Geochang selalu menjadi tempat paling nyaman untuk Taeyung tinggal. Suasana pedesaan yang masih kental dan udara bersihnya seketika membuatnya lupa tentang kerumitan masalah hidupnya sebagai seorang public figure.
Dari jendela kamarnya, ia mengamati Soyun yang sedang mengobrol dengan sang kakek di teras depan sambil menikmati udara malam hari. Mereka semua baru saja selesai makan malam bersama. Daripada ikut bergabung dengan sang kakek dan Soyun, Taeyung lebih memilih berdiam diri di kamar karena ia yakin ibunya pasti memiliki segudang pertanyaan perihal kedatangannya bersama Soyun.
Tok ... tok!
"Taeyung-ah, Eomma boleh masuk?"
"Ne, Eommoni."
Pintu kayu itu bergeser perlahan. Seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek sebatas leher tersenyum ke arah Taeyung. Wanita yang telah melahirkan Taeyung dua puluh tiga tahun yang lalu itu masih tampak cantik meski beberapa kerutan mulai terlihat di wajahnya.
"Harabeoji sepertinya senang sekali karena ada Soyun di sini," Nyonya Choi-ibu Taeyung ikut berdiri di samping puteranya dan melihat interaksi antara kakek Taeyung dengan Soyun dari jendela kamar. "Sejak kepergian halmeoni, harabeoji jarang sekali tertawa seperti itu."
Taeyung tidak memberi tanggapan. Namun ia membenarkan apa yang ibunya katakan. Sejak kematian sang nenek, sang kakek terlihat tidak bersemangat dan lebih banyak berdiam diri di teras tanpa melakukan apa pun.
"Taeyung-ah," Nyonya Choi mengusap lengan Taeyung lembut. "Siapa Soyun? Maksud Eomma ... kalian memiliki hubungan?"
"Kami berteman," Taeyung masih memusatkan fokusnya pada Soyun yang sedang menghitung bintang bersama sang kakek. "Tapi aku mencintainya."
Nyonya Choi mengulas senyum tipis. Meski tinggal di desa, tapi dia selalu mengikuti berita para selebritis tanah air karena khawatir akan ada berita negatif tentang Taeyung. Dan tentu saja Nyonya Choi tahu tentang skandal kekerasan yang pernah Soyun lakukan terhadap Kim Yumi.
"Eomma sudah tahu berita itu kan?" tebak Taeyung setelah sang ibu tidak memberi tanggapan untuk beberapa saat. "Apa Eomma percaya gadis sebaik Soyun akan menyakiti orang lain tanpa sebab?"
Nyonya Choi memeluk lengan putranya dan kembali menyunggingkan senyum. Dia tidak menyangka putranya telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa.
"Apa dia gadis yang selama ini kau cari? Gadis yang mengajakmu menikah di fansign-mu?"
Taeyung mengangguk. Memejamkan mata sejenak dan mengembuskan napas panjang. "Aku lega karena telah menemukannya. Aku membawanya kemari karena aku tidak ingin ada orang lain yang mengusik kami. Terlebih aku tidak ingin Soyun semakin tertekan."
"Dulu Eomma sering membayangkan di masa depan kau akan menikah dengan seorang gadis yang tulus mencintaimu," Nyonya Choi mengamati Soyun sekali lagi. Gadis itu tengah tertawa karena salah menghitung bintang. "Seorang gadis yang bisa memahamimu lebih dari siapa pun. Jika menurutmu Soyun adalah gadis itu, maka jangan pedulikan orang lain. Fokus saja pada kebahagiaan kalian berdua."
"Eomma tidak membenci Soyun?" kali ini Taeyung menatap sang ibu. "Dia pernah mem-bully temannya."
"Kau lebih mengenal gadis itu," Nyonya Choi mengacak rambut Taeyung pelan. "Meski dia terlibat skandal, kau masih bersamanya dan tidak meninggalkannya. Itu artinya kau menganggap Soyun adalah yang terbaik untukmu. Semua orang pernah melakukan kesalahan dalam hidup, Taeyung-ah. Di dunia ini tidak ada manusia yang benar-benar suci. Kita tidak punya hak untuk membenci seseorang karena masa lalunya."
Taeyung mendadak sesak. Terlebih saat ia teringat tentang apa yang Soyun katakan malam itu ketika mereka sedang melakukan panggilan video. Tentang seberapa kelamnya masa lalu Soyun juga tentang pelecehan yang pernah gadis itu alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOAH (new version) ✔
Fanfiction"Tamvan Sonyeondan. Chukkahamnida." Setelah MC menyebut nama pemenang Artist of The Year pada acara penghargaan Watermelon Music Award 2019, sontak suara para penggemar membahana memekakkan telinga. Mereka menyambut riuh kemenangan boy band idola me...