7

2.1K 352 0
                                    

Jaemin selalu memandang ponselnya, ia ingin sekali menanyakan bagaimana keadaan Jeno.

Namun, ia selalu menahan hasratnya itu.

"Tidak Jaem, kau akan membuatnya terganggu."

Ia menyentuh dadanya yang terus berdebar-debar.

Jujur saja, ia sudah tahu akan seperti ini.

Jatuh cinta.

Dengan orang yang begitu sempurna, sangatlah jauh berbeda dengan kehidupan dirinya.

Ia tahu jika Jeno memiliki perasaan kepadanya, tapi apakah pantas dirinya yang begitu menyedihkan ini bersanding dengannya?

"Jeno . . ."

Seketika ia mendengar ponselnya berbunyi, langsung saja ia mengambil dan menerima panggilan itu.

"Halo?"

"Hai Jaem."

Jaemin menahan suaranya agar tidak teriak.

"Jeno?"

"Iya, ini aku. Bagaimana dirimu?"

Jaemin berdiri di depan jendela rumahnya, "Aku baik Jen, kau?"

Tidak ada jawaban disana, Jaemin sudah tahu jika Jeno memiliki masalah.

"Jen, aku pernah bilang kan. Jika kau ada masalah, kau bisa katakan padaku."

"Jaem-

Suara hembusan napas Jeno terdengar.

-aku dijodohkan."

Jaemin menahan keterkejutannya dengan menggigit bibirnya, " . . . Benarkah?"

"Aku sungguh tidak menginginkan ini, Jaem. Mereka melakukannya tanpa memberitahukan padaku, mereka benar-benar . . ."

Jaemin meremat kaos bajunya, "Katakan pada mereka jika kau tidak menginginkannya."

"Mereka tidak mendengarkan ku."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku sangat kesal dengan keputusan mereka, aku benci ini."

Ia merasakan air matanya mengalir tanpa disadari, menyeka dengan senyuman yang selalu ia perlihatkan.

"Kau harus membuktikan pada mereka jika yang mereka lakukan tidak membuatmu bahagia.

Namun, setiap orangtua pasti menginginkan kebahagiaan pada anaknya."

"Jaem . . ."

"Kau kuat Jeno. Aku percaya, bahwa kau bisa menghadapi ini. "

Jaemin menutup matanya, mencoba menahan rasa sesak di dadanya.

"Baiklah . . . terima kasih, Jaem."

"Tentu."

"Aku akan tutup ya, selamat malam."

"Malam . . ."

Sebelum Jaemin menyentuh tombol merah, "Jaemin!"

"Hmm?"

"Aku mencintaimu, sweet dream Jaem."

Panggilan tersebut telah terputus, namun debaran pada diri Jaemin menjadi begitu cepat.

"Jeno, aku juga mencintaimu."

-

-

-

"Apa yang telah ku lakukan?!"

Pemuda tampan itu berbaring dengan posisi dimana ia begitu panik.

"Oh tidak . . . bagaimana jika Jaemin tidak mau bertemu denganku lagi?"

Ia terus memikirkan dengan reaksi Jaemin ketika mendengarnya.

Apakah marah?

Sedih?

Atau malah membencinya?

Yah, jika hanya sepihak saja mereka tidak akan tahu bahwa perasaan mereka telah terikat oleh sebuah benang merah.

Takdir telah mempertemukan mereka.

"Aku akan menjelaskan padanya besok, kau bodoh sekali, Jeno . . ."

To be Continue

To be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Din

𝙎𝙩𝙪𝙘𝙠 𝙬𝙞𝙩𝙝 𝙔𝙤𝙪 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang