Bab 18: Berita Khalisa💦

227 24 7
                                    

"Aku hanya seorang pengecut yang mencoba melawan takdir. Toh, jikalau takdir kita bisa apa?"

※※※

Hanif melepaskan pelukan Zahra secara paksa. "Jangan seperti itu lagi Zahra," ucap Hanif dingin. Ia sangat muak dengan wanita di depannya.

"Aku mencintaimu Hanif, aku sengaja membunuh suamiku untuk menikah denganmu. Tetapi kenapa kau memilih wanita lain?" Zahra tertawa miring dengan nada penuh ambisi.

"Ternyata tebakan saya selama ini benar, dengan teganya kau membunuh orang yang sangat mencintaimu. Kau terlalu bodoh Zahra."

"Aku memang bodoh karena jatuh hati padamu." Zahra berdecak pinggang.

"Dan kau berhijab hanya untuk mencari perhatian lalu pergi ke klub dan meninggalkan anakmu kepada Shakila."

Air muka Zahra tampak tegang, tangannya mengepal menahan amarah. Memang begitulah kenyataannya, buktinya sekarang ia tak berhijab lagi.

"Pergi kau dari sini! Oh iya, perlu kau tau bahwa saya tidak mencintaimu," usir Hanif terang-terangan.

Wanita itu menghentakkan kakinya dan pergi dari sana. Rupanya usaha kali ini benar sia-sia, Hanif tak sedikit pun berminat padanya, malah memandangnya jijik.

Hanif sudah menyelesaikan pekerjaannya, sekarang ia sibuk memilih buah mangga. Istrinya itu mengidam mangga berwarna biru, adakah mangga yang berwarna biru?

"Pak, ada mangga berwarna biru?"

"Berwarna biru? Tidak ada, Pak dokter." Tukang buah itu mengerutkan dahinya, ada apa dengan Pak dokter.

"Yasudah Pak, saya ambil ini aja ya."

Setelah membeli buah, Hanif mampir lagi ke toko buku. Membeli kertas mengkilat berwarna biru untuk membungkus mangga. Walau sedikit repot, demi istri dan anaknya tidaklah masalah.

Kreatif bukan?

💦💦💦

"Assalamualaikum." Hanif membuka pintu besar, tak ada yang menyauti salamnya. Sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan.

"Sha, ini pesanan kamu." Wanita itu biasanya akan muncul, tetapi tetap tak ada. Hanif sedikit khawatir, ke mana gerangan orang-orang di sini.

Ia melangkah ke kamarnya lalu melihat lemari yang menganga.

"Ke mana baju-baju Shakila?" gumamnya, raut wajahnya berubah tegang. Ia melangkah tergesa-gesa ke kamar Habib.

"Mama."

Perempuan paruh baya itu bangun dan menatap Hanif dengan wajah mengantuknya.

"Kamu udah pulang, Nif? Habib tadi mana?" tanya perempuan itu.

"Aku baru pulang, Ma. Pakaian Shakila tak ada di lemari."

"Ha? Ke mana lagi wanita itu? Habib juga dibawanya?" Ia tampak grasak-grusuk mencari cucunya, akan tetapi tidak ada. Ia hanya menemukan sebuah kertas di sisi kanan kasur.

Yogyakarta, 2018

Assalamualaikum w.w.

Mama, maafkan Shakila harus pergi, saat ini Habib bersama, Sha. Mama tak perlu cemas, kami di sini baik-baik saja. Sekali lagi maafkan Sha yang sudah membawa cucu mama diam-diam.

Seseduh Kenangan Tentangmu | Terbit✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang