"Bahagia tak harus selalu tersenyum dan tertawa..."
-unknown-
Setelah mandi dan berganti baju, Riana membuka ponselnya dan terdapat pesan dari Tiyo.
"Maaf ya yang masalah tadi" Riana langsung menutup ponselnya dan meletakkannya di kasur. Riana berjalan menuju meja riasnya dan duduk berhadapan dengan cermin, dia memandang dirinya sendiri. Terdengar ketukan pintu kamar Riana dan terdengar suara Rini yang memanggil Riana.
"Yana"
"Buka aja nggak dikunci" teriak Riana, dan kemudian pintu kamar Riana dibuka oleh Rini dan tersenyum ke arah Riana.
"Kenapa teh?"
"Lama ya teh Rini nggak masuk ke kamar kamu" sambil berjalan menuju kasur dan duduk ditepi kasur, Riana menghadap Rini.
"Langsung aja mau ngomong apa"
"Oke, jadi gini... Teh Rini mau minta maaf sama kamu karena sikap teh Rini yang mungkin kurang mengenakan buat kamu"
"Bukannya yang salah itu Yana?"
"Teh Rini juga salah loh, Yang lebih tua juga kan yang harus mengalah" dengan tersenyum manis kepada Riana. Riana merasa bingung harus berbicara apa kepada kakaknya itu.
"Gimana? Maafin teh Rini kan?"
"Emmm.. Yana maafin kok, Yana juga minta maaf ya teh, sikap Yana salah dan keras kepada siapapun"
Rini tersenyum begitu tulus setelah mendengar ucapan dari Riana, matanya sedikit berkaca-kaca, ia ingin menangis karena terharu, Rini pun memeluk Riana dengan penuh kasih sayang. Riana pun menahan air matanya untuk tidak jatuh.
"Makasih ya, Teh Rini seneng banget Alhamdulillah akhirnya kita berdamai lagi""Iya teh" menganggukan kepalanya pelan
"Ya udah teh Rini keluar dulu ya" Rini berdiri berjalan menuju pintu untuk membukanya, saat sudah keluar Rini masih berdiri di depan pintu kamar Riana dan menghela napasnya karena merasa tenang sudah mengalah kepada adiknya.
"Alhamdulillah Ya Allah, semoga kau terus luluhkan hati adik hamba" lirih Rini.
∆∆∆
Setelah isya, Ibu Maryam dan Rini duduk di meja makan untuk makan malam. Makanan sudah tersedia di meja yang telah di siapkan oleh Laila.
"Yana mana? Kok belum turun?" Tanya ibu Maryam
"Mungkin sebentar lagi Bu" jawab Rini sambil mengambil piring dan mengambilkan nasi ke piring untuk ibunya. Riana pun keluar dari kamarnya dan berjalan ke meja makan.
"Ayok sayang kita makan malam" ajak Ibu Maryam dengan penuh kasih sayang
"Iya Bu" tersenyum dan duduk di salah satu meja makan. Rini ingin mengambilkan nasi untuk Riana, tapi Riana menolak
"Nggak usah teh, Yana bisa sendiri kok" tersenyum kepada Rini, Rini pun membalas senyumnya.
"Alhamdulillah, kalian udah baikan?" Tanya ibu Maryam tersenyum bahagia karena melihat kedamaian dihadapannya
"Belum Bu, kita masih perang dingin" jawab Riana dengan sedikit meledek dan tersenyum sumringah
"Oh jadi kita perang lagi nih?" Rini pun meledek Riana
Obrolan itu berlanjut dengan bercandaan ketika makan. Senyum, tertawa menghiasi ruangan makan malam ini. Suasana yang jarang terjadi di dalam rumah, apalagi Riana yang jarang bercanda atau tertawa bahagia dengan keluarganya itu, jelas keadaan malam ini membuat semuanya bahagia dan inilah momen yang harus diabadikan dan harus selalu dikenang untuk selamanya.
Disela obrolan dan makan malam, Ibu Maryam membayangkan andai saja masih ada suaminya disini, mungkin suasana ini akan tambah lebih bahagia. Namun itu hanya menjadi angan-angan saja karena yang jelas suaminya sudah tenang di Surga-Nya.
Setelah semuanya selesai makan, Ibu Maryam tidak sengaja menetapkan air matanya dan mengusap dengan tangannya yang sudah berkerut. Rini dan Riana melihat ibunya bersedih membuat mereka berdua berkespresi sedih dan penasaran apa yang terjadi pada ibunya, sesekali Rini dan Riana saling berpandangan dengan maksud bertanya-tanya."Bu, kenapa? Kok nangis?" Tanya Rini
"Ibu nggak kenapa-kenapa, Ibu senang melihat suasana yang jarang terjadi ini
Riana berkaca-kaca, lagi dan lagi ia menahan air matanya, matanya mulai terasa perih karena tertahan untuk keluar.
"Ibu hanya merindukan Abah, andai Abah masih disini dengan keadaan sehat, duduk bersama bareng kita"
"Bu..." Rini meneteskan air matanya dihadapan ibunya
Riana menghadapkan mukanya ke atas, bola matanya mulai memerah, ingin rasanya air mata itu menetes tapi ia terus menahannya. Rini memeluk ibunya."Pasti Abah sekarang tersenyum Bu ngeliat kita seperti ini" sambil memeluk dan mulai melepaskan pelukannya. Rini pun mengusap air matanya sembari tersenyum.
Riana juga mendekati ibunya dan kemudian memeluk erat ibunya, ia menutup matanya supaya air matanya tidak menetes."Maafin Yana ya Bu" lirih Riana saat dipelukan ibunya. Ibu Maryam menepuk-nepuk pelan punggung Riana, mereka melepaskan pelukannya dan ibu Maryam mengangguk dan tersenyum kepada Riana yang menandakan arti "Iya"
"Riana ke kamar dulu ya teh, Bu" pamit Riana dengan senyum manisnya. Ibu Maryam dan Rini hanya mengangguk dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Baik (ON GOING)
RomanceYou're Future so BRIGHT! Tidak ada manusia yang sempurna, Yang ada manusia yang mau berusaha dan berubah menjadi LEBIH BAIK.