Hospital

131 13 1
                                    

"Jihyo gapapa?"

Jihyo diam saja. Semenjak dari awal perjalanan, Jeongyeon selalu menanyakan hal itu. Namun Jihyo tidak menjawab sama sekali, dia malah mengganti topik.

"Lo cemburu sama Nayeon?"

Deg

Muka Jihyo tampak sedikit resah. Sejujurnya Jihyo tidak cemburu, namun kecewa. Dengan panik Jihyo pontang-panting mencari Daniel, tetapi kenapa saat bertemu malah pemandangan seperti itu yang dia lihat?

Hatinya menciut saat itu. Terlebih lagi saat dia melihat sahabatnya disana. Kaget. Walaupun dia tidak tahu, apakah itu perlakuan yang disengaja Nayeon atau Daniel juga menginginkannya.

Jihyo sendiri juga tidak tahu, kenapa saat itu dia tidak membantu Daniel saja? Kenapa dirinya malah kabur?

"Hyo?"

Jihyo terkejut. Bahunya diguncang Jeongyeon. "Eh... Kenapa?"

Jeongyeon menggelengkan kepalanya. "Omongan gue bikin lo kepikiran ya? Hehe maaf deh. Mau makan?" tanya Jeongyeon. Jihyo hanya menganggukan kepalanya pelan.

Setelah memilih tempat makan, Jihyo dan Jeongyeon duduk berhadapan. Tidak ada percakapan sampai makanan pun datang. Jeongyeon sengaja tidak mau mengganggu. Menurutnya, Jihyo ingin menenangkan diri.

Selesai makan, Jeongyeon membuka percakapan. "Abis ini ke rumah sakit dulu, ya. Kita jenguk Daniel," ucap Jeongyeon lembut.

Mata Jihyo terbelalak. "Daniel... masuk rumah sakit?" Sushi yang tadinya sedang dia jepit di sumpit, jatuh ke piringnya. Dirinya merasa bersalah sekarang, kenapa dia tidak menolongnya tadi?

"Iya, pembuluh darahnya kesumbat."

Jihyo mengusap mukanya frustasi. "G-gue..."

"Gue tau lo belom siap ketemu Daniel. Gue tau lo kecewa. Gue sendiri juga kecewa, Hyo. Dan lo ga usah takut, ini bukan salah lo, bukan salah siapa-siapa. Nayeon yang jahat," ujar Jeongyeon menenangkan Jihyo yang gemetaran.

Jihyo menggeleng pelan. "Engga Jeong. Ini salah gue. Gue yang salah. Harusnya gue ga kabur tadi."

"Engga lo ga salah. Tenang aja, Hyo."

"K-kalo Daniel marah sama gue gimana...?"

Jeongyeon tersenyum manis menatap mata Jihyo yang sedikit sayu. Jeongyeon memegang tangan Jihyo. Dingin sekali. Jihyo sekhawatir itu.

"Daniel ga mungkin marah sama lo."

—————

Guanlin mondar-mandir di depan Ruang ICU. Daniel belum sadar juga. Dokter masih menanganinya. Belum ada yang boleh masuk.

Lelah sendiri, akhirnya Guanlin duduk di kursi depan Ruang ICU tersebut. Guanlin mengacak rambutnya frustasi. Sahabatnya kritis dan perempuan yang disukainya menyukai sahabatnya sendiri.

Sakit? Tentu saja. Guanlin benar-benar tidak menyangka. Guanlin sama kecewanya dengan Jeongyeon dan Jihyo. Bertahun-tahun dia menyimpan rasa untuk Nayeon, namun apa? Tidak seperti ekspektasi Guanlin. Dia kira, mereka saling punya rasa satu sama lain.

Namun Guanlin tahu, Daniel hanya cinta Jihyo seorang. Semoga Daniel tidak terjerumus kegilaan Nayeon. Dia berharap Daniel hanya akan bahagia bersama Nayeon.

Krieettt

Suara pintu terbuka. Seorang Dokter dan dua suster keluar dari Ruang ICU. Guanlin buru-buru bangkit mendatangi dokter tersebut.

"G-gimana sahabat Saya? D-dia baik-baik aja kan, Dok?" tanya Guanlin gagap. Pas dengan saat itu, Jeongyeon dan Jihyo menghampiri Guanlin. Muka Jihyo disitu sangat cemas.

"Keadaan Daniel sudah normal. Sekarang pembuluh darahnya sudah berjalan dengan lancar. Namun dia belum sadar. Kalian bisa lihat Daniel sekarang. Asal jangan berisik ya," ujar Dokter tersebut membuat Guanlin, Jeongyeon, dan Jihyo lega.

Mereka bertiga memasuki ruang ICU, lalu Jihyo dengan buru-buru menghampiri Daniel yang terbaring lemah dan masih belum sadar. "Maafin gue, Niel. Ga seharusnya tadi gue ninggalin lo...," ucap Jihyo pelan

Jeongyeon mengusap pundak Jihyo. Setelah tenang, Jeongyeon membawa Jihyo duduk di sofa yang disana juga ada Guanlin. Guanlin lebih tenang sekarang saat tahu keadaan Daniel sudah lumayan baik, namun dari mukanya terlihat sedang banyak pikiran.

"Guanlin lo gapapa?" tanya Jeongyeon menepuk pundak Guanlin, lalu duduk di sebelahnya. Kini urutan duduknya menjadi Guanlin, Jeongyeon, dan Jihyo. Guanlin menghela nafasnya kasar.

"Gapapa. Cuma kaget aja."

"Nayeon ya?" ujar Jeongyeon seakan tahu isi hati Guanlin sekarang. "Ga cuma lo. Gue juga, apalagi Jihyo. Udah sinting dia." Jihyo tidak berkutik, dia diam saja. Sejujurnya dia malas membahas ini lagi. Maka ia memasang airpods dan menyetel playlist favoritnya.

"Yah... gue sih gapapa kalo Nayeon emang sukanya sama Daniel, walaupun gue kecewa cewek yang gue suka bertahun-tahun ternyata malah suka sama sahabat gue haha. Tapi gue harap Daniel ga tersihir. Gue tau Daniel cuma cinta sama Jihyo." Ucapan Guanlin tersebut membuat hati Jeongyeon tersentuh, betapa tangguhnya Guanlin. Jeongyeon mengelus pundak Guanlin.

"Sabar ya bro, gue tau lo kuat."

"Anjing gue kira lo mau ngasih motivasi yang lebih bagus."

"Bayar."

Guanlin mendengus. Dia mencuri-curi pandang kepada Jihyo, lalu berbisik di telinga Jeongyeon. "Si Jihyo beneran ga suka sama Daniel?"

"Sabar... Butuh proses."

"Sampe kapan? Kasian Daniel. Kalo sekiranya dia mati hari ini gimana? Apa Jihyo ga nyesel?"

Jeongyeon menabok mulut Guanlin. "Omongan di jaga ya tolol. Kurang ajar." Sementara itu Guanlin mengusap-ngusap bibirnya yang kesakitan.

"Gue laper nih, ada yang mau ikut ke kantin?" ujar Jeongyeon lalu bangkit. Guanlin mengacungkan tangannya, lalu ikut berdiri dari sofa. Jeongyeon hanya mengangguk.

"Jihyo? Mau ikut?"

"Eh? Kemana?"

"Kantin."

"Bukannya tadi udah makan...?"

"Biasa rakus," cecar Guanlin yang langsung mendapat tamparan dari Jeongyeon. "Masih laper, Hyo."

"Emm."

Guanlin berbisik kepada Jeongyeon. "Jihyo ditinggal disini, berduaan doang dong sama Daniel? Kalo Daniel udah sadar, mereka berdua ngew—"

Belum selesai Guanlin berbicara, lagi-lagi mulutnya sudah dibekap Jeongyeon. "Sumpah ya lo, kalo ngomong ga di filter dulu. Goblok." Guanlin hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya.

"Jadi gimana Hyo?"

"Gue disini aja deh, nemenin Daniel," jawab Jihyo sambil tersenyum manis.

Guanlin berdeham. "Ekhem, benih cinta mulai tumbuh wahai sodara-sodara."

"Berisik amat sih lo," cecar Jeongyeon langsung menarik tangan Guanlin untuk segera keluar dari ruangan ICU. "Kita pergi dulu ya, Hyo. Jagain Danielnya."

Jihyo menghela nafasnya. Pandangannya kini menatap langit-langit ruangan tersebut. Apa yang akan dia lakukan setelahnya jika Daniel sudah sadar dan sembuh?

I Love You Since Day 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang