Nomor 29 Rumah Haidi

136 136 0
                                    

Rumah kediaman keluarga Haidi kembali menjadi tempat tinggal sementara Lanita. Memasuki pekarangannya yang luas, Lanita akan kembali disambut air pancur. Ketika Bu Dayu membukakan pintu, Lanita disambut dengan baik dan ia akan langsung melihat ruang tamu dengan perabotan yang berkelas. Suasananya tetap sama semenjak pertama kali Lanita menginjakkan kaki di rumah ini. Sunyi dan tentram.

Rama berjalan duluan ke dalam rumah lalu berhenti ketika berada di ruang tengah. Menoleh ke Bu Dayu. "Bi, siapin sup ayam, ya."

"Baik, Den." Wanita berumur 60 tahun itu mengangguk paham.

"Terus, suruh bibi yang lain beli baju di mall. Beli yang berwarna dan bagus. Sama baju sekolah dan peralatannya juga."

"Baik, Den."

Rama menoleh pada Lanita. "Lo butuh sesuatu lagi?"

Kepala Lanita memilih menggeleng, ia terlalu takjub pada kesigapan Rama menyiapkan apa yang ia perlukan selama di rumah ini.

"Pembalut lo nggak butuh?" tanya Rama dengan ekspresinya yang datar.

"Nggak!" Lanita berujar cepat. Dari sorot matanya ia bisa melihat Bu Dayu tertawa. Pasti aneh saja kenapa Rama bisa tahu apa yang paling perempuan butuhkan saat menstruasi. Itu adalah hal yang memalukan. Rama pakai ingat segala lagi, menyebalkan.

Rama kembali menoleh pada Bu Dayu. "Malam ini Bibi nginap di sini, ya? Temanin saya dan Lanita di rumah."

"Baik, Den. Ada lagi?"

"Nggak ada."

"Ya udah. Bibi siapin semuanya dulu." Bu Dayu tersenyum, lantas segera beranjak dan mempersiapkan apa yang Rama perintahkan.

Lanita mendekati Rama dengan pelan. "Kak, lo nggak perlu sampe siapin segalanya. Gue malah ngerepotin banyak orang."

"Kalo nggak gitu, lo bakalan nggak nyaman selama di sini." Rama memegang tangan Lanita. Pandangan Lanita langsung jatuh melihat tangan mereka berdua yang saling bertaut. "Gue pengen lo selalu merasa nyaman dan aman ada di dekat gue."

Senyum Lanita terangkat ke atas. Dirasai pipinya itu memerah karena tersipu. Ini bukan pertama kalinya Lanita merasa diistimewakan oleh Rama, sudah berkali-kali, tapi rasanya selalu sama karena bisa membuat Lanita melayang ke angkasa dan tidak akan turun-turun. Rama banyak berkorban demi Lanita, entah kalau dirupiahkan berapa juta yang harus Lanita bayar. Nyatanya, ini bukan soal berapa yang Rama keluarkan, tapi apa yang Rama berikan.

Rama tersenyum. Ia pun mengajak Lanita menuju ke taman belakang rumah. Di sana ada kolam renang yang besar dan panjang, gazebo yang dibuat tingkat dua, serta taman mini yang juga memiliki air pancur dan kolam ikan. Penyusunan taman belakang ini begitu rapi dan terlihat memanjakan mata. Rama mengajak Lanita berjalan-jalan di taman ini.

"Tamannya cantik. Yang rawat pasti mama Kak Rama," celetuk Lanita di sela perjalanan mengelilingi kolam renang.

"Bukan. Papa yang rawat." Rama menjawab tanpa ada raut bahagia.

"Oh, berarti gazebo itu mungkin yang mama Kak Rama suka." Tunjuk Lanita pada dua gazebo bertingkat.

"Nggak juga. Itu permintaan Papa."

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang