"Semakin kuselami rasanya semakin dalam. Sialnya aku tidak bisa berenang, tetapi mencoba bermain air."
※※※
"Sha! Mas pindah tugas ke rumah sakit di luar kota. Jadi kamu berkemas ya, besok kita berangkat."
Kenapa mendadak sekali?
Shakila hanya mengangguk. Ia pun memungut pakaian yang ada di lemari dan mengungsikannya ke dalam koper besar berwarna biru. Mulai dari pakaiannya, suaminya, hingga pakaian Habib.
Shakila merasa sedikit pusing, ia memijat pelipis pelan. Namun, ia harus menyelesaikan pekerjaannya.
Aku kenapa? Apa mungkin aku kanker otak? Shakila menggeleng, berusaha menepis pikiran buruk yang melintas. Ia sekarang memiliki banyak tanggung jawab.
"Alhamdulillah, selesai. Kita besok berangkat jam berapa, Mas?" Hanif yang tengah merapikan beberapa berkas menoleh.
"Jam 7-"
Shakila tak lagi mendengarkan ucapan Hanif, ia segera berbalik, kepalanya begitu pusing. Namun, ia tak ingin terlihat sakit.
Shakila duduk, mengambil ponsel yang ada di nakas. Pura-pura memainkannya. Mungkin ia terlihat seperti istri yang tak menghargai suami.
Hanif adalah tipe suami yang peka, ia menyadari perubahan sikap Shakila. Kenapa istrinya itu tiba-tiba mengecek ponsel? Apakah ada sesuatu yang serius?
Hanif menghampirinya. "Apakah ada sesuatu, Sha?"
"A-ah tidak. Aku tiba-tiba ingin memeriksa ponsel, ternyata notifikasi dari Humaira." Shakila merutuki dirinya yang mengkambing hitamkan sahabatnya itu.
Hanif mengangguk, ia kembali mengemasi berkas-berkasnya.
"Aku ke kamar Habib dulu ya, Mas." Shakila pamit, sekarang Habib sudah mau tidur sendiri. Walau dikelonin dulu.
Perempuan itu memasuki kamar bernuansa kuning, dinding kamarnya terdapat stiker-stiker bunga matahari. Dari lemari hingga spreinya.
Shakila langsung berbaring di sisi kanan Habib. Ia mengusap surai Habib lembut, kepalanya benar-benar pusing. Perempuan itu sengaja menghindari Hanif, ia tak mau Hanif mengetahui kesakitannya.
Shakila berusaha menutup mata, menetralisir sakit yang tak biasa. Tanpa sadar ia terlelap di samping Habib.
Hanif sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia beranjak ke ranjang. Setelah lama, Shakila belum juga datang. Apa mungkin Habib rewel? Ia menyusul Shakila dan menemukan istrinya itu terbaring dengan napas teratur. Rupanya ia ketiduran.
Hanif kembali ke kamar mereka, mengambil selimut dan membawanya ke kamar Habib. Mencari sisi kosong di samping Shakila, ia ikut tidur di sana.
Hingga mereka pun sama-sama terlelap, tak tau apa yang akan terjadi esok hari.
💦💦💦
Shakila terbangun, mengerjapkan matanya seraya mengumpulkan separuh kesadaran. Ia merasakan tangan kekar melingkar di pinggangnya, membuat gerakannya sedikit terhambat.
Dia baru sadar selamam ketiduran di kamar Habib. Lalu siapa yang memeluknya?
Shakila memutar tubuh dengan sedikit usaha, ia mendapati pahatan sempurna dengan alis tebal, hidung mancung dan bibir ranum. Shakila pun menatap kelopak mata yang tertutup dengan bulu mata yang panjang. Perlahan mata itu pun terbuka, menampilkan iris coklat pekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seseduh Kenangan Tentangmu | Terbit✅
Ficção GeralGempa memorak-porandakan kota Padang, membuat Shakila kehilangan harta benda dan orangtuanya. Gadis itu kabur dari tenda pengungsian dan tinggal di pesantren. Suka duka ia rasakan semenjak berkenalan dengan Humaira, anak pemilik pondok yang justru m...