BAB 15🌾

630 95 9
                                    

Sedangkan Alesha ngga peduli dengan kehadiran Ida dan siswa baru tersebut. Alesha tetap menyembunyikan kepalanya disela-sela lipatan tangannya. Bodo amat mau ada anak baru atau apalah itu Alesha ngga peduli, intinya Alesha tidur.

"Seperti ngga asing nama itu? Kaya pernah dengar tapi dimana? Apa Alesha salah dengar? Ah, sudahlah mungkin cuma sama," gumam Alesha dalam hati perlahan tapi pasti Alesha mengangkat kepalanya.

Pertama kali Alesha melihat pria tersebut. Apa Alesha mimpi bertemu dia lagi?

"Kenapa lo?" Tanya Maisha yang menyadari Alesha ngga berkedip melihat pria di depan sana.

"Gua ngga papa," jawab Alesha gelagapan.

"Yakin?" Maisha ngga mudah percaya. Terlihat jelas di wajah Alesha sedang menyembunyikan sesuatu.

"Diam, jangan banyak bocat!"

"Lah, kenapa emosi? Santai dong Bosku." Sekarang bukan waktu yang pas untuk menanyakannya. Maisha memilih diam.

"Hari ini Bu Mega berhalangan untuk mengajar kalian ingat jangan ribut. Ibu Mega berpesan kerjakan soal halaman 230 di kumpulkan hari ini juga!" Jelas Ida sebelum keluar.

"Siap Bu." Kompak mereka.

Setelah mendengar jawaban kita semua akhirnya Ida memutuskan untuk keluar kelas.

"Akhirnya jam kosong." Heboh Nisa.

"Yess, rezeki anak sholeh," teriak Rizal.

"Sekian lama belajar akhirnya jam kosong juga. Nikmat mana yang kau dustakan," alay Risky.

"Pria ko alay," sindir Shiva.

Entah kenapa benci mendengar atau melihat pria alay, rasanya mau Shiva tenggelamkan di sungai Amazon.

"Terserah gua dong." Namanya juga pria ngga mau ngalah.

"Auah, minyak."

"Munyak bambang. Belajar yang benar sana bicara kaya gitu saja salah." Bukan Risky namanya kalo ngga mencari masalah.

"Lah, ko gua yang belajar? Bukannya lo yang harus belajar buktinya matematika di bawah KKM semua, bikin malu!" Memang itulah Faktanya.

"Gua memang bodoh dalam matematika tapi gua pintar dalam pelajaran olahraga," kata Risky menyombongkan diri.

"Apa pintar dalam pelajaran olahraga? Semuanya juga pintar kali dalam pelajaran olahraga karena materinya itu-itu saja."

"Apa pintar semua? Buktinya gua selalu dapat nilai A ngga kaya kalian semua dapat nilai D."

"Selalu dapat A? Cuma omong kosong!"

"Uss__ diam kenapa jadi debat," ucap Sasa menengahi.

Kalo dilanjutkan terus akan sampai besok melihat mereka berdebat.

"Nah, benar kata Sasa. Kesihan anak baru diam saja." Maisha membetulkan berkataan Sasa.

"Asik saja kali sama kita-kita. Anggap saja kita sudah lama berteman." Saran Sasa dengan senyum genitnya.

"Iya," jawab Angga singkat padat dan jelas.

Dari luar sudah keliatan kalo Angga pria dingin dan arogan. Berbicara ketika perlu dan diam ketika ngga penting. Jangan pernah mengajak Angga ngomong, kalo kalian keras kepala terimalah resiko diabaikan.

Seorang wanita nekat mendekati Angga. Biasa wanita genit ngga bisa melihat pria ganteng dikit.

"Apa gua boleh duduk di sini?" Kata Rara dengan nada manja.

Cowok Posesifku { Tahap Revisi }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang