Irawan sekilas menatap wajah tanty yang tertunduk membaca majalah.
"Tanty..."panggil irawan pelan.
" Hm..."gumam tanty sambil mengangkat wajahnya.
"Apakah kau tahu,kapan ibumu diizinkan pulang oleh dokter yang merawatnya?"tanya irawan lembut.
Tanty meletakkan majalah yang dibacanya menatap wajah irawan,dan pandangan kedua nya bertubrukan.keduanya tersenyum.
"Lusa ibu boleh pulang,mas.kata nya kesehatannya sudah mulai pulih.hari ini sebenarnya pun sudah boleh pulang,tetapi aku ingin ibu mendapat perawatan yang lebih baik lagi."
Irawan mengangguk.
"Tanty,jangan kau pikirkan dengan biaya perawatan ibu.aku akan membantumu..."ucap lelaki itu ringan.
Tanty menatap wajah irawan.
"Aku sudah menyediakannya, mas.pak iwan sudah berbaik hati membantu,memberi sejumlah uang untuk membayar biaya perawatan ibuku..."
"Sebaiknya uang itu kau simpan, tanty.kau dapat gunakan untuk keperluan lain..."kata irawan lagi.
"Tidak,mas.aku tidak ingin menjadi bebanmu."
Irawan menggeleng.
"Dengarlah kataku,tanty.simpan uang itu,suatu saat nanti kau memerlukannya.aku ikhlas membantu keluargamu,karena kau kekasihku.apakah kau masih ingin menolaknya...?"ucap irawan lagi dengan tegas.
Tanty terdiam.pada saat- saat seperti itu irawan menampakkan kekerasannya.tanty kagum dengan kebaikan lelaki itu. karena dulu pun sewaktu hamidah masuk rumah sakit, irawan yang membayar semua biayanya.
"Baiklah,mas...aku turuti kata- katamu.entah bagaimana aku dapat membalas kebaikanmu itu." kata tanty mendesah pelan.
Irawan menggenggam tangan tanty dengan lembut.
"Balaslah dengan cinta kasihmu yang tulus,tanty..."bisik lelaki itu seraya menatap bola mata gadis yang duduk di sofa di samping nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAFSU DIAMBANG MAUT
Teen FictionFirda memeluk erat tubuh tanty. tampak air matanya menitik, begitu juga dengan tanty. kedua gadis itu bertangis- tangisan,hati irawan dan joned menjadi trenyuh melihat kejadian itu, begitu pun dengan mona. "Firda...bagaimana keadaanmu...?" tanya tan...