Nomor 18 Ada Kejutan

271 262 13
                                    

Terakhir kali Lanita memakai ponselnya itu di aula belakang saat peristiwa tawuran. Lanita ingat saat itu ponselnya baru merekam kotak bergembok yang mencurigakan. Kemungkinan ponsel itu jatuh saat Lanita berlarian melarikan diri. Lanita pun meminta kunci pada Rama dengan alasan pakaian sekolahnya yang kotor di bully kemarin tertinggal. Rama yang mau menemani malah dipanggil Cakra untuk rapat, untung saja, jadi Lanita tidak perlu berbohong panjang lagi.

Tempat kemarin ia menjemur baju diperiksa secara teliti. Mulai di lantai, bawah tripleks, dekat kayu, bahkan terkubur di lantai berpasir. Namun, hasilnya memang tidak ada. Ponsel itu raib.

Lanita menggaruk kepalanya, berkacak pinggang melihat sekitar. "Mana lagi? Aduh, bahaya kalo yang dapat Kak Rama atau orang lain. Habis gue!"

Bel berbunyi. Pergantian jam mata pelajaran. Lanita harus kembali ke kelas lagi dan akan meminta izin ke toilet seperti alasannya tadi. Ponsel itu bagaimana pun caranya harus bisa ketemu. Dengan peluh keringat akibat berlarian dari aula belakang sampai kelas, Lanita mengundang perhatian Daisy.


"Capek," keluh Lanita seraya meminjam kipas elektronik milik Daisy.

"Toilet cuman lima langkah, tapi keringat lo kayak lari beribu langkah. Darimana lo?" tanya Daisy, curiga. "Lo makan diam-diam di kantin, ya?"

"Nggak. Udah ah, capek banget gue." Lanita malas menjelaskan dan langsung menaruh kepalanya di meja dan menikmati angin dengan posisi nyaman.

Daisy memandangnya dengan mata menyorot dalam.

"Ta. Gue chat lo tadi malam. Kok nggak dibalas?"

"Hape gue ilang."

"Pantes." Daisy bergumam seperti hendak mengatakan sesuatu. "Ta."

"Apa?"

"Hari ini ulang tahun Kak Rama."

***

Keadaan sekolah ramai ketika jam istirahat. Banyak murid berkumpul di kantin untuk makan siang dan koperasi sekolah untuk membeli jajanan ringan.

Lanita dan Daisy berada di meja yang persis ada di tengah-tengah. Depan dan belakangnya penuh oleh para murid yang bisa dipastikan adalah teman sekelas. Sisi kanannya diisi oleh kakak kelas, makanan mereka sudah habis, jadi sebentar lagi mereka akan pergi.

"Heh, Ta. Jangan lupa apa yang gue bilang." Daisy menunjuk Lanita dengan garpu yang berminyak.

"Iya, Sy, iya. Lo ingetin gue dalam satu hari ini udah 10 kali." Sayur mayur yang dibumbui oleh kacang Lanita lahap dengan perlahan.

Mata Daisy yang cepat tanggap saat ada cowok ganteng langsung menepuk tangan Lanita, alhasil sayur yang sudah siap santap jatuh ke atas meja. Lanita mendengkus kesal dan memungutnya.

Rama melirik Lanita ketika ia dan teman-temannya sampai di kantin. Mereka melewati meja yang dipakai kedua gadis itu untuk makan siang.

Buru-buru Lanita dan Daisy meninggalkan kantin. Bersikap seolah Rama tidak ada di sana. Daisy saja yang sering dicap fans lumer ini bersikap tak peduli.

Rama mengernyit heran. Ia pandang seisi kantin yang para perempuannya tiba-tiba pergi dan tidak mau melihat pada Rama. Jadi, yang tersisa di kantin hanya mereka berempat.

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang