"Ketika akad diucapkan, di saat itulah dia berjanji kepada Yang ada di Arsy. Membawamu dan menjadikanmu sayapnya menuju jannah."
※※※
Senyuman Shakila tak pernah lepas dari bibirnya, seakan dialah orang yang paling bahagia di dunia ini. Tinggal satu langkah lagi dia akan menjadi istri orang.
Setelah khitbah secara agama, sekarang dengan adat. Yaitu menentukan hari nikah, resepsi, dan sebagainya.
"Sha, selamat ya. Sebentar lagi kamu akan jadi kakak ipar aku," ucap Humaira sambil merangkul calon kakak iparnya itu.
"Hm.. iya Mai, makasih. Aku nggak nyangka banget semuanya akan begini." Shakila terus tersenyum, membuat lesung pipitnya tercetak sangat dalam. Ia pun bahagia karena Humaira sudah kembali seperti dulu, Humaira telah mengikhlaskan bayinya.
"Aku keluar dulu ya, Sha? Nanti kalo ada sesuatu aku akan balik ke sini," ucap Humaira meninggalkan kamar Shakila yang dulu kamarnya juga.
Di ruang tengah terdapat banyak tokoh adat, dari niniak mamak sampai bundo kanduang. Di sana juga hadir teman-teman Rayyan. Dihadapan mereka pun tersedia secangkir kopi dan makanan.
"Apa suku dari mempelai pria?" Seorang lelaki paruh baya menanyakan suku Rayyan.
"Piliang, Mak Datuak," jawab Abah.
"Kalau mempelai wanita?" tanyanya lagi.
Semua orang terlihat menunggu jawaban. Sedangkan Abah tampak termenung dan pada akhirnya berucap, "Mai, tolong panggilkan Shakila."
Tak menunggu lama, Humaira pun segera bergegas ke kamar Shakila. Gadis itu menatap Humaira, lantas tersenyum lebar.
"Sha, kamu dipanggil abah ke depan."
Shakila pun mengangguk. "Iya, Mai."
Shakila duduk di dekat ummi, dalam diam seseorang memperhatikannya, mengagumi Shakila.
"Sha, sukumu apa?" tanya Abah kepadanya.
Gadis berlesung pipit itu menjawab, "Piliang, Bah."
Seketika semua orang saling bertatapan satu sama lain. Shakila terlihat heran, ia juga mendegar Abah menghela napas panjang.
"Abah kenapa?" tanya Shakila. Senyum yang sedari tadi ia paparkan mulai luntur.
"Kamu tidak bisa menikah dengan Rayyan karena kalian sesuku. Maafkan Abah."
Shakila pun menangis di pelukan Ummi Siti, dia sudah dua kali gagal untuk menikah. "Ummi kenapa jadi seperti ini? Ummi, Sha nggak kuat. Sha bingung, Mi," lirihnya didekapan wanita itu.
Ummi Siti hanya mengelus punggungnya. "Sabar ya sayang."
Rayyan tampak tengah bercakap-cakap, dia juga menghela napas panjang dan menyatukan telapak tangannya di depan dada, memohon.
Humaira pun juga memeluk Shakila, tak henti-henti sahabatnya itu diuji. Humaira juga ikut menangis. Ia yang telah menemani Shakila, ia juga mengerti bagaimana hancurnya perasaan gadis itu.
"Abah, Ummi, Datuak, dan Mak Tuo!" Semua orang menatap ke arah Rayyan.
"Sahabat saya bersedia menikahi Shakila," ucap Rayyan membuat semua orang bingung. Shakila pun menatap Rayyan tak percaya, ia tak habis pikir.
Rayyan mengkode pria di sampingnya untuk berbicara. "Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Hanif Rafieq Syairazy. Sahabat dari Rayyan yang kenal semasa kuliah. Saya asli keturunan Jawa dan saya bersedia menikahi Humaira."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seseduh Kenangan Tentangmu | Terbit✅
General FictionGempa memorak-porandakan kota Padang, membuat Shakila kehilangan harta benda dan orangtuanya. Gadis itu kabur dari tenda pengungsian dan tinggal di pesantren. Suka duka ia rasakan semenjak berkenalan dengan Humaira, anak pemilik pondok yang justru m...