Nomor 30 File Yang Berharga

142 128 7
                                    

Gazebo lantai dua diisi oleh Syahdan, Sandi, dan Tora yang asik mencicipi berbagai kue, buah, dan snack yang telah Rama siapkan untuk merayakan hari jadian ini. Untung saja Lanita menerima pernyataan cintanya, bayangkan, bila Lanita menolak dan membuat Rama patah hati, berapa jumlah kerugian yang Rama alami. Sungguh banyak, bukan? Belum malunya.

Syahdan berdiri untuk mengambil kue brownies bertabur keju yang di atasnya diberi buah kiwi. Tora yang sedang minum tersenggol bokong lelaki itu dan tumpah ke celananya.

"Lo rusuh banget sih, Dan?" Tora mengambil tisu dan mengelap celananya sembari merengut.

"Aelah, kapan lagi ditraktir sebanyak ini? Sikat!" Tangan Syahdan yang kanan memegang satu tusuk buah ceri dan strawberry, sedangkan tangan kiri memegang brownies.

"Sakit perut baru tau rasa." Sandi ikutan menasihati.

Rama terkekeh. "Makan aja, Dan. Perut yang urus."

"Nah, cakep!" Syahdan melirik pada Lanita yang sejak tadi diam, tapi bibirnya terus tersenyum bak ada benang yang menarik dari kanan kiri. "Lo pacarin orang gila, Ram. Liat aja tuh kelakuannya."

Rama ikutan menoleh. Lanita yang tersadar pun melemparkan jeruk hingga mengenai jidat Syahdan. "Ngomong apa lo barusan?"

"Nice shoot," komentar Sandi lalu menenggak minuman soda.

Rama menyodorkan piring berisi buah pada Lanita. "Makan. Senyum terus nanti beneran gila."

"WUAKAKAKAKA!" Syahdan tertawa terbahak-bahak. "Tuh kan, Rama aja sadar lo gila!"

"Kak ... gue nggak gila." Protesnya dengan wajah Lanita yang merengut seperti anak kecil.

Rama mencubit pipi Lanita gemas. "Iya, nggak. Gue yang tergila-gila sama lo."

Huek!

Ketiga teman Rama kompak ingin memuntahkan semua makanan yang sedang dikunyah. Ini adalah gombalan pertama yang mereka dengar langsung dari seorang Rama, Darama Pangeran Haidi!

Apa-apaan itu? Terdengar sangat menjijikkan. Rama yang dikenal tegas dan keras, tapi sekarang jadi lemah lembut seperti ini, bikin mereka tidak kuat. Kalau bisa memasang bendera putih, mungkin sejak tadi mereka berebutan.

Lanita dan Rama malah sama-sama tersenyum lebar sekarang. Kompak betul gilanya!

"Lo nggak cocok, Ram. Sumpah demi nenek gue yang masih sehat main zumba." Syahdan menggeleng tak percaya.

"Abis dapet jampi-jampi ye, lo?" Sandi curiga Rama melakukan itu.

"Ngaco." Rama mengelak dan mengambil garpu dan menusuk apel kemudian memakannya.

Syahdan menunjuk-nunjuk Lanita. "Ngaku aja lo, Medusa. Lo nyantet Rama, kan?"


"Enak aja!" Sekali lagi Lanita melemparkan jeruk pada Syahdan, tapi berhasil ditangkap oleh lelaki itu. Lanita mendengkus. "Cinta gue murni tahu."

"Minyak goreng kali, murni," celetuk Syahdan.

"Sirik!"

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang