Without You

12 6 0
                                    

Kembali ke asal
Cerita

2 Bulan Setelah kepergian Zulfi

AUTHOR POV

Ervan yang dulu selalu ceria dan semangat kini senyum manisnya jarang sekali terbentuk bahkan hampir tak pernah terbentuk lagi

"Dek.." Alda memanggilnya lembut selembut sutra

"Iya?"

"Kamu udah siapin yang buat sekola besok?" Alda menatapnya dalam dan melihat isak tangis yang dipendamnya sendirian selama 2 bulan terakhir ini

"Udah kok kak.. Emmm aku ke kamar dulu ya" Ervan hendak kabur dan menangis hebat dikamarnya itulah yang dipirkan olehnya

"Sebentar.." Alda memeluknya erat ia tak peduli walau kini adiknya itu bukan lagi anak kecil yang dapat dengan mudah dipeluk
"Kakak tau apa yang kamu pikirkan, percaya dek kakak juga masih sedih setelah kehilangan Zulfi yang pergi entah kemana"

"..." Kini bukan suaranya yang mengambil alih melainkan air mata dan tangannya lah yang mengambil alih ia memeluk kakak kandung kesayangannya itu dan menangis hebat di pundaknya seperti seorang wanita

"Lepaskan semuanya dek.. Lepaskan isakan tangismu itu kamu boleh nangis kok.." mendengar ucapan itu tangisnya menjadi jadi

"Kak.. Aku kangen Zulfi kak.. Aku pengen ketemu dia kak.."

"Sabar dek.. Kakak akan cari dia kita cari dia sama sama ya"

"Iya kak.."

"Besok aja ya.. Sekarang kamu tidur dulu.. Kan besok kamu hari pertama di sma dek.."

"Iya kak.." ia beranjak dan menghapus airmatanya dan pergi tidur

.

"Van aku duduk sama kamu ya.."

"Maaf ya Fli aku udah janji ke diriku sendiri aku tidak akan duduk dengan siapapun sampai aku bisa duduk dengan Zulfi" ucapnya menundukkan kepala

"Oh oke van gapapa aku tau.." Senyum manis dan mata teduh itulah yang menenangkan Ervan selama ini

"Makasih ya Fli.."

"Oke oke, eh Ian kamu ma aku ya.."

"Iya.."

.

"Loh ini kok depan satu belakang dua belakang dua belakangnya satu gimana toh?"

"Saya pingin sendiri bu.." ucap Ervan yang duduk di belakang

"Ya tapi kan bangku ini harus hemat nak.."

"Aaa tau nih huu" seisi kelas menyoraki mereka

"Suka suka saya lah bu.."

"Kamu pikir saya tunduk sama kamu hahaha ini masalah bangku punya sekolah aja loh.."

"Bangku ini kelas ini sekolah ini kan punya saya kalau anda gak mau tunduk kemasi barang barang anda dan KELUAR !! DARI SINI SEKARANG JUGA !!"

"Kamu ikut saya ke BK sekarang juga.."

"Oke ayo"

.

"Begitu bu.."

"Iya bu saya emang bilang gitu" cetus ervan

"Yasudah kita panggil orang tuanya"

"Silahkan ini nomornya"

.

"Permisi.."

"Iya silahkan masuk, Astaga.."

"Katanya Adik saya dipanggil ke BK ada masalah apa ya?" Tanya Elda

"Kak... Aku pingin duduk sendirian aku gamau duduk sama siapapun aku mau di belakang sendirian sampai Aku ketemu Zulfi aku lak udah bilang kakak seh.." Airmatanya pecah

"Ibu Eka Dan Ibu Endang ya sesukanya adik saya lah kan ini sekolah punya dia juga !! Atau kalian bosan dan cape bekerja mengajar di sekolah elite ini?!" Elda marah melihat adiknya menangis

"Maaf kami tidak tau kalau dia adalah adik anda"

"Guru macam apa kalian ini di akhir namanya saja sudah dicetuskan ASKALANIA dengar? ASKALANIA !! "

"Kami mohon jangan pecat kami kami tidak tau harud bekerja kemana lagi sedangkan semua sekolah elite disini milik anda"

"Kalian seharusnya minta maaf ke Ervan lihat dia menangis kan.. Me-na-ngis paham kalian?"

"Memangnya kenapa dia ingin sendirian"

"Kalian ini kepo banget dia itu dalam kesedihan amat dalam dan kalian malah sakiti dia manusia macam apa kalian ini"  Elda menggebrak meja yang dihadapannya ada 2 guru itu

"Nak.. Eh maksut saya tuan... Tolong maafkan kami kami tidak tahu menahu akan hal itu"

"Ya aku maafkan jangan kalian ulangi lagi hiks"

"Sekarang anda kembali ke kelas dan mengajar dan anda kembali kerjakan tugas anda!"

"I iya tuan Elda"

"Kak aku balik ya"

"Iya dek"

.

Guru itu berjalan di belakang Ervan dan membuat seisi kelas tercengang

"Anak anak jadi sebenarnya Ervan ini adalah memang pemilik sekolah ini jadi saya mohon maaf sudah buat anda menangis Ervan" dia hendak mencium tangan ervan namun ditarik oleh ervan

"Bukan saya ndak memaafkan tapi seharusnya saya yang mencium tangan anda anda ini guru saya" Ervan mencium tangan gurunya itu

"Astaga.. Kamu baik sekali kamu ndak sombong nak.. Makasih banyak.."

"Iya bu, mari silahkan dilanjutkan pelajarannya"

Jarak Yang Jauh Bukan Berarti HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang