02 ㅡ Soojun

3.5K 370 70
                                    


Setelah nya sampai di sekolah Lia dan Hyunseok keluar dari mobil, sedang kan sang ayah hanya memperhatikan dari dalam. terlalu malas untuk menginjak tanah.

"Belajar dengan baik ya sayang nya bunda!" kata Lia sambil mencium kedua pipi putranya itu. Hyunseok menganggukan kepalanya antusias.

Selepasnya perpisahan tadi Lia kembali masuk ke dalam mobil.

"Nanti berhenti di rumah Yeji sayang!"

Na Jaemin, pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu kembali menjalankan mobil tanpa mengatakan sepatah katapun.

Na Jaemin, pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu kembali menjalankan mobil tanpa mengatakan sepatah katapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di perjalanan Lia hanya sibuk dengan ponselnya, dia sibuk karena melihat-lihat belanja online yang katanya sedang banyak diskon. biasalah perempuan memang seperti itu. pandangan Lia terhenti pada tas Gucci keluaran terbaru yang harganya terbilang cukup mahal yakni 21 juta.

"Jaem?"

"Hm?"

"Aku ingin membeli tas Gucci ini, harganya 21 juta. boleh ya?"

Pria Na itu hanya bisa menghela nafas dalam. 21 juta memang bukan apa-apa bagi Jaemin namun yang di permasalahan disini adalah Lia terlalu boros, jika membeli sesuatu contohnya seperti tas barusan maka Lia akan memakainya hanya satu atau dua kali. kadang Jaemin sangat muak karena Lia yang sangat gila belanja tanpa memikirkan bagaimana lelah nya dia bekerja.

"Ku kirim nanti" jawab Jaemin datar.

"Terimakasih sayang, love you"

"Hm."











Sesuai yang di perintah tadi Jaemin sudah mengirimkan uang nya ke rekening milik Lia. setelah selesai pria Na itu mulai memijat pelipis nya yang sangat berdenyut-denyut, kantung mata yang sedikit hitam karena kurang istirahat itu membuat nya terlihat memprihatinkan.

"Noh minum obat jika sudah terasa sakit!" seseorang datang sambil meletakan kantung berisi obat-obatan di meja kerja nya.

Jaemin menoleh, "ini bukan obat-obatan terlarang kan?"

"Bocah! aku calon dokter mana ada aku memberimu obat-obatan terlarang!" protes nya yang baru saja merebahkan dirinya di sopa empuk yang membuat siapapun nyaman rebahan di sopa ini.

Sebut saja pria itu adalah Mark Lee. teman seperjuangan nya Jaemin. sebenarnya banyak teman seperjuangan Jaemin, tapi sekarang Jaemin tidak tahu apa mereka masih hidup atau tidak.

"Aku sudah menjadi orang tua tapi kau tetap saja mengatai ku bocah seperti jaman sekolah dulu." protes yang lebih muda seraya meminum obat yang di berikan Mark itu.

"Whatever, i don't care!" Jawab Mark yang sekarang sudah santai-santai nya memasukan beberapa cemilan ke dalam mulutnya.

Netra legam Mark kemudian memperhatikan penampilan Jaemin, tidak buruk juga. tapi wajah Jaemin sangat memperlihatkan bahwa pria itu sangat kelelahan.

"Berhentilah lerja lembur Na, kantung mata itu mengganggu pandangan asal kau tahu. bukan itu saja, kau juga bisa terserang Dehidrasi!" omel Mark.

"Whatever, i don't care!" Jaemin malah mengikuti cara bicara Mark tadi namun di buat-buat sehingga satu lemparan pilus mengenai dahi nya.

Tentu pelakunya adalah Mark.

"Aku tidak sedang bercanda ya Na Jaemin!"

"Sudah, kau diam saja hyung jika tidak ingin ku usir dari sini!"

"Ahyoooo bocah ini, berani-berani nya!"












Suasana di kelas Jinwoo yakni kelas 2 SD saat ini seperti pada umumnya sesang berisik. bel masuk sudah beberapa menit berbunyi. tidak seperti yang lain, Jinwoo sedang menggambar sambil merenung kesedihannya di karena kan guru kesayangan nya akan di ganti oleh guru baru.

Gambar Jinwoo sudah hampir selesai tetapi kemudian kacau karena Hyunseok merampas buku gambarnya, di belakang Hyunseok juga terdapat para antek-antek yang selalu bersama kakak tirinya itu.

"Kembalikan Hyunseok!" Jinwoo berdiri dan mencoba mengambil alih kembali buku gambarnya, tetapi Hyunseok malah menyembunyikan nya ke belakang.

"Lelaki sejati itu tidak menggambar, apalagi menggambar gunung. seperti perempuan saja!" Ejek Hyunseok lalu merobek buku gambar Jinwoo.

"Jangan di robek! itu punya Jinwoo nanti ayah marah!"

"Ayah? emang nya Jinwoo punya ayah?, ayah Jaemin itu ayah ku!"

"Tidak! dia ayah nya Jinwoo. justru Hyunseok yang gak punya ayah!"

Lawan Jinwoo tak terima. Hyunseok yang mendengarnya langsung mendorong bahu Jinwoo kuat sampai punggung nya menabrak meja dengan keras, sehingga menimbulkan suara ribut yang membuat semua mata teralih padanya.

"Ayah hanya menyayangi ku, buktinya tadi ayah lebih memilih mengantarkan ku dari pada Jinwoo!" Hyunseok dengan teganya menendang betis Jinwoo sangat keras juga sehingga pemuda kecil itu hampir merosot ke bawah. rasa sakit mesti ada hingga mata Jinwoo sekarang terlihat berkaca-kaca karena menahan tangis.

"Ayo sini!"

Tiba-tiba saja ada yang menarik tangan Jinwoo dan kemudian Jinwoo di duduk kan oleh nya. pemuda kecil lain yang dari tadi memperhatikan di sudut ruangan. dia akrab di panggil Soojun. ada satu rahasia yang ia sembunyikan dari Jinwoo bahwa dia ini adalah putra dari seorang Na Jeno.

Jujur saja, Soojun tak dekat dengan Jinwoo karena Jinwoo yang selalu menyendiri sehingga pemuda kecil itu sama sekali tak punya teman dan sangat susah juga jika ingin dekat dengan nya.

Jeno juga menyuruh Soojun untuk diam dan tidak membicarakan ini pada Jinwoo, sehingga keduanya tak saling mengenal. Tapi, untuk kejadian yang baru saja terjadi itu membuat Soojun tak tahan dan ada luapan emosi di dalam hatinya.

"Jinwoo duduk disini saja!" kata Soojun yang kembali beranjak untuk mengambil tas Jinwoo.

Setelah itu Soojun langsung duduk kembali di bangku nya.

"Ini untuk Jinwoo!" Soojun kemudian memberikan buku gambarnya yang masih baru itu ke Jinwoo.

Jinwoo yang baru melihat wajah Soojun itu hanya menggeleng. meskipun mereka sudah hampir 1 tahun kurang lebih menjadi teman sekelas, baru kali ini keduanya saling bertatap muka.

"Kenapa gak mau?" bibir Soojun turun ke bawah.

"Nanti kalo ayah Soojun marah gimana?" Jinwoo bertanya takut-takut.

Soojun menggelengkan kepalanya lalu meraih tangan Jinwoo dan meletakan buku gambar itu di telapak tangan nya, "kata ayah kita harus saling berbagi, nanti orang-orang sayang kita!" Soojun tersenyum hingga membuat Jinwoo sedikit kaget pasalnya senyum Soojun itu mengingatkan dia akan senyum nya sang paman. Jeno.

"Teㅡterimakasih Soojun"

Soojun hanya mengangguk antusias, merasa senang saja dia jika dekat dengan sang sepupu meskipun sang sepupu lebih sering menghabiskan waktu dengan sang ayah tapi itu tak membuat Soojun merasa cemburu.

Soojun tahu, Jinwoo pasti butuh kasih sayang seorang ayah juga.




















Dad Where Is My Mom? 《Na Jaemin》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang