• twenty five •

517 76 1
                                    

♪ Puzzle Piece - NCT DREAM ♪

Selamat membaca here after^^

PS : Khusus chapter ini dari sudut pandang Mark ya.

«here after»


Jam pulang sekolah tiba, Mark langsung keluar kelas karena tidak ingin di ganggu Arin. Tapi, semua usaha nya sia-sia. Arin langsung sedikit berlari kecil mengikutinya di belakang. Sampai dimana Mark berada di koridor, Mark sudah tidak tahan lagi. Gadis cantik ini terlalu mengganggunya. Lebih jelasnya, menggangu hidupnya.

Mark mengehentikan langkahnya, dan berbalik ke arah belakang. Ia menarik nafasnya, sembari berkata. "Mau ngapain lagi sih, Rin?" Ucap Mark sambil menahan emosi nya yang pastinya sudah berada di puncak.

"Kita pulang bareng, boleh?" Tanya Arin dengan nada yang lucu, sambil pandangan sesekali melihat Mark, dan sesekali melihat sepatunya.

Tapi bagi Mark,itu tidak ada lucu-lucu nya. Sudah cukup Mark memperlakukannya bak seorang putri selama ini. Karena Arin pun tidak memperlakukan Mark dengan hal yang sama, di sini Mark seperti melayani Arin tapi tidak ada imbalan.

"Aku mau main sama temen, Rin. Kamu kalo mau pulang aku telfonin supir kamu." Ucap Mark berbohong sambil memegang tas nya sebelah.

Ekspresi wajah Arin berubah, menjadi sedih. Mark sudah tahu apa tandanya ini, Arin pasti mengadu kepada ayahnya. Dan pasti, Mark yang akan terkena imbasnya.

Di saat sedang berbicara dengan Arin, tiba-tiba Mina keluar dari toilet wanita dengan ekspresi terkejut. Karena bertatapan dengan Mark. Mark bisa melihat bahwa Mina mempercepat langkahnya, tapi memperkecil volume langkahnya.

Mark terpaksa tidak mengubris Mina lantaran, Mina pasti juga dapat masalah. Biarlah Mark yang dapat masalah, tanpa melibatkan orang lain.

"Yaudah, ayo. Cepet," ujar Mark dengan tatapan yang malas, dan juga nada yang sarkas. Mark sebenarnya heran banget sama Arin, udah di judesin gini masih aja berharap, kayak enggak ada laki-laki lain aja. Seolah-olah laki-laki di sekolah itu cuma Mark doang, padahal kan banyak.

Mark bingung mau kasihan ke Arin, atau mau marah ke Arin. Kalau kasihan ke Arin, tentu dirinya lebih menyedihkan. Kalau marah, pasti imbasnya dirinya sendiri, meskipun itu kesalahan Arin.

"Yess!" Ucap Arin sambil loncat-loncat, kegirangan lucu. Tapi, tetep aja Mark masih dongkol dalam hati.

Mark mempercepat dan memperbesar langkah agar tidak sejajar dengan Arin. Tapi, Arin malah mempercepat dan mencoba menjajarkan langkahnya bersama Mark.

Sesampainya di parkiran sekolah, Mark melihat Mina yang sedang dengan mimik wajah yang kagum akan apa yang di pegangnya. Mark mencoba memfokuskan benda apa yang bisa membuat Mina se excited itu, ternyata itu adalah helm pink kekanak-kanakan.

Mark yang tidak sadar, sudah berhenti lama. Di sadarkan oleh Arin, sembari berkata. "Mark? Ayo,katanya mau anter aku?" Ujar Arin sambil menggandeng tangan Mark, mau tidak mau Mark sedikit terseret karena gandengan Arin.

Mark dan Arin memasuki mobil Mark, oborolan di dominasi oleh Arin. Mark hanya diam saja, paling-paling cuma nanggepin, —hm, iya—, gitu-gitu terus. Sampai akhirnya Arin yang sudah sangat suntuk,karena merasa berbicara sendiri. Menanyakan pertanyaan yang membuat Mark ingin menjawabnya lebih.

[1] here after • mark lee x kang mina  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang