"Belom sadar juga?" tanya Guanlin sebalik dari kantin bersama Jeongyeon. Jihyo yang lelah dan hampir tertidur itu langsung terkejut ketika mendengar suara seseorang. Jihyo mengucek-ngucek matanya. "Iya belom. Sabar aja."
Jeongyeon menghampiri Jihyo. "Nih, gue beliin popmie buat lo. Ini udah hampir dua jam, pasti lo udah laper. Tadi kan makannya cuma dikit," ucap Jeongyeon sambil menyerahkan popmie rasa baso yang masih hangat.
"Makasih, Jeong."
"Lo mau disini sampe kapan, Hyo? Mata lo udah sayu gitu. Pasti capek. Pulang aja gih," cecar Guanlin. "Lo ngusir gue?" tanya Jihyo sambil menyeruput kuah mie.
"Ga gitu asu. Mending lo istirahat, dari tadi kan mondar mandir sana sini. Lagian si Jeongyeon juga udah tepar gitu, abis muasin Brian," cerocos Guanlin yang langsung mendapat jeweran dari Jeongyeon.
"Diam ya bangsat."
Jihyo hanya tertawa kecil. "Jeongyeon kalo mau pulang duluan gapapa. Gue mau disini. Sampe... Daniel sadar," ujar Jihyo sedikit tidak yakin dengan kata-kata terakhirnya.
"Engga ah. Gue mau nemenin lo, Hyo."
"Beneran?"
"Iya."
Guanlin terkesiap. "Ini kalo Daniel sadarnya besok lo pada mau nginep? Besok kan kita sekolah?!" Pertanyaan Guanlin dijawab dengan anggukan kepala Jihyo dan jawaban Jeongyeon, "Iya. Bolos aja kali. Kaku amat lo."
"Sadis. Bisa-bisanya masuk kelas unggulan."
Jeongyeon hanya mengedikkan bahu. Kini Jeongyeon duduk di sebelah Jihyo yang sedang memejamkan matanya. Jujur saja, sebenarnya Jihyo lelah sekali.
"Terus ini tidurnya gimana? Sofanya cuma 2. Kan ada gue juga?" tanya Guanlin lagi membuat Jeongyeon geram. "Banyak tanya amat sih lo!"
Jihyo yang mendengar perkataan Guanlin itu jadi membuka matanya kembali. Benar juga. Hanya ada 2 sofa dan 1 kursi duduk seperti kursi biasa pada umumnya. Tentu saja tidak ada yang membawa kasur tambahan. Ini mendadak dan mereka tidak mau repot meminta salah satu anggota keluarganya untuk mengirimkan kasur, karna ini sudah malam.
"Gue tidurnya duduk aja. Di kursi itu."
Jeongyeon dan Guanlin menatap Jihyo tak percaya. "Kok gitu? Guanlin aja!" seru Jeongyeon tidak setuju membuat Guanlin melotot kepada Jeongyeon. "Gue?!"
"Ya iya lah! Lo kan cowok!"
"Apa hubungannya?!"
"Masa lo tega sama cewek?!"
Jihyo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ssshtt! Udah malem, ini rumah sakit jangan berisik. Belom mau tidur ini, kan? Tidur-tiduran aja dulu..."
Mau tak mau, Jeongyeon dan Guanlin diam menuruti perkataan Jihyo. Mereka memasang posisi tidur di sofa masing-masing. Sedangkan Jihyo ke kamar mandi.
Selang beberapa menit, Jihyo keluar dari kamar mandi. Dia tersenyum sendiri melihat pemandangan kamar karna kini kegaduhan itu hilang. Mereka ketiduran.
Dan Jihyo tidur di kursi. Demi Daniel.
—————
Pagi hari Jihyo terbangun karna mendengar suara lebatnya hujan. Dia memegang lehernya. Sakit sekali. Dia salah posisi tidur. Matanya mengarah ke sofa, terdapat Jeongyeon dan Guanlin yang masih tertidur lelap.
"Jihyo...?"
Yang dipanggil terkejut. Kini dia beralih ke arah kasur yang ditiduri Daniel. Laki-laki tersebut berusaha membuka matanya. Jihyo langsung menghampiri Daniel.
"Daniel? Daniel udah sadar?"
"Jihyo lo ga kenapa kenapa kan?" tanya Daniel khawatir, dia berusaha bangun namun badannya terlalu lemah. Jihyo memegang lengan Daniel. Matanya mulai mengeluarkan air mata.
"Buat apa sih Niel, masih mikirin gue? Pikirin diri lo sendiri dulu...," ujar Jihyo yang kini sudah menangis. "Maaf ya gue kabur, bukannya bantuin lo."
Daniel terdiam beberapa saat, lalu tertawa kecil. Ibu jarinya mengusap air mata Jihyo. "Kok malah lo yang minta maaf? Lo ga salah apa-apa kok. Harusnya gue yang minta maaf. Maaf ya ga jadi perform bareng," cerocos Daniel membuat Jihyo tersenyum. "Emang kenapa lo kabur? Cemburu?" lanjut Daniel membuat Jihyo blushing sesaat.
"Dih? Geer. Lagian siapa juga yang ga kabur kalo ngeliat ada kiss scene gitu?" omel Jihyo membuat Daniel menganga.
"Kiss scene? kiss scene apa?"
Jihyo terdiam. Daniel benar-benar tidak ingat? Apa mungkin saat Nayeon menciumnya, Daniel sudah setengah tidak sadar? "Ah... maksud gue... di tv ada drakor nayangin kiss scene," ucap Jihyo tidak jelas. Daniel hanya terheran namun tidak memedulikannya.
Ruangan jadi hening.
"Kok diem?"
"..."
Jihyo memang susah membuka topik pembicaraan, hal inilah yang tidak ia sukai terhadap dirinya.
1 menit...
2 menit...
3 menit...
"Emm... Niel?" Akhirnya Jihyo membuka suara disambut dengan senyum manis sang laki-laki. "Iya? Kenapa Hyo?" tanya Daniel, membuat Jihyo tidak tega untuk mengatakan ucapan yang sedari kemarin ia pikirkan.
"Gue boleh ngomong?"
"Ya boleh lah, daritadi kan udah ngomong?"
Jihyo menarik nafasnya, lalu menghelanya pelan. "Maaf, tapi... apa ga sebaiknya kita ga ketemu dan kontakan dulu?"
"K-kenapa, Hyo? Gue ada salah?" Ucapan Jihyo itu membuat Daniel getir, senyumnya kini luntur. Jihyo menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah Daniel.
"Bukan gitu, Niel. Tapi gue takut, Nayeon makin menjadi sama kita. Gue tau Nayeon suka sama lo, Niel... Pasti dia lebih seneng kalo ngeliat lo tanpa gue," ujar Jihyo dengan sedikit penekanan. Badannya bergetar.
Jihyo memang tak menaruh rasa pada Daniel, tapi entah untuk kedepannya? Untuk sekarang dia menganggap Daniel sebagai sahabatnya, yang baik dan juga perhatian. Mana mungkin Jihyo mau kehilangan sosok sahabat seperti Daniel?
Daniel tertegun mendengar ucapan Jihyo. "Jadi maksud lo, Hyo? Biar gue jadian sama Nayeon? Gue ga mau."
Jihyo menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu. Gue ga tau sekarang lo suka sama siapa, lo tetep bisa pertahanin orang yang lo sayang. Tapi pasti Nayeon ga suka kalo ngeliat lo bareng gue. Gimana Niel...?"
"Gue suka sama lo, Hyo. Gue sayang..." lirih Daniel dalam hati, namun sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk mengaku. Namun Daniel juga mengerti, yang Jihyo ucapkan itu memang benar. Jika terjadi sesuatu kepada Jihyo, tentu saja Daniel tidak akan terima.
Daniel mengangguk pasrah. "Yaudah oke, Hyo. Ini semua demi lo. Tapi kita masih.. em.. sahabatan kan?" tanya Daniel gelagapan. Jihyo tersenyum kecil, dia mengangguk.
Jihyo menggenggam tangan Daniel dengan kedua tangannya. "Maafin gue, Niel. Entah sampe kapan kita bakal jauh-jauhan, tapi gue harap ga lama. Gue bakal kehilangan orang yang selama ini perhatian sama gue..." isak Jihyo dalam hati. Dia melepas genggaman tangannya.
Jihyo berbisik tepat di telinga Daniel, "Gue pergi dulu. Maaf selama ini gue ngerepotin lo. Semoga ini ga lama." Daniel hanya menganggukan kepalanya. Jihyo dengan berat melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan Daniel.
Dan pada saat itulah Jihyo menghilang dari pandangan seorang Kang Daniel. Laki-laki itu hanya bisa menghela nafasnya kasar. Daniel mengusap mukanya frustasi.
Ah rasanya seperti kehilangan selamanya.
Apakah ini akan berlangsung lama?
"Terima kasih pernah ada untuk diriku. Aku sayang kamu, sebagai sahabat tentunya. Meskipun berjauhan, tetap dekat di hati kan? Kita berpisah dulu, ya? Sampai jumpa nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Since Day 1
Fanfiction"Aku akan selalu cinta kamu, dari hari pertama sampai selamanya." [ ©cwereals 2020 ] #1-danhyo (03.09.20)