Besoknya mr. James tak juga pulang kerumah, pesan wa ku baru dibalasnya menjelang sore. Dia hanya mengatakan kalau ada urusan mendadak di Bandung, kemudian bakal lanjut terbang ke Makasar menghadiri seminar yang diadakan oleh salah satu universitas disana.
Aku tak berani pulang ke rumah mama, entah mengapa menunggunya pulang kerumah lebih asik, meski mr. James menyuruhku pulang kerumah mama. Aku hanya minta bi Sari, salah satu ART yang hanya ke rumah tiap hari minggu pagi untuk menginap sementara disini.
Hubungan kami masih seperti terakhir kali bertemu, dia pergi tanpa pamit. Aku tahu nampaknya kali ini aku yang sedikit lebih egois, aku kesal hanya karena sebuah foto yang di share di grup. Yang belum tentu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Aku marah pada satu hal yang belum pasti. Aku marah tanpa sempat bertanya kepadanya terlebih dahulu, bukankah itu resiko yang harus kuambil saat memutuskan untuk memulai sebuah kehidupan yang baru bersamanya? Aku sudah tahu jika sejak dulu mr. James adalah idola kampus, harusnya aku sudah siap dengan hal-hal seperti ini.
Aku menyadarinya tepat setelah tiga hari kepergian mr. James dari rumah, aku tak berani mengusiknya ditengah kesibukannya disana, biarlah aku mengatakan maaf saat dia benar-benar ada dihadapanku saat ini. Sementara itu aku kembali memfokuskan diriku dengan skripsi dan serangkaian revisi.
Namun saat kepergiannya sudah sampai tujuh hari, hatiku tak bisa lagi konsentrasi pada skripsi. Nomer HPnya susah dihubungi, hanya dibalas sesekali dengan pesan singkat. "jangan menungguku, aku belum pasti pulang kapan", begitu terus setiap aku menanyakan kabar kepulangannya. Hingga hari terus berlalu, tepat setelah dua minggu kepergian mr. James aku kembali menangis di dalam kamar.
Bi Sari, asisten rumah tangga yang menemaniku selama seminggu dirumah sudah pulang sejak beberapa hari yang lalu, aku tak mungkin membiarkannya terus-menerus memintanya menemaniku, dia punya keluarga yang harus diurusnya selama disini. Jadi sejak beberapa hari ini aku harus kembali menelan sepi, apalagi saat trauma akan hujan dan suara petir dimalam hari kembali muncul.
Disaat seperti ini, aku hanya membayangkan mr. James pulang dan mendengar suaranya yang selalu menenangkanku, entah sejak kapan aku baru menyadari jika aku teramat sangat merindukan sosok dan suaranya. Omelan khasnya untuk menyuruhku cepat menyelesaikan skripsi, juga tingkahnya yang selalu mencuri-curi satu pelukan saat dia harus begadang semalaman untuk menyelesaikan disertasinya yang tidak pernah selesai.
Namun malam ini kutemukan sebuah surat dilaci meja kerjanya, sebuah surat yang menceritakan seluruh isi hatinya padaku, saat tak sengaja selepas sholat isya aku membereskan kamar dan bukunya yang berserakan.
Untuk istriku yang selalu pemalu
(dari suamimu yang selalu tampan)
Kamu memang selalu malu saat tak sengaja aku melihatmu melepas jilbab dan memandang rambut indahmu yang tergerai. Kamu akan dengan cepat mencari jilbab dan menutupnya dengan cepat.
Kamu memang selalu malu saat aku melepas bajuku dan hanya memakai kolor dirumah, wajahmu akan memerah dan mengalihkan pandangannya dariku.
Kamu memang malu, saat diam-diam aku mencuri sebuah pelukan saat dunia begitu melelahkan dan aku butuh sebuah pelukan, badanmu akan tegang dan kaku. Bahkan aku dengan licik selalu mencuri satu ciuman disela tidurmu yang lelap.
Aku menyukai apa yang ada pada dirimu, termasuk sifat malumu dan marahmu yang mendadak diam. Menurutku kamu begitu menggemaskan dan aku selalu ingin membawamu keluar pada zona ini.
Aku suamimu.... Aku ingin memelukmu tanpa harus mencuri-curi darimu, aku ingin memelukmu karena aku, dan kamu menginginkan itu....
Jika kamu membaca surat ini, itu artinya kamu tengah merindukanku sampai mencari-cari sesuatu di laci mejaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir (Proses Cetak)
Romance(Follow dan kasih vote biar author rajin nulis yaa sebelum membaca 😊) "Hari ini bisa aja kamu gak suka sama Mr. james tapi beberapa jam kemudian kita gak tahu apa yang akan terjadi...... Karena hati dan jodoh, Allah yang ngatur bukan kita" Aku te...