Nomor 31 Rasa Sakit

111 99 0
                                        

Lanita menunduk melihat tiket bioskop yang sudah dibelinya. Popcorn dan minuman soda juga sudah tidak menarik di matanya lagi. Para penonton di ruangan yang seharusnya dimasuki olehnya dan Rama itu telah keluar. Film berdurasi 1 jam 45 menit itu telah selesai, artinya Lanita menunggu selama itu.

Rama tak ada tanda akan muncul. Ponsel Lanita juga mati karena kehabisan baterai, satu-satunya harapan adalah Rama tiba hari ini. Namun, semua itu hanya harapan belaka. Rama tak kunjung datang. Lanita merasa kecewa, padahal ini adalah kencan pertama mereka.

Helaan napas Lanita terdengar berat.  Kencan pertama mereka benar-benar gagal.

"Lanita!"

Senyum Lanita terangkat dengan kepala mendongak begitu ada suara yang memanggilnya. Ia berdiri dan menyambut orang itu, tapi senyumnya seketika menghilang.

"Heh, medusa! Emang lo tinggal di hutan, hah? Punya hape nggak sih lo? Bikin orang susah aja!" Syahdan yang masih beberapa langkah sudah mengomeli Lanita sambil menunjuk-nunjuknya.

"Ngapain lo yang ke sini?" Lanita bertanya balik dengan raut jutek.

Syahdan berkacak pinggang. "Lo yang ngapain masih di sini? Bukannya pulang. Nungguin siapa sih?"

"Kak Rama," sela Lanita cepat. Tangannya memainkan pengait tas slempangnya. "Dia janji mau datang. Ini kencan pertama kita tahu."

"Bucin, bucin. Mau lo tungguin sampe lo keriput juga dia nggak bakal datang. Ayo ikut gue!" Syahdan menarik tangannya dengan paksa.

"Ke mana?" Lanita menahan tarikan itu.

"Pulang."

"Ih, nggak mau! Gue mau nunggu Kak Rama." Mencoba melepaskan, tapi gagal karena kekuatan Syahdan dua kali lipat dari pertahanannya.

"Ikut gue!"

"Nggak mau!"

"Rama nggak bisa ke sini, medusa."

Pertahanan Lanita sedikit melemah. "Kenapa?"

"Makanya ikut gue." Syahdan dalam sekali tarik berhasil membuat Lanita mau ikut dengannya. Kalau tidak begini mereka akan ribut terus menerus bahkan sampai mall ini tutup.

Dalam perjalanan, Syahdan belum mengatakan apapun. Lanita sampai mencubitnya, tapi belum juga membuka suara perihal kenapa Rama sampai tidak datang.

"Tuh es krim di belakang, ambil." Di tengah menyetir, Syahdan menunjuk bangku belakang.

"Gue nggak mau es krim."

"Ambil aja susah banget lo."

"Jawab nggak, Kak Rama kenapa?"

"Ya udah buat gue."

Lanita buru-buru mengambil seember es krim itu dan memangkunya. Bibir Syahdan mendengkus geli. Mobil itupun kembali ia tambah kecepatannya agar bisa cepat sampai rumah.

Berselang 10 menit kemudian, mobil sampai di halaman rumah. Syahdan dan Lanita turun bersamaan. Mereka masuk ke dalam rumah keluarga Helderman yang selalu berhasil memukau tamunya dengan lukisan harimau di ruang tamu.

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang