Miss You

228 21 2
                                    

"Aduuuhh... pegel nih tangan gue." Nayeon memijit-mijit pergelangan tangannya. Guanlin yang mendengar keluhan Nayeon dari kamar mandi perempuan, langsung menyolot, "Capek kan?! Liat akibatnya! Semua gara-gara lo!"

Nayeon membelalakkan matanya, lalu ikut menyentak, "Enak aja! Yang duluan ribut sampe bikin kita di hukum siapa?!"

"Elo!!!"

"Kok gue?!!!"

"Ga di UKS, ga di kamar mandi, sama aja! Ribut terus!" Pak Yuta, guru kesiswaan, lagi-lagi menggelengkan kepalanya melihat dua anak yang dihukum sejak 1 jam yang lalu tidak berhenti ribut. Nayeon dan Guanlin yang mendengarnya diam lalu kembali membersihkan kamar mandi tersebut.

"Pak, udahan dong Pak. Remuk tulang saya. Udah 1 jam ini." Nayeon mengeluarkan jurus puppy eyes nya kepada Pak Yuta, yang langsung membuat dirinya tersihir.

"Yaudah iya iya, boleh pulang," ucap Yuta pasrah. Guanlin yang mendengar percakapan itu langsung menyelak, "Saya juga boleh kan Pak?"

"Dia ga usah Pak! Suruh aja bersihin kamar mandi lantai 1-4!"

"Apaan sih lo! Gue ga ngomong sama lo anjir! Kompor aja!"

"Udah udah!" Yuta angkat suara melerai dua murid ini. "Kalian boleh pulang! Jangan ribut lagi! Pusing saya dengarnya!" Yuta pun pergi meninggalkan Nayeon dan Guanlin berduaan di kamar mandi tersebut.

Triiing

Ada dering notifikasi Line dari hp Nayeon. Nayeon langsung mengeceknya.

LINE

yoojyeon: nay udh kelar blom?

imnaynay: udah. knp emang?

yoojyeon: ke kantin dong. tmenin gue

imnaynay: oke otw
read

Nayeon keluar dari kamar mandi. Ia menaruh hp di saku roknya, lalu membereskan tasnya. Setelah siap, dia membawa tasnya hendak pergi. Baru dua langkah ingin pergi, seseorang memanggilnya.

"Nay!"

Nayeon menoleh. Guanlin. Laki-laki itu tergopoh-gopoh menyusul dirinya. Nayeon mendecak malas. "Apaan?"

Guanlin mendatangi Nayeon sembari menyisir rambut basahnya dengan tangan. Jujur saja sebenarnya Nayeon sedikit degdegan melihat Guanlin. Rambut basahnya yang acak-acakan, seragam sekolah yang basah, apalagi tidak memakai dasi. Tampan. Nayeon langsung mengusap mukanya, membuang pikiran itu jauh-jauh.

"Tungguin gue dong."

"Ngapain nungguin lo?"

"Ga mau pulang bareng?"

"Ga."

"Sombong amat lo. Dulu tk juga lo paling semangat pulang boncengan sepeda ama gue." Deg. Ucapan Guanlin membuat Nayeon malu dan teringat akan masa kecilnya yang selalu bersama Guanlin.

"Dih? Kapan? Sok inget lo." Hanya itu kata-kata yang bisa Nayeon lontarkan kepada Guanlin.

"Susah ngelupain kenangan kecil kita, Nay."

I Love You Since Day 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang