"Lo serius Niel?!" tanya laki-laki yang ada disebelah Daniel itu, terdengar kaget. Daniel mengangguk pelan. Saat ini, mereka berdua sedang jalan menuju kantin.
"Kenapa sih Lin? Lo ga percaya amat sama gue," cibir Daniel. Guanlin, menatap Daniel dengan heran. "Bukannya ga percaya, tapi ini first time lo beneran serius suka sama cewek. Ada kepikiran mau nembak pula. Biasanya kan lo ga suka cewek? Sukanya main homo sama Hendery."
Daniel menjitak kepala Guanlin. "Bangsat!"
Guanlin menggaruk kepalanya. "Niel, gue ga bercanda. Gue kenal lo dari zigot. Ga ada satupun cewek yang lo suka."
Daniel merangkul sahabatnya itu. "Lin, cewek ini beda dari yang lain. Dia pantes diseriusin. Dia orangnya tulus, baik, pinter, cantik pula."
Guanlin melepas rangkulan Daniel. "Apaan sih rangkul-rangkul gue?! Jijik!"
"Sombong amat lo," ucap Daniel sambil menoyor kepala Guanlin.
"Emang cewek ini juga suka sama lo?" Sebenarnya pertanyaan Guanlin sangat menusuk hati Daniel. Tapi Daniel ya Daniel. Tetep cool dalam setiap keadaan.
"Ini bagian serunya Lin. Dua hari lalu gue ngedeketin dia, dia keliatan risih sama gue. Tapi gue applause sih karna dia tetep mau ngeladenin gue," ucap Daniel tersenyum miring sembari mengingat wajah gadis itu.
Daniel melanjutkan ucapannya, "Apalagi dia orang pertama yang jual mahal sama gue. Lo tau kan Lin, seberapa ganteng dan famousnya gue di sekolah ini?"
Guanlin menatap Daniel malas. Ia tau Daniel memang termasuk famous dan disukai banyak cewek-cewek di sekolahnya. "Iya iya tau..."
Sesampainya di kantin, Daniel tersenyum melihat sosok perempuan yang ada di ujung sana. Terlihat ia sedang tertawa bersama dengan kedua sahabatnya. Daniel ikut senang melihatnya.
"Bucin banget lo ngeliat dia ketawa doang ampe senyum-senyum," kata Guanlin tiba-tiba sambil menyikut pinggang Daniel dengan sikunya.
"Sakit anjing! Kenapa sih lo sirik aja sama gue? Makanya cari cewe Lin. Ya emang sih lo ga seganteng gue, tapi gue yakin bencong luar sana juga mau kok ama lo," cecar Daniel menepuk-nepuk pundak Guanlin.
"Bajingan!"
"Btw namanya siapa? Kayaknya lo belom ngasih tau," lanjut Guanlin bertanya pada Daniel yang masih asik memandang perempuan tersebut.
"Park Jihyo, 12 MIPA 5."
—————
"Jihyo, lo gapapa?" tanya Jeongyeon melihat muka Jihyo yang sedikit pucat. Nayeon yang mendengar perkataan Jeongyeon pun ikut bertanya, "Iya Hyo, lo gapapa? Muka lo pucet."
Jihyo yang sedari tadi mencoba mengalihkan pandangannya dengan mengaduk-aduk minuman yang ia pesan, tersentak. "Hah? Gue? Gue gapapa Nay, Jeong," ucap Jihyo menenangkan kedua sahabatnya.
Nayeon yang sebenarnya khawatir, langsung memegang kedua tangan Jihyo. "Lo kalo ada apa-apa bilang ya, Hyo. Ga biasanya lo kaya gini."
Tanpa di duga Nayeon dan Jeongyeon, Jihyo malah menangis. Jeongyeon yang melihat itu terkejut, ia bangkit dari sebelah Nayeon menuju ke sebelah Jihyo.
"Hyo, lo kenapa? Cerita aja," tanya Jeongyeon sembari mengelus punggung Jihyo. Nayeon yang melihatnya iba, dia kembali memegang kedua tangan Jihyo. Tangannya dingin sekali.
"Mama gue selingkuh. Papa lagi urus surat perceraian."
Jeongyeon menatap Nayeon. Nayeon menggenggam tangan Jihyo lebih erat. Jeongyeon merangkul Jihyo, dan kepala Jihyo jatuh di pundak Jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Since Day 1
Fanfiction"Aku akan selalu cinta kamu, dari hari pertama sampai selamanya." [ ©cwereals 2020 ] #1-danhyo (03.09.20)