Bagian 4

159 24 12
                                    

Dear pembaca gelap

Terimakasih sudah membaca ceritaku, meskipun tanpa meninggalkan jejak vote. Namun satu yang kalian harus tahu ketika suatu hari nanti kalian menjadi seorang penulis.

Dukungan dari pembaca adalah salah satu hal yang membuat kita semangat untuk melanjutkan tulisan.

selamat membaca :)


Love 

Iyang

000

POV Fajar

Hari ini aku seharian menghabiskan waktu di kampus untuk mengajar dan melakukan penelitian di perpustakaan untuk materi skripsi. Bareng Jojo, satu jurusan denganku. Setelah kelelahan menatap layar laptop berjam-jam akhirnya kami ketiduran di perpustakaan saat Jojo mengguncang tubuhku berkali-kali.

"bangun Jar, keburu maghrib, bisa kena marah pak Dinar kita kalau ketiduran sampe malam. Yuk bentar lagi mau dikunci"

Jojo merapikan buku buku didepannya kemudian berjalan kearah box pengembalian buku untuk disimpan berdasarkan nomor tata letak lemari, biasanya petugas perpustakaan yang meletakannya ketempat semula ketika piket.

Aku masih mengerjap sambil mengucek mata menahan kantuk, dilihatnya alroji ditangan menunjukan pukul 17.18, laptopku sudah mati kehabisan baterai. Juga dengan tumpukan buku yang berantakan tak karuan. Ya ampun aku sekacau ini.

"jo, aku shalat maghribnya di Al-Lathif aja ya sekalian beli makan disana. Aku kayaknya gak pulang malam ini, lanjut mabit aja disana"

"oke bro" jawabnya singkat sambil membereskan tasnya bersiap untuk pulang.

Diluar terdengar langkah kaki yang semakin mendekat, pasti itu pak Dinar. Penjaga perpustakaan kampus yang biasa mengecek perpustakaan sebelum menguncinya.

Aku memasukan semua barang dan buku kedalam tas kemudian mengecek kantung celana untuk memastikan kunci motorku tak ketinggalan.

"eh dik Fajar, untung belum bapak kunci"

Pak Dinar mumukul bahuku pelan sambil tertawa renyah, salah satu penjaga perpustakaan yang ramah dan kebapaan banget, barusan kalian dengar dia menyebutku "Dik Fajar" ? jujur kalau ketemu dengan beliau aku selalu inget almarhum ayah. Sikapnya terlalu hangat untuk ukuran pelanggar seperti kami. Lah iya ketiduran sampai batas waktu akhir perpustakaan. Bukankah seharusnya beliau memarahiku dan Jojo?

Setelah berpamitan dengan pak Dinar kami melanjutkan perjalanan kearah masjid Al-Lathif, salah satu tempat bersejarah perjalanan kisah hijrahku ketika masa SMA hingga sekarang. Biasanya kalau malam begini, ramai anak muda untuk belajar ngaji bersama ustadz Luthfi. Beliau adalah salah satu ustadz gaul yang sering digandrungi anak muda baru hijrah. Bahkan anak anak funk dan premanpun kerap belajar ngaji kepada beliau.

Jadi tak heran dimesjid ini banyak lelaki-lelaki bertato dan bertindik, it's oke mereka adalah orang baik. Kita mesti menghargai proses hijrah mereka, begitu kata ustadz Luthfi.

"Assalamualaikum Fajar, gimana kabarnya? Kok jarang lihat" bang Badrun, salah satu DKM masjid menyalamiku ketika selesai menunaikan sholat maghrib.

"Alhamdulillah baik bang, iya biasa lagi sibuk ngejar skripsi, insya Allah minggu ini sidang. Do'ain ya bang, biar lulus"

Aku menjawab perkataan bang Badrun sambil duduk di karpet masjid sambil mendengarkan kultum salah satu ustadz yang biasa mengisi kajian di masjid ini selain utadz Luthfi. Kalau tidak salah namanya ustadz Deden.

"kalau abis lulus rencana mau kemana Jar?"

Lelaki berperawakan kecil akhir 20 an itu kembali bertanya kepadaku

Pelabuhan Terakhir (Proses Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang