Fall Apart

140 13 3
                                    

"Jeong, ikut gue yuk," ajak Brian. Entah sejak kapan dua manusia ini selalu menghabiskan waktunya bersama. Setelah meneliti lebih dalam, ternyata mereka mempunyai hobi yang sama, yaitu memakan bubur memakai sumpit.

"Kemana?"

"Rumah om gue."

Jeongyeon mengerutkan keningnya. Omnya Brian? Yang waktu itu menelepon di taman? Untuk apa kesana?

"Ngapain?" tanya Jeongyeon curiga. Posisi mereka sedang di bawah pohon lapangan dan diperhatikan banyak orang. Mereka terkejut melihat Brian yang biasanya onar, kini berbincang bersama murid juara kelas berturut-turut di sekolah.

"Main aja."

Jeongyeon mengangguk ragu. Brian pun tersenyum lalu mengajak untuk segera pergi. Namun ada yang aneh. Senyuman Brian kali ini seperti terpaksa. Brian juga tidak seceria biasanya.

Sebenarnya Jeongyeon sedikit gelisah, tetapi pada akhirnya dia mengiyakan.

Sungguh bodoh.

Setelah 30 menit, Brian dan Jeongyeon sampai di rumah yang besar dan sangat mewah. Mobilnya ada 3. Ada juga taman yang dipenuhi berbagai macam bunga.

"Om lo pasti setiap hari makan di Restoran Prancis yang gak ada pecel lelenya itu ya? Rumahnya bagus banget anjir," ujar Jeongyeon menerka-nerka sambil turun dari motor Brian. Brian hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar cuitan dari manusia haram bernama Yoo Jeongyeon ini.

"Yuk masuk."

Dengan kaki yang gemetar, Jeongyeon memasuki rumah mewah tersebut. Perasaan buruk menghantuinya. Namun dirinya  berusaha berfikir positif.

Brian mengetuk pintu. Lalu, seorang laki-laki berumur sekitar 29 tahunan muncul. Dia tersenyum lebar, apalagi saat melihat Jeongyeon. Itu kan...

"P-pak Suho...?"

Badan Jeongyeon lemas. Apa-apaan ini?

"Hi Jeongyeon. Jadi saya memperintahkan Brian, keponakan saya, untuk mendekati kamu lalu membawanya kepada saya. Selama tiga bulan saya menunggu lama sekali, dan pada akhirnya hari ini kamu datang," jelas Suho hangat membuat Jeongyeon menganga dan Brian hanya bisa menunduk.

"Maksudnya 'saya buat Bapak' itu gimana?"

"Kamu mau kan jadi pacar saya?"

Deg. Jeongyeon deja vu. Suho mengatakan kata-kata yang sama seperti dua bulan lalu. Hatinya hancur.

Tidak mendengar balasan, Suho langsung menarik tangan Jeongyeon, "Ayo masuk dulu. Liat-liat rumah saya." Jeongyeon kaget, pergelangan tangannya dicengkram erat sekali oleh Suho. Jeongyeon memanggil Brian pelan, agar sekiranya dia akan membantunya, namun Brian hanya bisa diam. Dia tampak gemetar.

Pintu ditutup. Brian hanya bisa mengusap mukanya frustasi. Dia ingin pulang sekarang. Baru satu langkah ingin melangkahkan kaki menuju motornya yang ada diluar, tetapi dia mendengar suara Jeongyeon.

"P-pak... tol..ong... jangan sentuh sa..y..a."

Brian terkesiap. Dia berbalik arah dan langsung mendobrak pintu rumah Suho tersebut. Hati Brian terasa diiris-iris melihat apa yang terjadi di dalam sana. Brian buru-buru menarik Jeongyeon agar segera menjauh dari Suho.

Jeongyeon menangis di belakang punggung Brian. "Om ngapain?! Perjanjiannya gak gini!"

"Selama dia ada di tangan saya, suka-suka saya dong?!"

"Gak. Brian gak sudi. Om gak bisa seenaknya sama perempuan. Jeongyeon lebih berhak bahagia sama orang lain, daripada sama laki-laki kayak Om. Maaf, perjanjian kita batal aja."

—————

"Maaf... maafin gue. Jeong, gue tau gue bajingan. Gue tau gue gila. Gue tau gue bego. Gue juga tau lo marah sama gue. Gapapa kalo lo gabisa maafin gue sekarang, tapi tolong jangan benci gue."

Jeongyeon tertawa walaupun dia masih menangis. "Gue gak marah, gue cuma kecewa. Gue harap lo ngerti perbedaannya. Lo sampah..." ujar Jeongyeon dengan gemetar. Dia trauma.

Hati Brian hancur. Bukan karena dirinya dibilang sampah. Namun saat melihat Jeongyeon, perempuan receh nan tolol yang biasanya selalu tersenyum dan membuat Brian bahagia, kini menangis dan menjadi berantakan karna dirinya.

Brian memeluk Jeongyeon hangat. Jeongyeon masih menangis di dekapannya. Meski kecewa, Jeongyeon membutuhkan pelukan. Dia ketakutan. Dia membalas pelukan Brian.

"G-gue takut... gue ud-dah... gak suci..."

Brian semakin mengeratkan pelukannya, lalu dia mengecup puncak kepala Jeongyeon. "Ada gue disini, gak usah takut. Lo masih suci. Maaf, gue udah bikin lo kayak gini Jeong."

Posisi mereka kini sedang di taman yang sama dengan kemarin. Brian sengaja pergi kesini agar sekiranya pikirannya tenang, namun Jeongyeon malah semakin menangis tak karuan. Waktu menunjukkan pukul 18.19. Langit sudah gelap.

"Makasih juga ya, Bri. Lo udah nolongin gue tadi. Kalo lo gak buru-buru, mungkin gue udah gak per—" Brian mendekap kepala Jeongyeon lebih dalam, dia tidak mau mendengar lanjutannya.

Namun Jeongyeon malah melepas pelukan tersebut. "Gue gak bisa maafin lo. Gue kecewa sama lo. Lo tega. Gue gak mau liat muka lo lagi. Gue pulang duluan," ujar Jeongyeon sambil berlalu pergi.

"Jeong!" Brian meneriakkan nama Jeongyeon berkali-kali tapi tidak ada gunanya. Dirinya bisa apa? Jeongyeon tidak mau bertemu dengannya lagi. Brian menatap langit yang mendung.

Sementara Jeongyeon, dia menangis lagi. Sejujurnya dia tak sanggup menjauhkan Brian. Tetapi rasa kecewanya lebih besar. 3 bulan mereka menghabiskan waktu bersama, ternyata ada sesuatu di balik semuanya. Itu benar-benar membuat Jeongyeon hancur. Lagipula jika ia tetap bersama Brian, apa untungnya?

Brian kini menghela nafasnya kasar. Dia masih duduk di bangku taman. Hujan. Taman sudah sepi dan kosong, hanya Brian seorang yang duduk diantara salah satu bangku disana.

Dirinya bangkit. Saatnya mencari tempat tinggal baru. Entah ingin pergi ke arah mana. Dia sendiri tidak tahu.

Dia mengingat percakapan bersama Suho sebelum pulang.

____________________________________
"Karna kamu sendiri yang ngebatalin perjanjiannya, rumah yang kamu tempati dan semua perabotan yang ada di dalamnya saya sita!" ujar Suho tegas.

"Rumah? Lagian kan perjanjian Om bakal kasih saya uang 5 juta! Tapi saya batalin. Harusnya uang yang gak jadi di kasih. Kenapa malah jadi rumah saya?" tanya Brian shock.

"Kamu kok jadi ngatur? Lagipula rumah itu kan pemberian saya! Kamu cuma anak miskin yang yatim piatu!"

"T-terus saya harus tinggal dimana...?"

"Itu bukan urusan saya. Sudah, kamu pergi jauh-jauh dari saya dan jangan pernah meminta apa-apa lagi dari saya," ujar Suho berlalu.
————————————————————

Brian melangkahkan kakinya menuju arah yang tak tentu. Pakaian, sepatu, handphone, motor, bahkan uang tabungannya pun semua diambil alih oleh Suho.

Jeongyeon tentu tidak tahu tentang ini. Brian hanya ingin perempuan itu selamat dari monster bernama Suho dan kembali menjadi perempuan yang selalu bahagia dan ceria seperti dulu. Semoga.

Ah, ternyata seperti ini rasanya kehilangan?

I Love You Since Day 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang