"Aku pergi dengan dua alasan; menjaga dan kecewa."
※※※
Sudah 5 bulan kandungan Shakila, sekarang mereka sudah kembali ke Yogyakarta. Ternyata mertuanya senang dengan kehamilan Shakila, terbukti dengan sikapnya yang super protektif. Tetapi masih dengan nada jutek.
"Kamu beneran mau ke pasar sendiri?" tanya wanita paruh baya itu memastikan.
Benarkah mamanya itu jahat? Apakah ia harus percaya dengan ucapan Zahra waktu itu. Tetapi ia harus tetap waspada, karena yang tampak baik belum tentu baik dan yang terlihat jahat belum tentu sebenarnya jahat.
"Iya Ma, nggak papa kok." Shakila mencium tangan wanita itu.
"Hati-hati, jaga kandungan kamu!"
"Insyaallah, Ma. Titip Habib ya, Ma." Shakila pun pergi menggunakan taksi. Sedikit kerepotan dengan perutnya yang mulai besar, badannya pun mulai berisi terlihat dari pipinya yang menggembung.
Taksi Shakila berpapasan dengan mobil hitam.
Bukankah itu Zahra?
Semuanya sama, mulai dari matanya, hidungnya, potur tubuhnya. Semuanya sangat mirip tak salah lagi itu adalah Zahra. Hanya satu yang beda, ia tak mengenakan hijab.Setelah membeli bahan makanan Shakila memutuskan mengisi perut di restoran Edzard, teman Zahra. Ia masih sangat penasaran, mungkin saja pria itu tau informasi tentang Zahra.
Shakila tampak tak berminat dengan makanan di depannya, wanita itu tampak celingak-celinguk mencari seseorang.
"Pria itu di mana ya, kenapa nggak ada di restoran ini?" gumam Shakila. Ia mengaduk-aduk makanan tanpa minat.
Ia teringat ucapan Abinya dulu agar tidak menyisakan makanan, barulah Shakila menghabiskannya. Ia pun mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru restoran, tak ada tanda-tanda pria itu akan muncul.
"Duar!"
"Aa.." Suara seseorang dari belakang mengagetkannya, apakah ia tak tau jika Shakila hamil, bisa-bisa bayinya keluar.
"Apakah kau mencariku wanita aneh?" Percaya diri sekali pria itu, meski sebenarnya begitulah adanya.
"Iya," ucap Shakila mengelus perutnya yang sakit karena pergerakan janinnya, mungkin terkejut. Semua ulah pria itu.
"Eh! Lama tak terlihat kamu sudah bunting saja." Pria itu berdecak dengan ekspresi tidak menyangka.
"Apa salahnya, kan aku udah punya suami." Shakila benar-benar heran dengan pria itu, sebenarnya ia enggan untuk bertemu akan tetapi tidak ada pilihan lain. Ia harus mendapatkan informasi.
"Iyadeh, yang udah nikah."
Tanpa mereka sadari, sedari tadi karyawan restoran itu tersenyum melihat interaksi keduanya sebab bos mereka tidak pernah tertawa dengan begitu bahagia. Baru pertama kali mereka melihat itu dan bertanya-tanya siapakah wanita cantik yang bercakap dengan bosnya.
"Sebenarnya aku mau menanyakan Zahra," ucap Shakila tanpa basa-basi.
Edzard menarik kursi dan duduk di depan wanita yang disukainya, yang sayangnya sudah bersuami. Miris sekali.
"Kenapa bertanya kepadaku? Bukankah si jalang itu tengah melayani pria hidung belang."
Shakila tak percaya dengan ucapan Edzard, ia sangat marah Edzard mengatakan Zahra dengan sebutan 'jalang'.
"Apa yang kau bicarakan? Jangan seenaknya mengatakan Zahra seperti itu." Napasnya naik-turun, emosi Shakila sulit dikontrol mungkin karena bawaan hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seseduh Kenangan Tentangmu | Terbit✅
Художественная прозаGempa memorak-porandakan kota Padang, membuat Shakila kehilangan harta benda dan orangtuanya. Gadis itu kabur dari tenda pengungsian dan tinggal di pesantren. Suka duka ia rasakan semenjak berkenalan dengan Humaira, anak pemilik pondok yang justru m...