuk menginap.

"Apa kau tidak sibuk, Noah?"

"Ahjumma bisa memanggilku Choi Taeyung. Itu nama asliku."

"Nama yang cocok untukmu," Nyonya Song menuangkan teh untuk Taeyung. "Aku penasaran apa yang ibumu makan saat dulu mengandungmu. Kau bahkan lebih tampan dibanding mendiang suamiku."

Tidak ada yang bisa Taeyung katakan sekarang selain kembali mengulas senyum sopan.

"Kau dekat dengan putriku?"

Pertanyaan tiba-tiba yang Nyonya Song ajukan seperti sebuah serangan bagi Taeyung. Karena ia sendiri tidak paham dengan kata 'dekat' yang wanita ini katakan.

"Kami berteman, Ahjumma."

"Ah ... aku kira lebih dari itu. Karena biasanya Soyun sangat kasar terhadap pria. Dia bahkan pernah berkelahi dengan putra temanku."

"Berkelahi?"

"Geure. Putra temanku itu sampai harus dilarikan ke rumah sakit karena tangannya patah."

Taeyung seketika bergidik ngeri. Sepertinya ia harus waspada mulai sekarang. Karena jika dia salah berucap atau membuat Soyun kesal, mungkin gadis itu akan mematahkan tangannya juga.

"Aku tidak tahu pertemanan macam apa yang terjalin antara kau dengan putriku," Nyonya Song mengulas senyum tulus. "Tapi aku harap kau bisa memahaminya. Meski kasar dan terlihat tidak bersahabat, tapi sebenarnya Soyun memiliki hati yang lembut. Dia ingin membahagiakan orang-orang yang ia sayangi dan ingin melindunginya."

"Anda sangat menyayangi Soyun?"

Nyonya Song memukul lengan Taeyung pelan. "Hya! Apa kau pikir karena aku hanya ibu tiri lantas aku tidak menyayanginya? Bagaimana pun juga Soyun tetaplah putriku!"

"Ah, joesonghamnida," Taeyung menunduk dalam karena merasa sudah berbicara lancang.

"Kalian ingin sarapan apa? Aku akan membuatkannya."

"Tidak usah repot-repot, Ahjumma."

"Aku justru akan repot jika kau mati karena kelaparan," Nyonya Song hendak berdiri namun Taeyung buru-buru mencegahnya.

"Ahjumma, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa itu? Katakan saja."

Taeyung tampak ragu. Bagaimana jika Nyonya Song tidak memberi ijin? Namun pada akhirnya Taeyung tetap mengutarakan niatnya setelah mengumpulkan semua keberaniannya.

NOAH (new version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang