21. Jangan Mati

42.1K 1.5K 72
                                    

Sayup-sayup Keyara membuka matanya. Wajahnya memanas seperti ada angin yang berhembus tepat di wajahnya. Keyara juga merasa perutnya tertindih sesuatu yang berat. Mengerjabkan matanya beberapa kali. Keyara baru sadar, Gerald telah terlelap sambil memeluknya. Wajah jelek Gerald juga tepat dihadapannya. Keyara mengelus pelan wajah Gerald. Ia tidak rela suaminya jadi jelek. Mungkin itu balasan yang setimpal. Gerald juga sudah melukainya karena lebih peduli dengan Latina.

"Kamu udah bangun?" tanya Gerald serak. Keyara tak menjawab. Kenapa menjawab pertanyaan yang tidak penting. Bukankah Gerald tau kalau dia sudah membuka mata.

Sebenarnya Gerald malas membuka mata. Ia masih lelah. Tapi Keyara harus makan. Ia tak mau Keyara tambah sakit. Gerald merenganggangkan otot otot tubuhnya. Bangkit dari ranjang dan mengucup pelan kening istrinya.

Gerald menata anak rambut di dahi Keyara. Rambut panjang Keyara sudah tak ada lagi. Hanya rambut pendek yang tampak kusut karena di jambak sendiri oleh Keyara.

"Mau makan apa? Biar aku masakin." tanya Gerald mengecupi lembut puncak kepala istrinya. Ia harus membuat Keyara nyaman kembali padanya. Ia tak mau sewaktu waktu Regan dan Keenan menemukan mereka dan membawa paksa Keyara untuk pergi.

"Kenapa diam aja? Jawab!" ucap Gerald yang tak sabar. Perlu diingat, Gerald adalah cowok super tidak sabaran.

"Aku gak laper." jawab Keyara acuh.

"Oke aku masakkan udang goreng." ucap Gerald menggendong tubuh Keyara. Keyara yang kaget pun dengan refleks mengalungkan kedua tangannya di leher Gerald.

"Kenapa menggendongku?" kesal Keyara.

"Aku adalah kaki untuk mu. Dimanapun kamu mau pergi, aku yang akan menopangmu, my wife," jawab Gerlad mengecup kilat bibir Keyara. Keyara memalingkan wajahnya. 'Ingat Keyara, Gerald adalah pembohong yang cerdik. Batin Keyara dalam hati.

"Tidak perlu membatin seperti itu, sayang. Kalau mau ngehujat langsung aja." Keyara menggigit bibir bawahnya. Darimana Gerald tau kalau dia sedang mengumpati pria itu.

"Duduk anteng disini. Aku goreng dulu udangnya." Gerald mendudukan Keyara di kursi yang tak jauh dari tempatnya memasak.

Dengan cekatan, Gerald mencuci udang yang tadi sempat ia beli. Gerald tau, udang adalah favorit Keyara. Tak menunggu waktu lama. Gerald sudah menyediakan nasi dan udang gorengnya di depan keyara. Keyara hanya diam. Enggan mengeluarkan sepatah kata pun.

"Menunggu ku suapi? Baiklah." Gerald mencuci tangannya terlebih dahulu. Ia menyuapi Keyara menggunakan tangannya. "Buka mulutmu, sayang. Atau mau aku suapi dari mulutku?" tanya Gerald menggoda. Tentu saja Keyara langsung membuka mulutnya. Dengan telaten Gerald menyuapi Keyara yang sangat lambat dalam mengunyah.

"Jangan marah-marah. Pipiku sakit buat gerak." ketus Keyara saat melihat ekspresi tak sabar suaminya. Gerald tersenyum manis. Tau saja istrinya, kalau dia akan marah.

"Aku gak marah kok, lanjutin makannya."

"Kak Gerald gak makan?"

Gerald menggeleng. Ia tidak suka udang. Nanti saja ia menggoreng tempe atau apa pun yang ada, asal jangan udang.

"Kenapa? Apa kak Gerald jijik makan sepiring berdua denganku?" tanya Keyara dengan mata berkaca kaca. Buru-buru Gerald menggelengkan kepalanya. Mana bisa ia melihat Keyara sedih lagi.

"Ini, aku ikut makan kok." ucap Gerald cepat memakan nasi dari piring yang sama. Hanya nasi tanpa udang. "Atau mau kamu suapin sekalian? Kalau disuapin sih gak nolak," tambah Gerald lagi dengan senyum menggoda. Keyara mendengus sebal. Tapi, Keyara tetap menyuapi Gerald. Keyara memasukkan dua udang besar ke mulut suaminya. Dengan berat hati, Gerald menelan udang itu.

Possesive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang