Sick

135 16 2
                                    

Sudah 3 hari Jeongyeon sakit demam. Itu membuat Jihyo khawatir sehingga pada hari Senin ini, ia bolos untuk merawat Jeongyeon meski Jeongyeon tidak memaksanya.

"Ngapain kesini lagi sih, Hyo? Sekolah," ujar Jeongyeon lesu menatap Jihyo yang membawa bubur ayam untuk dirinya. Dia tak mau merepotkan sahabatnya itu.

Jihyo berdecak pelan. "Lo lebih penting."

Jeongyeon hanya bisa merengut.

"Lo kenapa sih, Jeong? Udah 3 hari lo sakit dan lo masih belum mau cerita ke gue apa yang terjadi sama lo?" tanya Jihyo sedikit keras sambil menyuapi Jeongyeon. Yang ditanya hanya diam saja.

"Stres," jawab Jeongyeon setelah 2 menit.

"Gue bodoh. Gue tolol. Gue goblok. Bisa-bisanya gue percaya, nyaman, deket sama orang yang asalnya gak gue kenal jelas,"

"Dan bisa-bisanya gue jatuh cinta sama dia," ucap Jeongyeon mengakhiri dengan pelan.

Jihyo tertegun, ia mengusap air mata Jeongyeon yang sudah membasahi pipinya.

"Waktu itu gue diajak ke rumah om nya, yang ternyata Pak Suho. Lo tau kan Hyo, Pak Suho ke gue itu kayak gimana? Gue ditarik paksa buat masuk ke rumahnya. Dan gue hampir..."

"Hampir apa, Jeong?"

"Diperkosa." Tangis Jeongyeon meledak. Dia trauma. Dia ingin melupakan semuanya. Jihyo mengusap mukanya frustasi, merasa bersalah. Ia segera memeluk Jeongyeon.

"Maaf Jeong. Maaf bikin lo keinget, gue tau lo pengen lupain. Sekarang tenang aja. Lo ga usah mikir yang aneh-aneh, lo masih suci. Disini lo ga sendiri. Ada gue yang akan selalu ada di sisi lo, ngejagain lo. Lo ga usah khawatir. I will always beside you," ujar Jihyo menenangkan Jeongyeon.

Jeongyeon memeluk Jihyo balik. Dia menangis sekejarnya di pundak Jihyo. "Gue benci Brian! Gue benci! Tapi semakin gue ngebenci dia, gue malah makin kepikiran dan rindu sama dia. Gue pusing, Hyo. Gue stres..."

Jihyo semakin mengeratkan pelukannya dengan Jeongyeon. "Orang yang lo benci... orang yang pernah ngebuat lo bahagia kan?"

"Bikin lo nyaman, bikin lo ketawa, sampe bikin lupa sama masalah yang lagi lo alamin. Lo tau? Semenjak lo kenal dan deket sama Brian, lo berubah Jeong. Lo lebih bebas, lebih happy. Lo bukan Jeongyeon yang dulu lagi, yang suka uring-uringan karna terlalu banyak pikiran. Gue tau disini Brian salah, gue juga tau Brian brengsek. Tapi gue tau dibalik semua ini pasti ada alasannya. Gue ga maksa, tapi gue harap lo bisa maafin Brian," ucap Jihyo panjang lebar sembari mengelus kepala Jeongyeon. Sementara itu Jeongyeon masih sesenggukan sambil menganggukan kepalanya.

Jihyo tersenyum. "Jadi?"

"Gue rindu Brian. Gue pengen ketemu."

—————

"Hoi."

Daniel menoleh karna seseorang menepuk pundaknya. Siapa lagi kalau bukan Guanlin? Sohibnya dari semasa masih menjadi bibit sperma sampai dengan sekarang.

"Apaan?"

"Semenjak jauhan sama Jihyo, kayaknya lo gak sehat deh, Niel. Tiap hari ngerokok. Dua minggu sekali minum-minum. Lo stres ya?"

I Love You Since Day 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang