18| Kebenaran.

479 126 61
                                    

"Annyeong hasimnika," Soyun membungkuk sopan saat melihat seorang pria paruh baya baru saja keluar dari mobil pick up warna hitam. Hanya sekali melihat, Soyun sudah bisa menebak bahwa pria di depannya ini adalah ayah Taeyung. Karena wajah mereka benar-benar mirip.

Pria itu mengangguk sopan. Tampak bingung saat melihat keberadaan Soyun di halaman rumahnya sambil memegang sapu. Apakah sang istri menyewa jasa seorang pembantu? Tapi tidak mungkin. Lagi pula gadis di depannya ini sangat cantik dan kulitnya bersih. Wajahnya juga tidak asing.

"Kau siapa?" Tuan Choi-ayah Taeyung bertanya ramah. Sifat yang memang sudah mendarah daging dan menurun pada Taeyung.

"Aku Ahn Soyun, temannya Choi Taeyung Oppa."

Tuan Choi ingat sekarang. Soyun pernah muncul di TV dan menyanyi bersama Taeyung.

"Ah, senang bertemu denganmu, Soyun-ssi. Tapi mengapa kau ada di sini?" Tuan Choi melirik sapu yang masih di pegang Soyun. Bagaimana mungkin sang istri menyuruh seorang tamu untuk membantu membersihkan rumah?

"Appa!" Taeyung muncul dari dalam rumah, berlari menghampiri Tuan Choi dan memeluknya erat. "Aku pulang."

"Kapan kau datang, bayi beruang? Mengapa tidak meneleponku?"

Taeyung tertawa kecil. Melepas pelukan sang ayah dan tiba-tiba saja beralih merangkul pundak Soyun.

"Aku datang kemarin sore bersama Soyun. Appa mengenalnya kan?"

Tuan Choi mengangguk dan tetap menyunggingkan senyum. Meski ia terkejut karena putranya merangkul pundak seorang gadis.

"Geuneun nae yeon in iya (dia adalah kekasihku)."

Satu kalimat yang Taeyung lontarkan membuat Soyun melotot. Memangnya sejak kapan mereka menjadi sepasang kekasih?

"Ah ... jadi kau membawa calon menantu ke rumah ini?" Tuan Choi mengacak rambut Taeyung. "Kalau begitu jangan biarkan dia bekerja. Bagaimana bisa kau membiarkan calon menantu Appa membersihkan rumah, huh?"

Soyun berharap bumi segera menelannya. Karena sekarang tubuhnya mendadak panas dingin. Ucapan frontal Taeyung benar-benar tidak ia prediksi sebelumnya.

"Baiklah. Aku akan menyuruhnya duduk saja nanti," Taeyung tersenyum karena mendapat respons positif dari sang ayah. "Appa, harabeoji mencarimu. Aku tadi bilang kalau Appa belum pulang."

"Sepertinya dia ingin tahu tentang informasi bibit apel itu. Ya sudah, Appa masuk dulu. Ingat, jangan biarkan menantu Appa kelelahan."

"Arrasseo."

Tuan Choi tersenyum ke arah Soyun kemudian meninggalkan mereka berdua dan segera masuk ke dalam rumah.

Sepeninggal Tuan Choi, Taeyung segera mengambil alih sapu yang Soyun pegang dan melepas rangkulannya pada pundak gadis itu.

"Biar aku saja yang bersih-bersih. Kata ayahku calon menantunya tidak boleh kelelahan," Taeyung berusaha menahan tawa dan mulai menyapu. Ia yakin sebentar lagi Soyun akan mengomel.

"Oppa mengapa bilang seperti itu tadi? Ayahmu jadi salah paham," Soyun membuntuti Taeyung yang sedang asyik membersihkan daun-daun kering di halaman. Tangan pria di depannya ini begitu lincah mengayunkan sapu.

"Memangnya aku bilang apa?" Taeyung pura-pura bodoh. Senang rasanya karena bisa menggoda Soyun.

"Oppa bilang kita adalah sepasang kekasih."

"Faktanya memang seperti itu kan?" Taeyung berhenti menyapu, menatap Soyun dengan tangan kiri berkacak pinggang.

"Memangnya sejak kapan? Jangan-"

NOAH (new version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang