13. Solution

30 8 0
                                    

"Assalamu'alaikum..." Salam Ayesha dan Erinka tepat di depan rumah Shela namun tidak juga ada jawaban dari si pemilik rumah. Di salam ketiga barulah ada yang menjawab dan membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam.. Oh Ayesha sama Erinka.." Seorang wanita paruh baya yang bisa di pastikan Ibu dari Shela yang ternyata membukakan pintu.

"Iya Tan, Tante apa kabar?"

"Alhamdulillah Tante sehat. Ayo masuk Ay, Er." Si pemilik rumah mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Iyaa Tante."

"Kalian mau jenguk Shela, kan? Shela ada di kamarnya. Udah beberapa hari ini dia kelihatan murung, keluar kamar cuma sesekali. Tante tanya apa dia lagi ada masalah dia selalu jawab gak apa-apa. Tante sama Om khawatir sekali jadinya. Tante ajak ke rumah sakit takutnya dia sakit, dia juga nolak dengan alesan cuma gak enak badan aja. Bingung juga Tante harus gimana."

"Boleh kami ketemu Shela, Tan?" Izin Ayesha.

"Tentu.. Kalian naik aja, udah tahukan kamar Shela yang mana?"

"Tahu kok, Tante."

Ayesha dan Erinka berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar Shela. Mereka sudah cukup hapal isi rumah Shela karena mereka pernah beberapa kali main bahkan sampai menginap di rumah Shela. Jadi bukan hal yang sulit untuk mereka bisa menemukan kamar Shela.

Tok Tok

"Shela... Ini Ay sama Kaka." Beberapa ketukan pintu juga panggilan Ayesha masih tidak mendapat jawaban dari si pemilik kamar.

"Shel.. Lo apa kabar? Bukain dong pintunya, kita mau ketemu sama lo." Kini Erinka yang mencoba bersuara. Namun masih belum ada respon dari Shela.

"Shela lo gak kangen sama kita? Bukain dong Shel.." Erinka masih mencoba merayu.

"Masuk ajaa" Jawab Shela dari dalam kamar.

Ayesha dan Erinka memasuki kamar Shela dan menemukan Shela tengah berbaring meringkuk di atas ranjang-nya, keadaan kamar Shela sendiri bisa di bilang cukup rapi. Ayesha dan Erinka langsung duduk di sisi ranjang milik Shela, posisi Shela sendiri sekarang ini membelakangi mereka.

"Shela apa kabar?"

"Baik Ay." Jawab Shela singkat tanpa merubah posisi tubuhnya.

"Kita kangen banget tau sama lo Shel. Gak ada lo acara ghibah massal di kelas gak lengkap tau rasanya." Erinka berbicara dengan dramatisnya.

"Kakaaa.." Ini Ayesha yang bersuara dan di respon cengiran khas seorang Erinka. Shela sendiri masih tetap pada posisi awal.

"Mmm Shel... Sebenarnya tadi malam Ay di temani Kak Akbar ketemu sama Riko, dan Riko ceritain semuanya ke Ay dan Kak Akbar." Ucap Ayesha mulai membicarakan masalah pokok.

"Hah?" Kini barulah Shela terlihat tertarik, gadis berambut panjang itu bangun dari baringannya lalu menghadap Ayesha dan Erinka.

"Riko ngomong apa aja ke lo, Ay?" Tanya Shela terlihat agak terkejut.

"Riko cerita tentang masalah yang lagi Shela juga Riko hadapi sekarang ini." Jawab Ayesha tenang.

"Jadi kalian udah tau kalo gue..." Shela tidak sampai menyelesaikan ucapannya.

"Iya Shel, kita tau." Ayesha tersenyum lembut sambil mengangukkan kepalanya.

"Pasti kalian kecewa banget sama gue sekarang." Dengan suara parau Shela berbicara. Ia menundukkan wajahnya seakan tak berani menatap wajah sahabat-sahabatnya.

"Shel.. Sebagai sahabat lo, sekarang ini apalagi yang bisa kita lakuin buat lo, kalo bukan support? Mengesampingkan rasa kecewa kita, gue rasa lo lebih butuh support dan semangat dari kita, Iya kan?" Erinka berucap sembari mengelus pundak Shela.

"Makasih ya guys..." Erinka tersenyum, ia merasa beruntung memiliki sahabat yang baik dan pengertian seperti Ayesha dan Erinka.

"Mmm Shel.. Orangtua lo udah tau tentang masalah ini?" Tanya Erinka penasaran.

"Belum. Gue gak tau harus ngomong gimana sama ortu. Gue bingung banget."

"Shel... Bagaimanapun juga orangtua kamu harus segera tau, kamu gak bisa terus sembunyiin masalah sebesar ini dari mereka."

"Iya Ay... Tapi gue harus ngomong apa sama mereka? Gue sendiri gak tau apa Riko sekarang ini siap atau nggak buat tanggungjawab."

"Riko bilang dia akan berusaha bicara sama orangtuanya kok terlebih sama Ayahnya mengenai semua ini, dan Ay rasa tak lama lagi Riko juga orangtuanya akan datang kesini Shel. Jadi Ay rasa sudah seharusnya kamu juga kasih tau orangtua kamu."

"Gue gak bisa bayangin gimana reaksi Mama sama Papa waktu tau gue gini. Gue udah hancurin masa depan gue sendiri, gue udah kecewain mereka, dan bikin malu keluarga." Shela berbicara dengan kedua tangan menutupi wajahnya, siapapun yang melihat pasti bisa menebak, bahwa gadis itu tengah berada dalam penyesalan.

"Shel, menyesali itu wajar tapi kita cukup jadiin semua ini pelajaran. Inget lo sekarang juga harus pikirin makhluk kecil di perut lo Shel. Walau hadirnya buah dari kekhilafan kalian, tapi dia layak untuk hidup dengan baik. Gue yakin lo bisa hadapin semua ini." Erinka masih terus menyemangati.

"Ay... Ka... Nanti gue akan coba ngomong sama orangtua gue. Ini  juga resiko yang harus gue terima ulah dari kesalahan gue sendiri. Gue akan terima semua konsekuensinya. Thanks yaa kalian udah dateng dan support gue."

"Itulah gunanya sahabat Shel."

Dan semua itu di akhiri dengan mereka bertiga berpelukan. Ya, kadang dalam bersahabat kita perlu berbagi bukan hanya mengenai cerita baiknya tapi juga cerita yang kurang baik. Bukan apa-apa, karena darinya kita bisa banyak belajar.

Jangan lupa vote dan komen yaa... sekecil apapun reaction kalian, itu bener-bener bikin aku semangat buat lanjut nulis... Terimakasih...❤

AYESHA By. @evafzh99 HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang