Di sebuah rumah besar tepatnya di salah satu kamar di rumah besar tersebut, seorang pemuda tengah berbaring tengkurap dengan pandangan fokus pada handphone yang kedua tangan-nya genggam, jangan lupakan suara nyaring seperti bunyi tembakan yang keluar dari speaker handphone-nya itu. Ya, pemuda itu tengah bermain game, game yang saat ini tengah di gandrungi banyak orang. Saking fokus-nya bermain game sampai suara ketukan pintu dari Mama-nya sendiri pun tidak pemuda itu dengar.
"Almeeer... Mama masuk yaa." Masih tak ada sahutan dari Almer. Mata pemuda itu masih fokus ke benda pipih yang di genggam-nya seakan ia akan kehilangan sesuatu yang berharga jika mengalihkan pandangan-nya barang sedetik pun.
"Pantes aja Mama panggil-panggil gak denger. Lagi fokus maen game toh?"
"Kenapa Ma?" Almer bertanya namun masih tak mengalihkan pandangan dari handphone-nya.
"Kamu sejak kapan suka permen karet?" Tanya sang Mama heran saat melihat anak-nya itu terlihat mengunyah permen karet.
"Sejak hari ini." Jawab Almer singkat.
"Jangan banyak-banyak makan permen karet ahh, nanti gigi kamu sakit lagi." Tegur sang Mama.
"Tenang aja Ma, permen karet ini rendah gula kok, gak akan buat Almer diabetes." Seketika setelah Almer mengatakan itu ia diam. Ia berpikir keras kenapa perkataan teman baru-nya tadi di sekolah bisa ia ingat dengan sangat jelas.
"Mmm ya udah.. Oh iya, gimana hari pertama sekolah? GHS seru, kan?" Tanya sang Mama penasaran.
"Lumayan Ma..." Almer telah menghentikan game-nya.
"Mama harap ini perpindahan terakhir kamu, Al. Kamu betah-betahin sekolah-nya yaa sampai nanti lulus. Kamu gak capek apa selalu pindah-pindah sekolah?"
"Iyaa Ma..."
"Yaudah sekarang turun yuk, kita makan. Papa udah nunggu di bawah."
"Iya Ma." Almer berjalan keluar kamar-nya untuk turun ke lantai bawah di ikuti langkah Mama-nya.
*****
Di tempat lain, Ayesha saat ini tengah berada di kamar-nya, ia telah selesai me-review pelajaran untuk besok di sekolah. Sekarang ia tengah santai rebahan dengan pandangan-nya menatap langit-langit kamar-nya. Sudah menjadi kebiasaan setiap malam bagi Ayesha, jika tak ada lagi kegiatan yang ia lakukan pasti pikiran-nya akan terbang kemana-mana. Seperti malam ini ia kembali memikirkan nasib sepupu-nya, Vina. Kilasan balik obrolan ia dengan Vina seolah terekam dengan jelas di ingatan-nya.
Flashback On
Seorang gadis cantik bertubuh mungil yang telah berbusana khas seorang pengantin dengan kebaya putih adat sunda yang di kenakan-nya itu tengah duduk melihat diri-nya sendiri dari pantulan cermin besar di kamar-nya. Riasan cantik di wajahnya tidak menutupi sedikit pun sembab di wajah gadis itu. Sampai Ayesha memasuki kamar untuk menemui sepupu-nya itu, seketika tangis sang calon pengantin pecah saat ia beranjak ke pelukan Ayesha.
"Caa... Aku belum siap nikah Caa. Aku masih mau sekolah, aku juga mau ngerasain jadi anak SMA. Aku belum siap jadi ibu, Ca. Tolong bilangin sama Ayah Ibu aku, Caa." Vina meracau di pelukan Ayesha, seolah meminta bantuan dari sepupu-nya itu.
"Vin, Kamu yang sabar yaa. Mungkin ini memang jalan terbaik untuk kamu." Ayesha hanya bisa menenangkan sepupu-nya itu.
"Ca, apa ini karma buat aku? Karena aku selalu ledekin kamu jomblo. Sampe aku harus ngerasain hal kayak gini?"
"Yaa Allah.. Istighfar Vin, kamu gak boleh bicara kayak gitu. Ay yakin yamu bisa lewati ini semua, untuk masalah sekolah nanti kamu bisa menyusul, sekarang kan banyak alternatif. Yang paling penting kamu harus terus semangat yaa..." Ayesha terus menyemangati. Setelah itu barulah Vina terlihat sedikit lebih senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYESHA By. @evafzh99 HIATUS
Ficțiune adolescenți. Tidak ada manusia yang sempurna, kalimat tersebut sepertinya tidak berlaku dalam hidup seorang Ayesha. Cantik, cerdas, memiliki keluarga yang harmonis, dan kompeten dalam segala hal. Namun, akankah kehidupan yang katanya "sempurna" menurut sebagia...