Bagian 6

88 15 8
                                    


POV Rani

Selesai mandi dan shalat maghrib, aku dan beberapa mahasiswa lain al-matsurat didalam kamar. Capek banget abis seharian bergelung dengan sinar matahari, pengennya abis ini langsung tidur. Cuman perut yang tidak bisa diajak kompromi, huhu aku lapar banget karena seharian belum makan, gara-garanya si Mei yang maksa ngajak keliling pantai setelah ngajar. Eh dia malah ketiduran setelah sholat dzuhur.

Rencana mau masak ikan segar khas bapak tua nelayan, eh karena buru-buru aku malah main titip aja ke Aldwin (ups gapapa kali ya manggil namanya langsung, kan orangnya gak bakalan tahu). Baru keingat perihal ikan setelah selesai sholat.

Mau nanya via WA, cuman sungkan dikira pelit lagi. Aaelaaaa ikan mentah doang juga, pake ditagih-tagih segala. (pake nada orang nagih hutang)

Jadi selanjutnya aku hanya telponan dengan mama sambil menunggu kak Wulan dan Fani yang katanya lagi beli mie instan diwarung belakang rumah tiba. Kebetulan banget, udah lama gak makan mie instan.

Sebetulnya untuk makan, kami sudah disediakan oleh panitia penyelenggara, cuman karena ada kesalahan komunikasi. Makan hanya akan dimulai besok pagi, jadi kami harus cari makan sendiri. Untungnya rumah yang kami tempati sudah menyediakan kompor dan peralatan masak.

"iya maa... disini makannya teratur kok,

Oh iya maa, mama udah telpon a Fajar buat pulang belum?"

"tadinya mama suruh dia buat pulang, cuman mama kasian dia lagi sibuk-sibuknya skripsi, dikantor juga katanya lagi banyak masalah.

Jadi mama suruh dia pulang setelah selesai sidang saja, kan kebetulan kamu juga udah balik ke Depok. biar kita sekalian kumpul-kumpul, sekalian ada yang mau mama omongin "

"Raaaaan... ayo masak"

Diluar terdengan suara Wulan teriak lantang, duh jangan sampai mama tahu malam ini aku makan mie.

"maa udah dulu ya, aku mau bantuin kak Wulan dulu Assalamualaikum"

setelah menutup telpon, aku bergabung dengan kak Wulan dan Fani di dapur. Mereka lagi asik buka bungkusan mie instan. Aku mengecek nasi di raice cooker, memastikan cukup untuk kami berdelapan makan malam. Maklum kebiasaan orang Indonesia, kalau makan apapun harus tetap pakai nasi, dengan mie instan sekalipun.

"kak Wul dipanggil bang Ilham tuh didepan"

Sarah muncul dari depan sambil membawa piring kotor bekas mereka makan diruang tengah.

"Ran, nitip mie nya ya kalau udah lembek masukin mangkok"

Aku mengangguk setuju sambil beralih kearah kompor, menunggu beberapa menit memastikan jika mienya sudah matang. Kemudian memasukan kedalam masing-masing mangkok.

Lalu aku dan Fani membawa 3 porsi mie keruang tengah, bergabung dengan beberapa anak lain yang masih makan disana.

"lama banget kak Wulan, keburu lembek nih mie nya"

Namun tak berapa lama kak wulan muncul dengan wadah besar ditangannya, dari ujung pelastik terlihat ekor ikan menjular keluar. Aku memincingkan mata tajam.

"ini dari Aldwin buat Rani, katanya tadi kelupaan jadi udah dimasakin semuanya sama Ilham dan teman-temannya"

"wuuuiiiiih romantis banget kak Rani dimasakin sama kak Aldwin"

"yang masak si Ilham sar, Aldwin mah mana bisa masak beginian" wulan menyanggah ucapan Sarah dengan sarkatis, tega banget sih kakak satu ini.

"yoo yang fans nya bang Ilham cobain ikan bakarnya"

Pelabuhan Terakhir (Proses Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang